"Orang yang berbelanja karena stres sebetulnya ingin mendapatkan kembali 'kendali' dan memperbaiki mood. Tetapi setelah berbelanja dia juga tetap tidak happy," ujar psikolog Rosdiana Setyaningrum. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa orang yang selalu mengatasi stresnya dengan berbelanja akan menjadi compulsive shopper. Bila uangnya terbatas, ia tidak segan-segan untuk berutang yang kemudian menimbulkan rasa cemas dan frustasi, merasa kehilangan kendali, dan bermasalah dengan orang lain. Ketika belanja itu terus-menerus menjadi satu-satunya solusi untuk mengatasi stres, inti persoalan yang sesungguhnya tidak pernah terselesaikan.
Jika Anda termasuk dalam tipe normal shopper, maka Retail Therapy sangat cocok untuk Anda. Normal Shopper adalah orang yang merencanakan terlebih dahulu saat ingin berbelanja, dan merasa bahagia setelah berbelanja. "Seorang normal shopper tidak menghabiskan uang, mampu mengendalikan dorongan berbelanja, tidak berlebihan, tidak diliputi perasaan bersalah, dan merasa lebih baik setelah berbelanja," jelas Rosdiana.
Lain lagi dengan 3 jenis shopper berikut ini:
1. Neurotic shopper
Orang yang berbelanja karena stres. Berkeliling menghabiskan waktu, tetapi tidak membeli apa pun. "Orang dengan tipe ini tidak tahu apa yang dia mau. Memegang barang-barang seolah akan dibeli, kemudian dikembalikan lagi. Dia hanya ingin mendapatkan kendali atas dirinya, dan tidak bahagia setelah berkeliling," ujar Rosdiana.
2. Compulsive shopper
Orang dengan tipe ini belanja berulang untuk benda-benda yang sama dan tidak diperlukan. Setelah berbelanja dia akan merasa malu dan menyembunyikan belanjaannya. Ini yang disebut juga shopaholic," kata Rosdiana. Mirip dengan pengidap binge eating yang menyembunyikan makanannya dan merasa malu karena makan banyak.
3. Psychotic shopper
Orang dengan gangguan bipolar. "Orang dengan tipe ini emosinya naik-turun. Mendadak berubah dari sangat gembira menjadi sedih. Setelah bersemangat berbelanja, tiba-tiba sedih," kata Rosdiana. Psychotic shopper berbelanja secara impulsif. Apa saja yang dilihat langsung dibeli. Psychotic shopper disebut juga impulsive buyer.
Sebaiknya semua jenis pembelanja di luar tipe normal mencari ahli untuk memperoleh terapi prikologis untuk 'menyembuhkan' diri. Sebab Anda tidak disarankan menjadikan belanja sebagai 'obat' penghilang stres atau retail therapy.
Jika Anda termasuk dalam tipe normal shopper, maka Retail Therapy sangat cocok untuk Anda. Normal Shopper adalah orang yang merencanakan terlebih dahulu saat ingin berbelanja, dan merasa bahagia setelah berbelanja. "Seorang normal shopper tidak menghabiskan uang, mampu mengendalikan dorongan berbelanja, tidak berlebihan, tidak diliputi perasaan bersalah, dan merasa lebih baik setelah berbelanja," jelas Rosdiana.
Lain lagi dengan 3 jenis shopper berikut ini:
1. Neurotic shopper
Orang yang berbelanja karena stres. Berkeliling menghabiskan waktu, tetapi tidak membeli apa pun. "Orang dengan tipe ini tidak tahu apa yang dia mau. Memegang barang-barang seolah akan dibeli, kemudian dikembalikan lagi. Dia hanya ingin mendapatkan kendali atas dirinya, dan tidak bahagia setelah berkeliling," ujar Rosdiana.
2. Compulsive shopper
Orang dengan tipe ini belanja berulang untuk benda-benda yang sama dan tidak diperlukan. Setelah berbelanja dia akan merasa malu dan menyembunyikan belanjaannya. Ini yang disebut juga shopaholic," kata Rosdiana. Mirip dengan pengidap binge eating yang menyembunyikan makanannya dan merasa malu karena makan banyak.
3. Psychotic shopper
Orang dengan gangguan bipolar. "Orang dengan tipe ini emosinya naik-turun. Mendadak berubah dari sangat gembira menjadi sedih. Setelah bersemangat berbelanja, tiba-tiba sedih," kata Rosdiana. Psychotic shopper berbelanja secara impulsif. Apa saja yang dilihat langsung dibeli. Psychotic shopper disebut juga impulsive buyer.
Sebaiknya semua jenis pembelanja di luar tipe normal mencari ahli untuk memperoleh terapi prikologis untuk 'menyembuhkan' diri. Sebab Anda tidak disarankan menjadikan belanja sebagai 'obat' penghilang stres atau retail therapy.
Immanuella Rachmani