Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dan konselor perkawinan dari Personal Growth, ketika kita sudah menjalani hubungan berpuluh tahun dengan seseorang -baik pasangan, sahabat, orangtua atau rekan kerja- kita justru memperlakukannya dengan 'taken for granted'. Kita berharap mereka bisa selalu memahami, menyayangi, dan berada di samping kita, apa pun yang terjadi. Kita seolah lupa bahwa sekalipun sudah bertahun mengenal kita luar dalam, mereka bukanlah paranormal yang mampu 'membaca' pikiran dan menangkap maksud hati sebenarnya.
Berhubungan dengan orang lain perlu seni tersendiri. Agar suatu hubungan tetap langgeng dan sehat, Ratih menyebut tiga hal penting yang perlu dijaga yaitu: kepercayaan (trust), rasa menghargai (respect), dan ketergantungan (interdependency). "Hubungan yang tak dilandasi kepercayaan akan mudah goyah. Sedangkan untuk menjalin hubungan yang langgeng, kita harus bisa menghargai orang lain, berempati pada perasaan mereka, mengakui kekuatan dan menerima kelemahan mereka," kata Ratih.
"Hubungan yang sehat melibatkan dua orang dewasa yang mandiri tetapi mampu berkembang bersama dan memiliki ketergantungan untuk mencapai suatu tujuan," tambahnya.
Berhubungan dengan orang lain perlu seni tersendiri. Agar suatu hubungan tetap langgeng dan sehat, Ratih menyebut tiga hal penting yang perlu dijaga yaitu: kepercayaan (trust), rasa menghargai (respect), dan ketergantungan (interdependency). "Hubungan yang tak dilandasi kepercayaan akan mudah goyah. Sedangkan untuk menjalin hubungan yang langgeng, kita harus bisa menghargai orang lain, berempati pada perasaan mereka, mengakui kekuatan dan menerima kelemahan mereka," kata Ratih.
"Hubungan yang sehat melibatkan dua orang dewasa yang mandiri tetapi mampu berkembang bersama dan memiliki ketergantungan untuk mencapai suatu tujuan," tambahnya.
Checkup hubungan
Seperti halnya mobil yang perlu di-checkup berkala agar bisa dikendarai dengan aman dan nyaman, Anda pun perlu melakukan checkup untuk setiap hubungan Anda. Dalam sebuah perkawinan, kata James Cordova, profesor psikologi dari Clark University in Wonchester, Amerika Serikat dan penulis buku The Marriage Checkup, langkah ini penting untuk mengevaluasi kualitas hubungan mereka, memperbaiki kekurangan masing-masing agar bisa menyelesaikan masalah yang ada.
Tidak perlu ritual khusus. Untuk setiap hubungan, Anda bisa memulai dengan menanyakan dulu kepada diri sendiri beberapa hal berikut:
1. Apakah saya masih nyaman dalam hubungan ini?
2. Apakah saya bisa menerima dia apa adanya?
Kalau masih ada hal-hal yang sulit ditoleransi, seberapa besar hal itu mengganggu Anda.
3. Apakah saya bisa mengekspresikan kesedihan dan kemarahan kepadanya?
Di setiap hubungan sangat mungkin terjadi konflik. Ada kalanya konflik bisa menjadi penguat hubungan, tetapi ada pula konflik yang menyerang karakter masing-masing dan ini bisa merusak hubungan Anda berdua.
4. Apakah saya bersedia memaafkan dia atau sebaliknya masih menyimpan dendam?
Rasa sakit hati yang bertumpuk akan menjadi kronis dan bisa meledak sewaktu-waktu, menghancurkan hubungan Anda berdua. Sedapat mungkin lakukan sesuatu agar Anda bisa melepaskan rasa sakit hati atau kekecewaan Anda segera.
Setelah itu, carilah waktu yang tepat untuk duduk bersama membicarakan kondisi hubungan Anda berdia. Mulailah dengan menanyakan 'bagaimana keadaanmu hari ini?' Bisa juga dengan ngobrol santai sambil minum teh. Intinya, ciptakan suasana dan mood yang enak dulu. Jangan langsung membahas topik yang berat di awal pembicaraan.
Jadwalkan checkup ini secara berkala, sesuai kebutuhan dan kesepakatan Anda berdua. Yang penting, jangan menunggu sampai hubungan Anda berada di ujung tanduk. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Shinta Kusuma