Mengutip kata Deepak Chopra: kesadaran adalah sebab, dunia materi hanyalah akibatnya. Tidak, saya tidak bermaksud membuat Anda pusing tujuh keliling dengan mengajak menguraikan tentang makna kesadaran. Tapi, pada pelatihan Mind Focus dari Katahati Institute yang saya ikuti beberapa waktu lalu, ada ironi yang terungkap. Bahwa saya justru kerap melupakan kekuatan kesadaran manusia yang menciptakan mulai dari kecanggihan pengetahuan hingga kemiskinan. Padahal, kesadaran adalah sumber sekaligus akses kekuatan untuk mencapai kehidupan yang hakiki. Yang diperlukan hanyalah melatih pikiran kita untuk fokus.
Doa penguat sugesti
Setelah perjalanan melatih pikiran untuk fokus guna meningkatkan kekuatan pikiran, kecerdasan emosi, dan kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dengan lebih mudah dan menyenangkan, saya jadi teringat akan doa. Meski perkara doa juga dibahas di pelatihan mind focus ini, saya punya pengalaman yang sangat personal akan doa.
Dulu, saya pernah bercita-cita meraih gelar sarjana dari salah satu perguruan tinggi yang telah saya targetkan sejak di bangku SMP. Tak ada usaha ngoyo atau rasa ragu, justru saya menjalaninya dengan tenang, dan ibarat membidikkan peluru, saya hanya melihat pada satu titik tembak. Hasilnya? Happy ending! Rasanya, saat saya sedang benar-benar mengingingkan sesuatu dengan fokus, seperti kata Paulo Coelho, alam semesta akan bersatu untuk mendukung dan mewujudkannya. Saat itu, doa menjadi media penguat sugesti sekaligus penguat keikhlasan. Meskipun kekuatan doa lebih dari sekadar sugesti bila merunut pada keyakinan agama.
Dalam pelatihan bersama Katahati, hal ini disentil kembali dengan cara yang lebih ilmiah agar doa bukan sekedar penguat sugesti, tapi juga media yang paling dahsyat dalam hidup. Yaitu, dengan menerapkan cara 'kita sudah tahu' apa yang kita doakan dan berdoa seolah kita sudah menerima hasil dari doa tersebut. Relaksasi yang meditatif dalam ketenangan gelombang alfa, membawa saya menyatu dengan semesta. Doa dan fokus cita-cita menjadi irama tersendiri dalam 'penerbangan' saya di gelombang berdaya 7 heartz ini.
Sembilan jam berkutat dengan perjalanan memfokuskan pikiran akhirnya menjadikan saya lebih siap menapaki lini kehidupan. Sampai detik ini, saya begitu yakin bila kedekatan saya dengan semesta melalui proses-proses meditatif dan doa, semua itu akan membawa saya menuju goal pribadi.
Berkomunikasi dengan Tuhan
Menurut Erbe Sentanu, pendiri sekaligus instruktur di Katahati Institute, pengelolaan gelombang otak akan membantu kita menemukan tombol ikhlas pada otak yang terletak tepat di bagian tengah otak.
Untuk mengaktifkan tombol tersebut, tekan bagian tengah kening sambil membayangkan sebuah garis imajiner yang menembus langsung ke bagian belakang kepala. Lalu ambil titik lain di bagian tengah samping kiri kepala dan bayangkan lagi sebuah garis imajiner dari kiri kepala yang menembus hingga ke bagian kanan kepala. Titik pertemuan kedua garis imajiner itulah yang menjadi tombol ikhlas atau god spot dalam otak kita.
Sambil membayangkan garis-garis imajiner tersebut, kita juga dapat menenangkan pikiran, melupakan segala permasalahan, dan menerbitkan dorangan, mengapa tak mencoba bicara dengan Tuhan? Erbe mengutip pernyataan Dr. Ebrahim Kazim, pendiri Islamic Academy di Trinidad, bahwa para ilmuwan menemukan god spot atau pusat spiritualis di temporal lobe, yaitu sebuah titik pada bagian tengah otak, yang apabila diaktifkan, dapat menjadi antena untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Doa penguat sugesti
Setelah perjalanan melatih pikiran untuk fokus guna meningkatkan kekuatan pikiran, kecerdasan emosi, dan kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dengan lebih mudah dan menyenangkan, saya jadi teringat akan doa. Meski perkara doa juga dibahas di pelatihan mind focus ini, saya punya pengalaman yang sangat personal akan doa.
Dulu, saya pernah bercita-cita meraih gelar sarjana dari salah satu perguruan tinggi yang telah saya targetkan sejak di bangku SMP. Tak ada usaha ngoyo atau rasa ragu, justru saya menjalaninya dengan tenang, dan ibarat membidikkan peluru, saya hanya melihat pada satu titik tembak. Hasilnya? Happy ending! Rasanya, saat saya sedang benar-benar mengingingkan sesuatu dengan fokus, seperti kata Paulo Coelho, alam semesta akan bersatu untuk mendukung dan mewujudkannya. Saat itu, doa menjadi media penguat sugesti sekaligus penguat keikhlasan. Meskipun kekuatan doa lebih dari sekadar sugesti bila merunut pada keyakinan agama.
Dalam pelatihan bersama Katahati, hal ini disentil kembali dengan cara yang lebih ilmiah agar doa bukan sekedar penguat sugesti, tapi juga media yang paling dahsyat dalam hidup. Yaitu, dengan menerapkan cara 'kita sudah tahu' apa yang kita doakan dan berdoa seolah kita sudah menerima hasil dari doa tersebut. Relaksasi yang meditatif dalam ketenangan gelombang alfa, membawa saya menyatu dengan semesta. Doa dan fokus cita-cita menjadi irama tersendiri dalam 'penerbangan' saya di gelombang berdaya 7 heartz ini.
Sembilan jam berkutat dengan perjalanan memfokuskan pikiran akhirnya menjadikan saya lebih siap menapaki lini kehidupan. Sampai detik ini, saya begitu yakin bila kedekatan saya dengan semesta melalui proses-proses meditatif dan doa, semua itu akan membawa saya menuju goal pribadi.
Berkomunikasi dengan Tuhan
Menurut Erbe Sentanu, pendiri sekaligus instruktur di Katahati Institute, pengelolaan gelombang otak akan membantu kita menemukan tombol ikhlas pada otak yang terletak tepat di bagian tengah otak.
Untuk mengaktifkan tombol tersebut, tekan bagian tengah kening sambil membayangkan sebuah garis imajiner yang menembus langsung ke bagian belakang kepala. Lalu ambil titik lain di bagian tengah samping kiri kepala dan bayangkan lagi sebuah garis imajiner dari kiri kepala yang menembus hingga ke bagian kanan kepala. Titik pertemuan kedua garis imajiner itulah yang menjadi tombol ikhlas atau god spot dalam otak kita.
Sambil membayangkan garis-garis imajiner tersebut, kita juga dapat menenangkan pikiran, melupakan segala permasalahan, dan menerbitkan dorangan, mengapa tak mencoba bicara dengan Tuhan? Erbe mengutip pernyataan Dr. Ebrahim Kazim, pendiri Islamic Academy di Trinidad, bahwa para ilmuwan menemukan god spot atau pusat spiritualis di temporal lobe, yaitu sebuah titik pada bagian tengah otak, yang apabila diaktifkan, dapat menjadi antena untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Monika Erika