Sebelumnya, tak pernah terbesit di benak Christine Ismuranty untuk berbisnis online. Apalagi ia mengaku sebagai orang yang kurang mengikuti perkembangan teknologi. Namun, wanita yang pernah menjadi manajer program di Keanekaragaman Hayati (KEHATI) ini tak takut untuk mengenal dan belajar tentang dunia digital. Buah dari keuletannya adalah situs kainara.com yang telah bertahan sejak 2011.
Tekad Christine muncul dari pengalamannya sebagai orang tua yang memiliki anak autisma. Christine mundur dari profesi yang ia geluti selama 10 tahun demi lebih memerhatikan sang anak, Kay Saidpurnama. Lalu, ibu dua anak ini memelajari terapi dan asupan makanan untuk anak autisma. Berbekal latar belakang pendidikan dan jaringan petani yang ia bina saat masih bekerja di KEHATI sangat membantunya dalam memperoleh bahan makanan tanpa pupuk dan pestisida kimia serta tanpa MSG, pengawet, dan pewarna khusus untuk anak autisma. Di dapur rumahnya, Christine bereksperimen mengolah bahan makanan, seperti umbi–umbian, tepung, singkong dan talas menjadi berbagai jenis masakan dan kudapan bebas atau minim gluten.
Awalnya, memang untuk konsumsi sang anak dan keluarga serta komunitas orang tua anak autisma. Namun, setelah mengikuti berbagai pameran autisma, Christine mendapat respon positif dari makanan dan bahan makanan yang ia pamerkan. Lalu, Christine berpikir untuk berbagi bersama para orang tua yang memiliki anak autisma di tempat – tempat lain. Setelah mendirikan toko Kainara, Christine segera membuat situs kainara.com karena jam buka tokonya sangat terbatas dan untuk meluaskan pemasaran. Di situs kainara.com, Christine menjual produk dari bahan lokal dengan harga terjangkau untuk para autisma atau yang menjalani diet khusus. Seperti, keripik, kue, es krim, susu bebas kasein, abon, tepung/pati, bahan masakan, dan ayam sehat.
Ibu dua anak ini terjun langsung dari pemilihan desain, konten, dan aktivasi situs yang bekerja sama dengan web designer. Tak hanya berkarier solo dalam mendirikan kainara.com, Christine juga memotret sendiri produk–produk yang akan diunggah ke situs. Meski terkadang, sang adik ikut membantu proses pemotretan. “Saya juga menjadi content provider sekaligus admin web,” ujar ibu dua anak ini. Sampai sekarang, Christine belum pernah melakukan promosi untuk situsnya tersebut. Beruntung, ia mendapatkan rekomendasi positif di milis komunitas orang tua dari anak–anak autisma. “Kebanyakan pelanggan saya datang dari yang browsing di google karena keyword mereka cocok dengan yang saya cantumkan di web,” ujar Christine. Christine juga mengandalkan media sosial seperti facebook dan instagram untuk mengenalkan brand Kainara.
Meski tidak langsung melesat namun kainara.com memiliki grafik naik. Hingga kini dalam sehari, tercatat kurang lebih memiliki lima sampai sepuluh pesanan yang masuk melalui kainara.com. “Lebih banyak pesanan di website daripada di pameran dan toko,” ujar wanita yang pernah mengirim pesanan hingga ke Papua. Diakui Christine, bisnis online ini memiliki jangkauan luas dan mendongkrak penjualan. Namun, menuntut kecepatan mengunggah produk baru yang menarik dan informatif. Pembajakan ide dan produk juga menjadi rentan dalam bisnis digital. Selain itu, Christine juga menyediakan ruang untuk konsultasi melalui whatsapp atau blackberry messenger kepada para pelanggannya. “Buat saya, meski berbisnis online namun harus tetap ada human interaction agar pelanggan tetap setia,” tuturnya.
Tekad Christine muncul dari pengalamannya sebagai orang tua yang memiliki anak autisma. Christine mundur dari profesi yang ia geluti selama 10 tahun demi lebih memerhatikan sang anak, Kay Saidpurnama. Lalu, ibu dua anak ini memelajari terapi dan asupan makanan untuk anak autisma. Berbekal latar belakang pendidikan dan jaringan petani yang ia bina saat masih bekerja di KEHATI sangat membantunya dalam memperoleh bahan makanan tanpa pupuk dan pestisida kimia serta tanpa MSG, pengawet, dan pewarna khusus untuk anak autisma. Di dapur rumahnya, Christine bereksperimen mengolah bahan makanan, seperti umbi–umbian, tepung, singkong dan talas menjadi berbagai jenis masakan dan kudapan bebas atau minim gluten.
Awalnya, memang untuk konsumsi sang anak dan keluarga serta komunitas orang tua anak autisma. Namun, setelah mengikuti berbagai pameran autisma, Christine mendapat respon positif dari makanan dan bahan makanan yang ia pamerkan. Lalu, Christine berpikir untuk berbagi bersama para orang tua yang memiliki anak autisma di tempat – tempat lain. Setelah mendirikan toko Kainara, Christine segera membuat situs kainara.com karena jam buka tokonya sangat terbatas dan untuk meluaskan pemasaran. Di situs kainara.com, Christine menjual produk dari bahan lokal dengan harga terjangkau untuk para autisma atau yang menjalani diet khusus. Seperti, keripik, kue, es krim, susu bebas kasein, abon, tepung/pati, bahan masakan, dan ayam sehat.
Ibu dua anak ini terjun langsung dari pemilihan desain, konten, dan aktivasi situs yang bekerja sama dengan web designer. Tak hanya berkarier solo dalam mendirikan kainara.com, Christine juga memotret sendiri produk–produk yang akan diunggah ke situs. Meski terkadang, sang adik ikut membantu proses pemotretan. “Saya juga menjadi content provider sekaligus admin web,” ujar ibu dua anak ini. Sampai sekarang, Christine belum pernah melakukan promosi untuk situsnya tersebut. Beruntung, ia mendapatkan rekomendasi positif di milis komunitas orang tua dari anak–anak autisma. “Kebanyakan pelanggan saya datang dari yang browsing di google karena keyword mereka cocok dengan yang saya cantumkan di web,” ujar Christine. Christine juga mengandalkan media sosial seperti facebook dan instagram untuk mengenalkan brand Kainara.
Meski tidak langsung melesat namun kainara.com memiliki grafik naik. Hingga kini dalam sehari, tercatat kurang lebih memiliki lima sampai sepuluh pesanan yang masuk melalui kainara.com. “Lebih banyak pesanan di website daripada di pameran dan toko,” ujar wanita yang pernah mengirim pesanan hingga ke Papua. Diakui Christine, bisnis online ini memiliki jangkauan luas dan mendongkrak penjualan. Namun, menuntut kecepatan mengunggah produk baru yang menarik dan informatif. Pembajakan ide dan produk juga menjadi rentan dalam bisnis digital. Selain itu, Christine juga menyediakan ruang untuk konsultasi melalui whatsapp atau blackberry messenger kepada para pelanggannya. “Buat saya, meski berbisnis online namun harus tetap ada human interaction agar pelanggan tetap setia,” tuturnya.
Monika Erika