Kritik berarti suatu evaluasi, penilaian, dan apresiasi yang disampaikan secara obyektif, misalnya terhadap hasil karya, pekerjaan, atau performance kita, dengan maksud agar kita dapat menjadi lebih baik lagi dari yang sekarang. Kritik sama sekali bukan sesuatu yang dimaksudkan untuk mengusik apalagi menjatuhkan harga diri seseorang.
“Kadang-kadang kritik memang terasa pedas seperti celaan, terutama bila ditujukan kepada orang yang tahu bahwa dirinya salah, atau tahu bahwa dia harus berubah,” kata Bobby Hartanto, M.Psi dari FLIP (Fun Learning Inspiring Passion). Kritik seperti inilah yang kerap dicurigai mengandung intense untuk menjatuhkan. “Karena asumsi kolektif yang keliru tentang kritik itulah muncul istilah ‘kritik yang membangun’. Padahal istilah itu sebetulnya tidak perlu.”
Kita tak bisa dan juga tak perlu menjauh dari kritik. Di mana pun kita berada, sesempurna apa pun diri kita, kritik akan terus menghampiri. Begitu dekatnya kritik dengan kehidupan kita, sehingga yang lebih kita butuhkan adalah kemampuan untuk mengelola kritik yang datang agar kita tidak perlu sering-sering naik darah, merasa putus asa, atau bersikap defensif berlebihan.
“Kritik tak perlu mempengaruhi hidup kita. Kita tak perlu menjadi stres bila menerima kritik. Lebih baik kita belajar mengelolanya dengan tepat, sehingga kritik bisa berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu membangun kepribadian kita,” ungkap Bobby.
Berikut adalah hal yang bisa Anda lakukan agar tak gampang goyah menghadapi kritik:
Bersikap positif
Bila ada orang mengatakan sesuatu yang negatif tentang diri Anda, apalagi di depan orang banyak, jangan langsung diabaikan, meskipun Anda yakin yang dikatakan orang itu tidak benar. Daripada menutup telinga, tetaplah berusaha objektif menghadapinya. Jangan memotong bicaranya atau langsung membuat kesimpulan sepihak. Gunakan keterampilan mendengarkan, lalu simpulkan dengan kalimat Anda sendiri. Saat Anda mendengarkan, lakukan kontak mata dengan orang tersebut untuk menunjukkan bahwa Anda terlibat aktif. “Sikap terhadap kritik akan membangun kita membangun diri,” ujar Bobby.
Tanyakan maksud sebenarnya
Kritik, sekecil apa pun, bisa menimbulkan salah paham penerimanya. Cobalah bertanya tentang maksud sebenarnya (kepada orang yang mengkritik Anda) untuk menghindari salah paham lebih jauh. Bila Anda menghadapi kritik di tempat kerja, teknik bertanya ini penting untuk menunjukkan bhawa Anda serius untuk melakukan perubahan. “Sampaikan pula kepada sang pengkritik bahwa Anda tidak mau dikritik di depan orang banyak atau dengan nada tinggi,” saran Bobby. Kritik yang disampaikan dengan nada tinggi, selain bisa memicu emosi, juga akan sulit ditangkap esensinya.
Tak perlu defensif
Membela diri adalah cara paling sederhana untuk menghadapi kritik. Tapi tahan diri Anda untuk selalu bersifat defensif. Beri kesempatan kepada orang yang mengkritik Anda –terutama kalau dia adalah atasan Anda di kantor- untuk mengekspresikan pikirannya. Sebab, kalau seseorang memberi feed back, mestinya dia punya masukan yang penting, yang mungkin tidak bisa Anda tangkap dengan baik karena Anda terlalu sibuk untuk membela diri.
Tenang
Tetaplah tenang dan rasional, terutama bila Anda berada pada posisi professional. Simpan kemarahan Anda, dan pikirkan kritik mana yang membuat Anda marah. Kritik yang disampaikan dengan maksud membangun akan lebih mudah dicerna dengan hati dan kepala yang dingin.
Abaikan
“Abaikan tapi tetap waspadai kritik yang sifatnya manipulatif,” saran Bobby. Kritik yang manipulatif memang sengaja diciptakan untuk menjatuhkan Anda. “Jangan dengarkan kritik semacam ini. Abaikan saja,” tambahnya. Bagaimana membedakan kritik yang membangun dan yang manipulatif? “Orang yang mengkritik dengan niat membangun tentu memberikan saran-saran untuk perbaikan, tidak semata-mata memberikan penilaian negatif yang bersifat menyerang atau mempermalukan/merendahkan diri Anda,” tutup Bobby.
