Diselenggarakan pertama kali pada tahun 2012 di Jakarta, ini adalah ketiga kalinya Apresiasi Film Indonesia (AFI) –hasil kolaborasi antara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Badan Perfilman Indonesia (BFI)— digelar pada 12-13 September 2014 mendatang. Kali ini Medan mengajukan diri menjadi tuan rumah, dengan puncak acara penganugerahan Piala Dewantara di Istana Maimoon yang indah dan bersejarah.
Untuk membedakan dengan Festival Film Indonesia (FFI) yang sudah berlangsung sejak tahun 1955, dalam ajang AFI ‘film Indonesia’ yang diapresiasi bukanlah sekadar film yang diproduksi di Indonesia, disampaikan dalam Bahasa Indonesia, dan dibuat oleh para insan film Indonesia. AFI secara khusus mengapresiasi film-film produksi nasional yang mengusung nilai-nilai budaya bangsa dan kearifan lokal, serta membangun karakter bangsa baik secara langsung maupun tak langsung.
Yang menggembirakan, film-film Indonesia dengan kriteria yang terkesan idealis tersebut, yang biasanya tak laku secara komersial, belakangan ini juga makin disukai masyarakat, bahkan beberapa di antaranya berhasil menjadi box office di bioskop. Sebut saja film Laskar Pelangi, yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata, atau Soekarno yang disutradarai Hanung Bramantyo, karena memang digarap dengan indah dan sungguh-sungguh, baik segi cerita maupun sinematografinya.
"AFI adalah upaya pemerintah untuk secara konsisten mendorong insan film Indonesia secara khusus dan komunitas kreatif Indonesia secara umum agar terus menghasilkan produk budaya sesuai dengan tatanan nilai dan karakter bangsa Indonesia," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan, pada konferensi pers di Hotel JS Luwansa Jakarta (4/9/2014).
Sebanyak 17 penghargaan Piala Dewantara –diambil dari nama tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara— akan diberikan kepada insan film dan lembaga yang telah menghadirkan karya-karya kreatif yang mengusung nilai-nilai budaya bangsa, sekaligus mendorong kemajuan perfilman nasional. Selanjutnya diharapkan akan mengangkat perfilman nasional ke pentas dunia dengan karakter khas Indonesia. Adapun Ketua Badan Perfilman Indonesia (BFI), Alex Komang, berharap ajang ini akan merangsang insan dan pelaku industri film di Indonesia agar semakin kreatif mengangkat kekayaan budaya dan kearifan lokal di tengah arus globalisasi.
Serangkaian acara akan digelar menjelang malam penganugerahan AFI 2014, antara lain pawai artis, pameran, dan workshop film yang bisa diikuti oleh masyarakat peminat film. Dan tentu saja acara red carpet yang selalu ditunggu-tunggu. Adapun penghargaan khusus dalam malam penganugerahan AFI 2014 dipersembahkan kepada seniman musik legendaris Indonesia yang ikut mewarnai perfilman nasional lewat ilustrasi musiknya, lewat Tribute to Idris Sardi.
Untuk membedakan dengan Festival Film Indonesia (FFI) yang sudah berlangsung sejak tahun 1955, dalam ajang AFI ‘film Indonesia’ yang diapresiasi bukanlah sekadar film yang diproduksi di Indonesia, disampaikan dalam Bahasa Indonesia, dan dibuat oleh para insan film Indonesia. AFI secara khusus mengapresiasi film-film produksi nasional yang mengusung nilai-nilai budaya bangsa dan kearifan lokal, serta membangun karakter bangsa baik secara langsung maupun tak langsung.
Yang menggembirakan, film-film Indonesia dengan kriteria yang terkesan idealis tersebut, yang biasanya tak laku secara komersial, belakangan ini juga makin disukai masyarakat, bahkan beberapa di antaranya berhasil menjadi box office di bioskop. Sebut saja film Laskar Pelangi, yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata, atau Soekarno yang disutradarai Hanung Bramantyo, karena memang digarap dengan indah dan sungguh-sungguh, baik segi cerita maupun sinematografinya.
"AFI adalah upaya pemerintah untuk secara konsisten mendorong insan film Indonesia secara khusus dan komunitas kreatif Indonesia secara umum agar terus menghasilkan produk budaya sesuai dengan tatanan nilai dan karakter bangsa Indonesia," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan, pada konferensi pers di Hotel JS Luwansa Jakarta (4/9/2014).
Sebanyak 17 penghargaan Piala Dewantara –diambil dari nama tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara— akan diberikan kepada insan film dan lembaga yang telah menghadirkan karya-karya kreatif yang mengusung nilai-nilai budaya bangsa, sekaligus mendorong kemajuan perfilman nasional. Selanjutnya diharapkan akan mengangkat perfilman nasional ke pentas dunia dengan karakter khas Indonesia. Adapun Ketua Badan Perfilman Indonesia (BFI), Alex Komang, berharap ajang ini akan merangsang insan dan pelaku industri film di Indonesia agar semakin kreatif mengangkat kekayaan budaya dan kearifan lokal di tengah arus globalisasi.
Serangkaian acara akan digelar menjelang malam penganugerahan AFI 2014, antara lain pawai artis, pameran, dan workshop film yang bisa diikuti oleh masyarakat peminat film. Dan tentu saja acara red carpet yang selalu ditunggu-tunggu. Adapun penghargaan khusus dalam malam penganugerahan AFI 2014 dipersembahkan kepada seniman musik legendaris Indonesia yang ikut mewarnai perfilman nasional lewat ilustrasi musiknya, lewat Tribute to Idris Sardi.
Tina Savitri