Banyak orang menyarankan, untuk menghindari debat kusir dengan pasangan, kita disarankan untuk tetap bersikap tenang. Memang kedengarannya mudah, tetapi pada kenyataan, sangat sulit dipraktekkan. Bagaimana mungkin kita menahan emosi apalagi kalau pasangan sudah menyinggung ego atau harga diri?
Karena itu, sebelum emosi Anda tersulut, Julia Cole, relationship expert dari Inggris dan penulis buku 'How to Stay Together Forever', menyarankan untuk melakukan time out selama 20 menit agar Anda bisa lebih tenang dalam menyampaikan keberatan Anda kepada pasangan. Akan lebih baik jika Anda mengatakan,”Kita bicarakan nanti saja,” daripada terus bicara dengan emosi meluap-luap. Selain lebih melelahkan, pasangan pun bisa merasa sakit hati. Padahal mungkin Anda sendiri tidak bermaksud mengucapkan kata-kata tersebut.
Pertengkaran dengan pasangan bukan hanya disebabkan faktor komunikasi saja, tetapi latar belakang keluarga dan pola asuh orang tua juga ikut berpengaruh. Orang tua yang bercerai, kebiasaan orang tua yang sering beradu mulut di depan anaknya, membuat kita tidak punya contoh cara penyelesaian masalah dengan pasangan yang sehat. Meskipun tidak selalu perceraian orang tua akan menyebabkan hal yang sama bagi anaknya.
Selain itu, tekanan dari luar seperti: finansial, anak dan pekerjaan, juga kerap menjadi pemicu pertengkaran dalam perkawinan. Survei Universitas Oxford Brookes (2001) menemukan 25 persen dari ibu bekerja mengalami masalah dalam hubungan perkawinannya. Tekanan untuk membagi waktu seimbang antara keluarga dan pekerjaan dapat memicu pertengkaran dengan pasangan, bahkan bisa berbuntut perceraian.