Mungkin Anda merasa bahwa sejak usia paruh baya, apalagi setelah memasuki masa menopause, sering merasakan perut kembung. Kondisi ini tentu menimbulkan rasa tidak nyaman. Akibatnya, selera makan pun turun karena perut rasanya sudah ‘penuh’. Anda tidak sendirian. “Gangguan perut kembung memang lebih banyak diderita oleh wanita separuh baya dan memasuki masa menopause, daripada wanita usia muda,” ujar dr. Arya Govinda Sp.PD dari Fakultas Kedokteran UI-RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Seperti yang telah diketahui, dalam usus terdapat bakteri baik yang membantu proses pencernaan makanan. Keseimbangan bakteri yang disebut flora usus ini harus dipertahankan setiap hari. Perut kembung merupakan salah satu gangguan yang timbul akibat ketidakseimbangan flora usus. Untuk itu, Anda dianjurkan mengkonsumsi makanan seimbang serta menghindari pemakaian antibiotika dan obat pencahar.
Dewasa ini sedang menjadi tren di kalangan masyarakat kita untuk mengonsumsi produk probiotik. Tujuannya adalah ‘memasukkan’ bakteri hidup yang menguntungkan ke dalam saluran cerna. Contohnya dengan mengonsumsi yoghurt. Dengan demikian jumlah bakteri yang bermanfaat lebih banyak daripada bakteri yang merugikan. Bakteri ini tentu harus dapat bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Probiotik biasanya terdiri dari satu atau beberapa mikroorganisme, yaitu golongan Streptococcus, Lactobacilli, dan Bifidobacteria.
Bahan makanan seperti asparagus, bawang bombay, bawang putih, gandum, pisang, dan tomat, diketahui mengandung serat yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacilli dan Bifidobacteria dalam usus. Dengan mengonsumsi makanan ini, Anda menambah populasi bakteri baik, yang kemudian dapat mengontrol pertumbuhan bakteri jahat dalam saluran pencernaan. Produk probiotik juga bisa didapat melalui food suppelement, berupa pil atau kapsul yang praktis.
Untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat perut kembung, Anda sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang memicu timbulnya peradangan pada saluran cerna, yaitu makanan pedas dan asam, juga makanan yang menimbulkan gas, misalnya kubis atau kacang-kacangan.
Penyebab perut kembung memang beragam. Maka sebaiknya Anda berhati-hati menyikapi gangguan ini, terutama jika terjadinya semakin sering. Sebaiknya hubungi dokter untuk mengetahui penyebabnya, sehingga Anda mendapatkan pengobatan yang tepat.
Seperti yang telah diketahui, dalam usus terdapat bakteri baik yang membantu proses pencernaan makanan. Keseimbangan bakteri yang disebut flora usus ini harus dipertahankan setiap hari. Perut kembung merupakan salah satu gangguan yang timbul akibat ketidakseimbangan flora usus. Untuk itu, Anda dianjurkan mengkonsumsi makanan seimbang serta menghindari pemakaian antibiotika dan obat pencahar.
Dewasa ini sedang menjadi tren di kalangan masyarakat kita untuk mengonsumsi produk probiotik. Tujuannya adalah ‘memasukkan’ bakteri hidup yang menguntungkan ke dalam saluran cerna. Contohnya dengan mengonsumsi yoghurt. Dengan demikian jumlah bakteri yang bermanfaat lebih banyak daripada bakteri yang merugikan. Bakteri ini tentu harus dapat bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Probiotik biasanya terdiri dari satu atau beberapa mikroorganisme, yaitu golongan Streptococcus, Lactobacilli, dan Bifidobacteria.
Bahan makanan seperti asparagus, bawang bombay, bawang putih, gandum, pisang, dan tomat, diketahui mengandung serat yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacilli dan Bifidobacteria dalam usus. Dengan mengonsumsi makanan ini, Anda menambah populasi bakteri baik, yang kemudian dapat mengontrol pertumbuhan bakteri jahat dalam saluran pencernaan. Produk probiotik juga bisa didapat melalui food suppelement, berupa pil atau kapsul yang praktis.
Untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat perut kembung, Anda sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang memicu timbulnya peradangan pada saluran cerna, yaitu makanan pedas dan asam, juga makanan yang menimbulkan gas, misalnya kubis atau kacang-kacangan.
Penyebab perut kembung memang beragam. Maka sebaiknya Anda berhati-hati menyikapi gangguan ini, terutama jika terjadinya semakin sering. Sebaiknya hubungi dokter untuk mengetahui penyebabnya, sehingga Anda mendapatkan pengobatan yang tepat.
Konsultan: dr. Arya Govinda Sp.PD – PERMI Jaya