Tanpa usaha, banyak gending dan tarian Bali hanya akan bisa kita nikmati di museum-museum di luar negeri. Itulah yang memacu Putu Evie Suyadnyani dan suaminya terjun langsung melestarikannya.
Di bawah keteduhan pohon camplung yang menjulang tinggi, tubuh mungil Putu Evie Suyadnyani meliuk-liuk luwes. Bintik-bintik keringat di kening dan lehernya terlihat seperti manik-manik di permukaan kulitnya, yang di bawah cahaya senja jadi sewarna tembaga.
Di belakang Evie, serombongan bocah perempuan berusaha mengikuti gerakan dan instruksinya. “Sledet..! Ngegol…!” Begitu ia memberi instruksi sekaligus menyemangati para muridnya. Sledet adalah gerakan melirikkan bola mata, sedangkan ngegol adalah gerakan menggoyangkan pinggul. Sesekali ia balik badan dan menyelipkan tubuhnya di antara para penari cilik itu untuk mengoreksi posisi agem (antara berdiri dan jongkok) anak didiknya satu demi satu.
Latihan menari di sepetak latar teduh di area rekreasi Hotel Tanjung Sari Sanur ini dapat ditonton setiap hari Jumat dan Minggu oleh para tamu hotel, yang menyaksikannya dengan wajah terpesona.