Wanita dikenal lihai dalam menangani berbagai hal sekaligus (multitasking). Misalnya, saat bekerja di kantor dia bisa membagi perhatian untuk anak-anak di rumah (atau sekolah) dan memikirkan hadiah ulang tahun bagi seorang sahabat. Pria, tidak dapat melakukan hal seperti itu.
Namun entah mengapa, ‘keahlian’ tersebut menghilang ketika berhadapan dengan urusan seks. Ada saja alasan untuk menolak berhubungan intim dengan pasangan, mulai dari terlalu lelah, banyak pekerjaan, hingga stres. Mungkin sebenarnya ada keinginan untuk bermesraan dengan suami, tapi Anda dihantui perasaan bersalah kalau tidak bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Lalu, Anda pun mencari-cari penyebabnya. Apakah libido yang rendah sehingga perlu mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan hasrat bercinta. Atau, Anda perlu merencanakan bulan madu kedua, ketiga, dan seterusnya.
Menurut Zoya Jusung, M.Si, psikolog, Anda perlu menggali sebab yang lebih dalam jika Anda tidak bisa menikmati seks yang sehat dan menyenangkan.
Pengalaman masa kecil
Anak-anak tumbuh dan belajar mengenai seks dari orang-orang terdekat, seperti orang tua dan teman. Demikian menurut Anne Hooper dalam bukunya, How Was It For You. Tanpa disadari, pengetahuan di masa kecil itu akan mempengaruhi hubungan dan perilaku seksual Anda setelah dewasa.
Contohnya Julia (bukan nama sebenarnya), dibesarkan oleh ayah yang agresif dan jarang menunjukkan kasih sayang kepada ibunya. Ini membuat Julia berpikir bahwa seks adalah urusan menguasai (dari ayah) dan mematuhi (dari ibu). Konsekuensinya, ia tidak pernah benar-benar memahami seksualitasnya. “Saya tidak pernah mencoba sesuatu yang baru ataupun memiliki keinginan tertentu dalam berhubungan intim, walaupun suami saya sering menyarankan untuk bereksperimen dan mencari variasi baru,” ujarnya.
Jika suami-istri ingin mencoba hal-hal baru, yang perlu dilatih adalah cara mengkomunikasikan dengan benar dan jelas, sehingga masing-masing memahami kebutuhan pasangannya, dan keinginan mereka pun bisa terwujud.
Beda rangsangan
Wanita memerlukan rangsangan seks yang berbeda daripada pria. Jika pria cenderung mudah terbangkitkan secara visual, wanita akan terbangkitkan oleh suasana yang romantis. Kesulitan timbul jika pasangannya kurang menyadari hal tersebut. Atau si wanita tidak memotivasi diri untuk menciptakan suasana yang mendukung. Solusinya dengan menerapkan pola komunikasi yang terbuka dan setara antara suami-istri. Bukan hal yang tabu dan tak perlu malu untuk meminta pasangan melakukan hal-hal yang Anda inginkan. Atau, tak ada salahnya jika Anda berfantasi, misalnya membayangkan bintang film idola Anda. Perhatikan juga hal-hal yang membuat pasangan Anda bergairah, dan cobalah untuk melakukannya.
Yang perlu diingat, kepuasan seksual tidak selalu berarti orgasme. Menargetkan orgasme sebagai tujuan dalam berhubungan seks bisa menimbulkan tekanan-tekanan yang membuat kepuasan seks makin sulit dicapai.
Sensitif terhadap gangguan
Ciri khas wanita adalah, sedikit saja mendapat gangguan, akan sulit menikmati seks. Sebuah penelitian di Belanda menyatakan, wanita harus benar-benar santai untuk dapat mencapai orgasme. Dalam penelitian itu, 13 pria diminta merangsang pasangannya, sementara pada kepala wanita dipasang scanner. Ternyata sebagian besar otak wanita yang berhubungan dengan emosi tidak beraktivitas sebagaimana yang diharapkan.
Dalam kehidupan wanita masa kini yang semakin kompleks, gangguan bisa timbul dalam berbagai bentuk. Mulai dari beban pekerjaan hingga urusan rumah tangga sehari-hari. Salah satu cara yang dapat Anda lakukan adalah dengan memandang seks sebagai sarana prokreasi. Jadi, daripada berkata, “Saya tak bisa berhubungan seks malam ini karena memikirkan urusan kantor yang belum selesai,” lebih baik ubah menjadi, “Daripada pusing memikirkan urusan kantor, lebih baik malam ini saya nikmati bersama suami.”
