Setelah berkali-kali pindah kerja, Susi Aditya ternyata merasakan lelah dan hampa. “Saya tidak tahu apa yang saya cari,” kata ibu empat anak ini. Sampai kemudian ia menyambutajakan Wahyu Dilts, kakaknya, yang selama ini terjun di bidang sosial, untuk membantu program belajar anak-anak jalanan.
“Saya merasa lebih dihargai dan terharu melihat mereka antusias mendengarkan saya mengajar,” ujar wanita yang memang punya latar belakang ilmu pendidikan itu. Bersama kakaknya, Susi 'berjuang' mengentaskan para anak jalanan untuk lebih mandiri dan produktif. Ia merasa menemukan jati diri.
“Meskipun taruhannya nyawa,” kenang Susi yang pernah dikalungi golok oleh salah satu orang tua muridnya. Maklumlah kebanyakan ayah mereka 'preman'.
Kenikmatan karena berbagi juga dirasakan oleh Nuning Purnamaningsih, seorang penyiar radio swasta senior. Awalnya ia terpanggil membantu Yayasan Mitra Netra (YMN) yang saat itu sangat membutuhkan pengisi suara untuk digital talking book (DTB). Karena memiliki 'aset' berupa suara, ia pun mendaftarkan diri sebagai relawan.
Tiga tahun terakhir ini, dengan suara merdunya, Nuning membacakan buku-buku pelajaran maupun novel populer. “Yang paling menggembirakan, seorang anak tuna netra mengaku sangat senang belajar karena mendengarkan suara saya,” ujar ibu lima anak ini.
Dengan berbagi, menurut Nuning, hidupnya merasa lebih seimbang. “Saya senang karena bisa membuat orang yang nyaris putus asa menjadi punya harapan. Padahal yang saya lakukan hanya mendengar curhat di telepon,” ujarnya. Itulah yang membuat wanita ini bertahan sebagai volunteer di Hotline Servis Bersama (HSB) -layanan konseling keluarga via telepon – selama lebih 20 tahun.
Ingin seperti Susi dan Nuning,? Anda bisa menghubungi tiga tempat berikut agar Anda bisa melakukan aksi sosial di tempat yang sudah terorganisasi :