Mengutip kata Deepak Chopra: kesadaran adalah sebab, dunia materi hanyalah akibatnya. Tidak, saya tidak bermaksud membuat Anda pusing tujuh keliling dengan mengajak menguraikan tentang makna kesadaran. Tapi, pada pelatihan Mind Focus dari Katahati Institute yang saya ikuti beberapa waktu lalu, ada ironi yang terungkap. Bahwa saya justru kerap melupakan kekuatan kesadaran manusia yang menciptakan mulai dari kecanggihan pengetahuan hingga kemiskinan. Padahal, kesadaran adalah sumber sekaligus akses kekuatan untuk mencapai kehidupan yang hakiki. Yang diperlukan hanyalah melatih pikiran kita untuk fokus.
Kekuatan sejati
Sebelum mengikuti pelatihan mind focus, saya larut dalam kejaran waktu, mulai dari pekerjaan di kantor hingga rutinitas harian lain yang cukup melelahkan. Rasanya tidak banyak berbeda dengan Anda, bukan? Namun, seberapa banyak tujuan atau goal kita yang akhirnya meleset dari perkiraan? Berapa banyak dari kita yang sering kecewa, gelisah, dan galau karena keadaan yang kadang tak sesuai dengan yang kita harapkan? Ya, saya adalah salah satunya.
Pertanyaan-pertanyaan tentang realita kehidupan seperti itulah yang coba dijawab dalam pelatihan ini: akar dari permasalahan ada dalam hati. Kalau kita menganggap semua masalah kita berasal dari luar sana, pikiran seperti itulah yang menjadi masalah.
Awalnya, jujur saja, bagi saya kedengarannya klise, karena hampir selalu didengungkan oleh para motivator. Lebih lucu lagi, ketika kami para peserta diminta untuk mengarahkan pikiran dan hati menuju gelombang otak alpha, yaitu titik di mana diri kita dibawa ke arena relaksasi, meditatif, dan fokus di alam bawah sadar, saya justru ketiduran. Tidak main-main, dua kali sesi, dua kali pula saya tertidur.
Yang tidak saya sadari, ketika sedang diminta memfokuskan pikiran dan hati, ternyata kesadaran saya justru membawa pada kebutuhan akan istirahat. Intinya, saya memang butuh istirahat setelah melewati hari-hari yang melelahkan. Jangan-jangan memang benar bahwa masalah, tantangan, kekecewaan, rintangan, atau apa pun yang menghalangi kebahagiaan dan cita-cita saya, akar utamanya berasal dari dalam pikiran saya sendiri. Mungkin selama ini otak saya begitu banyak terdistraksi sehingga tak bisa berpikir bening dan fokus.
Akhirnya, tidak seperti dua kali proses sebelumnya, dalam meditasi ketiga akhirnya saya dapat mensinergikan antara pikiran dan hati saya. Mungkin karena saya telah mengobrak-abrik pikiran dengan mencari beban apa saja memberatkan langkah saya selama ini, mungkin juga karena setelah cukup beristirahat saya akhirnya mengerti dan bisa menggambarkan apa cita-cita saya dan bagaimana bila cita-cita itu terwujud.
Diiringi musik yang membuat relaks, akhirnya saya bisa memfokuskan diri dan melihat kehidupan saya saat cita-cita saya tercapai. Sejenak saya merasa terbang dan melihat diri saya yang sedang berbahagia di titik pencapaian itu. Inilah saya, yang sedang berada dalam gelombang alpha, berjalan seiring semesta, bersama keyakinan akan tercapainya cita-cita. Dan, benar apa yang dikatakan Albert Einstein, bahwa kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan, melainkan imajinasi.
Kekuatan sejati
Sebelum mengikuti pelatihan mind focus, saya larut dalam kejaran waktu, mulai dari pekerjaan di kantor hingga rutinitas harian lain yang cukup melelahkan. Rasanya tidak banyak berbeda dengan Anda, bukan? Namun, seberapa banyak tujuan atau goal kita yang akhirnya meleset dari perkiraan? Berapa banyak dari kita yang sering kecewa, gelisah, dan galau karena keadaan yang kadang tak sesuai dengan yang kita harapkan? Ya, saya adalah salah satunya.
Pertanyaan-pertanyaan tentang realita kehidupan seperti itulah yang coba dijawab dalam pelatihan ini: akar dari permasalahan ada dalam hati. Kalau kita menganggap semua masalah kita berasal dari luar sana, pikiran seperti itulah yang menjadi masalah.
Awalnya, jujur saja, bagi saya kedengarannya klise, karena hampir selalu didengungkan oleh para motivator. Lebih lucu lagi, ketika kami para peserta diminta untuk mengarahkan pikiran dan hati menuju gelombang otak alpha, yaitu titik di mana diri kita dibawa ke arena relaksasi, meditatif, dan fokus di alam bawah sadar, saya justru ketiduran. Tidak main-main, dua kali sesi, dua kali pula saya tertidur.
Yang tidak saya sadari, ketika sedang diminta memfokuskan pikiran dan hati, ternyata kesadaran saya justru membawa pada kebutuhan akan istirahat. Intinya, saya memang butuh istirahat setelah melewati hari-hari yang melelahkan. Jangan-jangan memang benar bahwa masalah, tantangan, kekecewaan, rintangan, atau apa pun yang menghalangi kebahagiaan dan cita-cita saya, akar utamanya berasal dari dalam pikiran saya sendiri. Mungkin selama ini otak saya begitu banyak terdistraksi sehingga tak bisa berpikir bening dan fokus.
Akhirnya, tidak seperti dua kali proses sebelumnya, dalam meditasi ketiga akhirnya saya dapat mensinergikan antara pikiran dan hati saya. Mungkin karena saya telah mengobrak-abrik pikiran dengan mencari beban apa saja memberatkan langkah saya selama ini, mungkin juga karena setelah cukup beristirahat saya akhirnya mengerti dan bisa menggambarkan apa cita-cita saya dan bagaimana bila cita-cita itu terwujud.
Diiringi musik yang membuat relaks, akhirnya saya bisa memfokuskan diri dan melihat kehidupan saya saat cita-cita saya tercapai. Sejenak saya merasa terbang dan melihat diri saya yang sedang berbahagia di titik pencapaian itu. Inilah saya, yang sedang berada dalam gelombang alpha, berjalan seiring semesta, bersama keyakinan akan tercapainya cita-cita. Dan, benar apa yang dikatakan Albert Einstein, bahwa kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan, melainkan imajinasi.
(bersambung ke Melatih Diri Jadi Sufi Kontemporer [2])