Paling tidak 2 dari 3 wanita mengalami hot flushes, yaitu berkeringat secara berlebihan ketika memasuki masa perimenopause (pra menopause). Gangguan ini umumnya berlangsung selama 3–5 tahun. Para ahli menduga, kemungkinan besar penyebabnya adalah perubahan kadar hormon di dalam tubuh. Ketika hormon meningkat atau menurun
drastis, maka hypothalamus –bagian otak yang berfungsi mengatur suhu tubuh- menangkap 'pesan' yang kacau. Otak menganggap bahwa tubuh terlalu hangat sehingga perlu melakukan mekanisme penurunan suhu tubuh, yaitu dengan cara mengeluarkan keringat.
Suhu yang nyaman bagi tubuh adalah yang sejuk, tidak membuat Anda menggigil ataupun berkeringat. Namun pada wanita yang mengalami hot flushes, zona nyaman ini menjadi lebih sempit.
Selain karena hormon, beberapa hal lain juga dapat memicu hot flushes, seperti: kebiasaan merokok, kelebihan berat badan, stres, atau gelisah. Sebuah penelitian menemukan bahwa kekhawatiran mengenai masalah finansial dapat memicu hot flushes. Begitupun pada wanita yang ketika kanak-kanak mengalami penganiayaan atau diabaikan, cenderung mengalami hot flushes di saat perimenopause.
Glukosa darah juga mempengaruhi gangguan yang satu ini. Penelitian menunjukkan bahwa ketika kadar gula darah menurun, maka hot flushes terjadi. Jika gula darah menurun drastis saat tidur, hal ini bisa membuat Anda berkeringat di malam hari (night sweat). Maka sebaiknya jaga agar gula darah Anda tetap stabil dengan makan dalam porsi kecil namun lebih sering.