“Kadang-kadang kritik memang terasa pedas seperti celaan, terutama bila ditujukan kepada orang yang tahu bahwa dirinya salah, atau tahu bahwa dia harus berubah,” kata Bobby Hartanto, M.Psi dari FLIP (Fun Learning Inspiring Passion). Kritik seperti inilah yang kerap dicurigai mengandung intense untuk menjatuhkan. “Karena asumsi kolektif yang keliru tentang kritik itulah muncul istilah ‘kritik yang membangun’. Padahal istilah itu sebetulnya tidak perlu.”
Kita tak bisa dan juga tak perlu menjauh dari kritik. Di mana pun kita berada, sesempurna apa pun diri kita, kritik akan terus menghampiri. Begitu dekatnya kritik dengan kehidupan kita, sehingga yang lebih kita butuhkan adalah kemampuan untuk mengelola kritik yang datang agar kita tidak perlu sering-sering naik darah, merasa putus asa, atau bersikap defensif berlebihan.
“Kritik tak perlu mempengaruhi hidup kita. Kita tak perlu menjadi stres bila menerima kritik. Lebih baik kita belajar mengelolanya dengan tepat, sehingga kritik bisa berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu membangun kepribadian kita,” ungkap Bobby.
Berikut adalah hal yang bisa Anda lakukan agar tak gampang goyah menghadapi kritik:
Bersikap positif
Bila ada orang mengatakan sesuatu yang negatif tentang diri Anda, apalagi di depan orang banyak, jangan langsung diabaikan, meskipun Anda yakin yang dikatakan orang itu tidak benar. Daripada menutup telinga, tetaplah berusaha objektif menghadapinya. Jangan memotong bicaranya atau langsung membuat kesimpulan sepihak. Gunakan keterampilan mendengarkan, lalu simpulkan dengan kalimat Anda sendiri. Saat Anda mendengarkan, lakukan kontak mata dengan orang tersebut untuk menunjukkan bahwa Anda terlibat aktif. “Sikap terhadap kritik akan membangun kita membangun diri,” ujar Bobby.
Tanyakan maksud sebenarnya
Kritik, sekecil apa pun, bisa menimbulkan salah paham penerimanya. Cobalah bertanya tentang maksud sebenarnya (kepada orang yang mengkritik Anda) untuk menghindari salah paham lebih jauh. Bila Anda menghadapi kritik di tempat kerja, teknik bertanya ini penting untuk menunjukkan bhawa Anda serius untuk melakukan perubahan. “Sampaikan pula kepada sang pengkritik bahwa Anda tidak mau dikritik di depan orang banyak atau dengan nada tinggi,” saran Bobby. Kritik yang disampaikan dengan nada tinggi, selain bisa memicu emosi, juga akan sulit ditangkap esensinya.
Tak perlu defensif
Membela diri adalah cara paling sederhana untuk menghadapi kritik. Tapi tahan diri Anda untuk selalu bersifat defensif. Beri kesempatan kepada orang yang mengkritik Anda –terutama kalau dia adalah atasan Anda di kantor- untuk mengekspresikan pikirannya. Sebab, kalau seseorang memberi feed back, mestinya dia punya masukan yang penting, yang mungkin tidak bisa Anda tangkap dengan baik karena Anda terlalu sibuk untuk membela diri.
Tenang
Tetaplah tenang dan rasional, terutama bila Anda berada pada posisi professional. Simpan kemarahan Anda, dan pikirkan kritik mana yang membuat Anda marah. Kritik yang disampaikan dengan maksud membangun akan lebih mudah dicerna dengan hati dan kepala yang dingin.
Abaikan
“Abaikan tapi tetap waspadai kritik yang sifatnya manipulatif,” saran Bobby. Kritik yang manipulatif memang sengaja diciptakan untuk menjatuhkan Anda. “Jangan dengarkan kritik semacam ini. Abaikan saja,” tambahnya. Bagaimana membedakan kritik yang membangun dan yang manipulatif? “Orang yang mengkritik dengan niat membangun tentu memberikan saran-saran untuk perbaikan, tidak semata-mata memberikan penilaian negatif yang bersifat menyerang atau mempermalukan/merendahkan diri Anda,” tutup Bobby.
Immanuella F. Rachmani