Namun entah mengapa, ‘keahlian’ tersebut menghilang ketika berhadapan dengan urusan seks. Ada saja alasan untuk menolak berhubungan intim dengan pasangan, mulai dari terlalu lelah, banyak pekerjaan, hingga stres. Mungkin sebenarnya ada keinginan untuk bermesraan dengan suami, tapi Anda dihantui perasaan bersalah kalau tidak bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Lalu, Anda pun mencari-cari penyebabnya. Apakah libido yang rendah sehingga perlu mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan hasrat bercinta. Atau, Anda perlu merencanakan bulan madu kedua, ketiga, dan seterusnya.
Menurut Zoya Jusung, M.Si, psikolog, Anda perlu menggali sebab yang lebih dalam jika Anda tidak bisa menikmati seks yang sehat dan menyenangkan.
Pengalaman masa kecil
Anak-anak tumbuh dan belajar mengenai seks dari orang-orang terdekat, seperti orang tua dan teman. Demikian menurut Anne Hooper dalam bukunya, How Was It For You. Tanpa disadari, pengetahuan di masa kecil itu akan mempengaruhi hubungan dan perilaku seksual Anda setelah dewasa.
Contohnya Julia (bukan nama sebenarnya), dibesarkan oleh ayah yang agresif dan jarang menunjukkan kasih sayang kepada ibunya. Ini membuat Julia berpikir bahwa seks adalah urusan menguasai (dari ayah) dan mematuhi (dari ibu). Konsekuensinya, ia tidak pernah benar-benar memahami seksualitasnya. “Saya tidak pernah mencoba sesuatu yang baru ataupun memiliki keinginan tertentu dalam berhubungan intim, walaupun suami saya sering menyarankan untuk bereksperimen dan mencari variasi baru,” ujarnya.
Jika suami-istri ingin mencoba hal-hal baru, yang perlu dilatih adalah cara mengkomunikasikan dengan benar dan jelas, sehingga masing-masing memahami kebutuhan pasangannya, dan keinginan mereka pun bisa terwujud.
Beda rangsangan
Wanita memerlukan rangsangan seks yang berbeda daripada pria. Jika pria cenderung mudah terbangkitkan secara visual, wanita akan terbangkitkan oleh suasana yang romantis. Kesulitan timbul jika pasangannya kurang menyadari hal tersebut. Atau si wanita tidak memotivasi diri untuk menciptakan suasana yang mendukung. Solusinya dengan menerapkan pola komunikasi yang terbuka dan setara antara suami-istri. Bukan hal yang tabu dan tak perlu malu untuk meminta pasangan melakukan hal-hal yang Anda inginkan. Atau, tak ada salahnya jika Anda berfantasi, misalnya membayangkan bintang film idola Anda. Perhatikan juga hal-hal yang membuat pasangan Anda bergairah, dan cobalah untuk melakukannya.
Yang perlu diingat, kepuasan seksual tidak selalu berarti orgasme. Menargetkan orgasme sebagai tujuan dalam berhubungan seks bisa menimbulkan tekanan-tekanan yang membuat kepuasan seks makin sulit dicapai.
Sensitif terhadap gangguan
Ciri khas wanita adalah, sedikit saja mendapat gangguan, akan sulit menikmati seks. Sebuah penelitian di Belanda menyatakan, wanita harus benar-benar santai untuk dapat mencapai orgasme. Dalam penelitian itu, 13 pria diminta merangsang pasangannya, sementara pada kepala wanita dipasang scanner. Ternyata sebagian besar otak wanita yang berhubungan dengan emosi tidak beraktivitas sebagaimana yang diharapkan.
Dalam kehidupan wanita masa kini yang semakin kompleks, gangguan bisa timbul dalam berbagai bentuk. Mulai dari beban pekerjaan hingga urusan rumah tangga sehari-hari. Salah satu cara yang dapat Anda lakukan adalah dengan memandang seks sebagai sarana prokreasi. Jadi, daripada berkata, “Saya tak bisa berhubungan seks malam ini karena memikirkan urusan kantor yang belum selesai,” lebih baik ubah menjadi, “Daripada pusing memikirkan urusan kantor, lebih baik malam ini saya nikmati bersama suami.”
(bersambung)