Sejak zaman dulu, orang tua atau nenek kita telah menggunakan berbagai jenis tumbuhan sebagai obat. Pemanfaatan tumbuhan pun kian berkembang, termasuk untuk mengurangi ketidaknyamanan di masa perimenopause. Sebut saja bunga rosella untuk mencegah osteoporosis, pegagan dan ginko biloba untuk masalah daya ingat serta jahe merah untuk meningkatkan hasrat seksual.
“Umumnya terapi herbal bekerja dengan menyeimbangkan hormon dalam tubuh sehingga tidak menimbulkan gangguan pada metabolisme tubuh, tidak spesifik untuk mengatasi gangguan menopause tertentu,” ujar Yelia Mangaan, terapis herbal. Sebagai contoh adalah primrose oil, wild yam (Dioscorea villosa), dan habatussaudah (Nigella sativa).
“Umumnya terapi herbal bekerja dengan menyeimbangkan hormon dalam tubuh sehingga tidak menimbulkan gangguan pada metabolisme tubuh, tidak spesifik untuk mengatasi gangguan menopause tertentu,” ujar Yelia Mangaan, terapis herbal. Sebagai contoh adalah primrose oil, wild yam (Dioscorea villosa), dan habatussaudah (Nigella sativa).
Untuk sore hari Yelia menganjurkan minum jus sayuran, seperti wortel, tomat, keluarga kubis, sawi, tauge, leunca, gobo (burdock, dari Jepang), atau brokoli. Sayuran sebaiknya dicuci dengan air garam atau larutan cuka apel untuk menghilangkan pestisida. Untuk menambah rasa, bubuhkan sepotong apel atau sesendok madu pada jus tersebut. Lebih baik jika Anda juga rajin minum jamu dua gelas setiap harinya terdiri dari jahe, kunyit, dan kencur. Sebagai pemanis, pilih madu daripada gula pasir. Yang terbaik adalah mengolah sendiri bahan-bahan segar.
Jika pada saat bersamaan Anda harus mengonsumsi obat kimia, beri tenggang waktu 1-2 jam antara kedua jenis obat ini. Kecuali bawang putih, minuman herbal tidak membutuhkan ‘alas’ perut, artinya Anda tidak perlu makan lebih dulu.