Lihat sisi positifnya, karena  bukan berarti kebosanan tidak ada manfaatnya. Ada beberapa pemikiran bahwa  pembelajaran dan kreativitas justru muncul dari kebosanan. Lewat kebosanan pula kita ‘dipaksa’ untuk kembali fokus pada  masalah. Mari kita bereksperimen dengan sudut pandang para ilmuwan atau detektif, yaitu mengembangkan rasa ingin tahu untuk  menghadapi setiap situasi, seolah-olah Anda berasal dari planet lain. Karena itu, Dr. Alex Lickerman, seorang penulis di Psychology Today, menyarankan agar Anda rajin-rajin mengajukan pertanyaan-pertanyaan  berikut  kepada diri sendiri:
• Bagaimana lingkungan saya yang sekarang ini dapat menolong saya untuk berkembang?
• Bagaimana lingkungan saya yang sekarang ini dapat memberi kebahagiaan bagi orang lain?
• Bagaimana orang paling bijak di dunia memandang lingkungan saya yang sekarang ini? Dan apa yang akan dia lakukan?

Thich Nhat Hanh dalam bukunya The Miracle of Mindfulness,  menyarankan agar kita memasukkan unsur ‘meditasi’ setiap kali merasa bosan pada sesuatu, supaya kita bisa fokus kembali. Misalnya, saat mencuci perkakas dapur, lakukan itu sebagai kegiatan ‘meditasi’, dengan  merasakan tekstur perkakas dan suhu air,  atau mengamati gerak tubuh kita saat mencuci. Dan ketika kita dilanda kebosanan dalam pekerjaan, “Maknai pekerjaan itu sebagai suatu ‘karunia’ dari sang Pencipta, sehingga wajib disyukuri.” Dengan begitu, Anda bisa mengubah sesuatu yang membosankan menjadi sesuatu yang kreatif sekaligus bermakna.

Dalam tradisi Hindu dan Buddha, kebosanan dimaknai sebagai  jalan kecil menuju kesadaran
diri. Kebosanan bukanlah gangguan jiwa, melainkan cara alam untuk  menanggapi situasi  yang akan menentukan apakah berpengaruh baik atau buruk bagi hidup kita. Pikiran yang dilanda bosan merupakan kanvas untuk menorehkan inovasi sekaligus lahan untuk pembibitan hal-hal baru.