Banyak orang berpendapat bahwa ibu dengan anak gadisnya bisa merupakan sahabat akrab. Bahkan lewat keakraban itu, sang ibu bisa 'mengarahkan' putrinya sekaligus belajar banyak hal yang berguna bagi dirinya sendiri. Berikut kisah dua ibu tentang putri mereka.
Tetty Pontoh (42)
“Putri saya, Debra (12 tahun), sedang beranjak dewasa. Tentu saja banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Antara lain, kini dia jadi punya hobi menelepon. Dalam sehari, bisa berkali-kali dia menelepon teman-temannya. Lucunya, teman yang ditelepon itu orang yang sama. Topiknya sih, seputar tugas sekolah dan terkadang gosip anak-anak gadislah. Sesekali teman cowoknya menelepon. Yang satu ini membuat saya agak penasaran, ingin tahu apa pembicaraan mereka, tapi saya bisa menahan diri untuk menanyakannya.
Ada satu kejadian yang menggelitik beberapa waktu lalu. Debra mendapatkan gelar Queen dalam satu acara liburan sekolah. Yang mendapat gelar King adalah teman laki-lakinya, yang menurut gosip disukai Debra. Iseng saya bertanya, 'Kok, dia yang jadi rajanya?' Dengan santai Debra menjawab, 'Kata teman-temanku dia suka sama aku, Ma.' Begitulah cara saya 'mengorek' info darinya.
Pada dasarnya, pergaulan Debra tidak terlalu merisaukan hati saya. Karena, dia sering bercerita tentang teman-temannya, dan dia tidak sungkan memperkenalkan mereka kepada saya. Antara lain sewaktu saya mengantarnya ke sekolah. 'Ini lho Ma, temanku yang aku ceritakan waktu itu…' Jadi secara tak langsung, saya merasa tidak terlalu asing dengan lingkungannya. Mungkin, kalau dia memperkenalkan saya dengan teman pria spesialnya, saya akan pingsan, ha, ha, ha…..! Maklum, dia kan, masih sangat muda.
Perubahan lain yang tampak adalah mood dia yang mudah sekali terusik. Padahal, hal-hal yang membuat dirinya ngambek menurut saya bukan sesuatu yang besar. Seperti bad hair day, bisa membuat harinya kelabu. Biasanya saya akan mendatanginya dan memberi penjelasan secara halus, agar dia bisa mengerti dan menerima keadaan. Debra itu sensitif, maka cara menghadapinya harus dengan kelembutan.
Soal berdandan, Debra juga sudah mulai berubah. Kalau dahulu ia ‘terima jadi’ dari saya, kini ia berkata 'ya' jika saya memberinya baju, tapi tidak pernah dikenakan. Dalam hal ini saya tidak akan memaksa, karena pada akhirnya setiap orang akan memiliki karakter dan style masing-masing. Untunglah Debra tidak suka memakai pakaian yang 'terbuka', dia bahkan sangat girlie dalam berdandan. Gaya dia yang suka ‘tabrak warna’, bagi saya tidak masalah. Terkadang, saya ingin dia memakai busana gaya anak muda sekarang seperti tank top. Tapi ternyata dia menolak, dengan alasan risi memakai atasan model itu.
Proses pertumbuhan Debra yang beranjak dewasa ini mengajarkan saya untuk lebih bijaksana, dan lebih menahan diri untuk tidak memaksakan kehendak. Terkadang apa yang ia kerjakan salah di mata saya, namun saya menahan hati untuk tidak mempermasalahkannya. Satu hal yang selalu saya tekankan pada Debra adalah untuk menceritakan segala sesuatu yang mengusik atau yang membuatnya merasa tidak nyaman. Jika ia tidak bisa mengatasi suatu masalah, saya selalu siap untuk membantunya.”
Tetty Pontoh (42)
“Putri saya, Debra (12 tahun), sedang beranjak dewasa. Tentu saja banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Antara lain, kini dia jadi punya hobi menelepon. Dalam sehari, bisa berkali-kali dia menelepon teman-temannya. Lucunya, teman yang ditelepon itu orang yang sama. Topiknya sih, seputar tugas sekolah dan terkadang gosip anak-anak gadislah. Sesekali teman cowoknya menelepon. Yang satu ini membuat saya agak penasaran, ingin tahu apa pembicaraan mereka, tapi saya bisa menahan diri untuk menanyakannya.
Ada satu kejadian yang menggelitik beberapa waktu lalu. Debra mendapatkan gelar Queen dalam satu acara liburan sekolah. Yang mendapat gelar King adalah teman laki-lakinya, yang menurut gosip disukai Debra. Iseng saya bertanya, 'Kok, dia yang jadi rajanya?' Dengan santai Debra menjawab, 'Kata teman-temanku dia suka sama aku, Ma.' Begitulah cara saya 'mengorek' info darinya.
Pada dasarnya, pergaulan Debra tidak terlalu merisaukan hati saya. Karena, dia sering bercerita tentang teman-temannya, dan dia tidak sungkan memperkenalkan mereka kepada saya. Antara lain sewaktu saya mengantarnya ke sekolah. 'Ini lho Ma, temanku yang aku ceritakan waktu itu…' Jadi secara tak langsung, saya merasa tidak terlalu asing dengan lingkungannya. Mungkin, kalau dia memperkenalkan saya dengan teman pria spesialnya, saya akan pingsan, ha, ha, ha…..! Maklum, dia kan, masih sangat muda.
Perubahan lain yang tampak adalah mood dia yang mudah sekali terusik. Padahal, hal-hal yang membuat dirinya ngambek menurut saya bukan sesuatu yang besar. Seperti bad hair day, bisa membuat harinya kelabu. Biasanya saya akan mendatanginya dan memberi penjelasan secara halus, agar dia bisa mengerti dan menerima keadaan. Debra itu sensitif, maka cara menghadapinya harus dengan kelembutan.
Soal berdandan, Debra juga sudah mulai berubah. Kalau dahulu ia ‘terima jadi’ dari saya, kini ia berkata 'ya' jika saya memberinya baju, tapi tidak pernah dikenakan. Dalam hal ini saya tidak akan memaksa, karena pada akhirnya setiap orang akan memiliki karakter dan style masing-masing. Untunglah Debra tidak suka memakai pakaian yang 'terbuka', dia bahkan sangat girlie dalam berdandan. Gaya dia yang suka ‘tabrak warna’, bagi saya tidak masalah. Terkadang, saya ingin dia memakai busana gaya anak muda sekarang seperti tank top. Tapi ternyata dia menolak, dengan alasan risi memakai atasan model itu.
Proses pertumbuhan Debra yang beranjak dewasa ini mengajarkan saya untuk lebih bijaksana, dan lebih menahan diri untuk tidak memaksakan kehendak. Terkadang apa yang ia kerjakan salah di mata saya, namun saya menahan hati untuk tidak mempermasalahkannya. Satu hal yang selalu saya tekankan pada Debra adalah untuk menceritakan segala sesuatu yang mengusik atau yang membuatnya merasa tidak nyaman. Jika ia tidak bisa mengatasi suatu masalah, saya selalu siap untuk membantunya.”
(bersambung)