Di masa pra menopause ini, mula-mula siklus haid akan lebih pendek dari biasanya. Ini karena adanya kombinasi proses pengelepasan sel telur (ovulasi) yang lebih sering, dengan makin pendeknya fase luteral, yakni masa antara ovulasi dan dimulainya siklus haid baru, yang normalnya 12-16 hari. Volume darah haid yang terjadi akan lebih banyak, dan frekuensi haid juga lebih sering. Namun akhirnya, siklus haid menjadi lebih panjang ketika jumlah sel telur yang dilepaskan menjadi semakin berkurang. Volume darah haid menjadi lebih sedikit dan proses ovulasi juga menjadi sporadis : kadang melepaskan sel telur, kadang tidak.
Siklus anovulatory
Jika Anda tidak mencatat siklus haid pada diagram ‘hari siklus haid’ vs ‘suhu basal’
(suhu badan ketika baru bangun pagi), memanjangnya siklus ini bisa membuat Anda berpikir hamil,
padahal sebenarnya tidak. Atau, Anda bisa jadi hamil, namun Anda mengira sebagai siklus haid
yang memanjang. Repot, kan?
Pada keadaan normal, saat Anda mengalami haid, suhu badan akan rendah sampai beberapa hari
setelah haid selesai. Kemudian saat terjadi ovulasi, suhu badan akan melonjak lebih dari 0,2
derajat dari suhu awal. Jika sel telur ini tidak dibuahi, maka ketika fase luteal selesai,
suhu badan akan turun kembali untuk mempersiapkan siklus haid berikutnya. Namun jika sel
telur dibuahi maka suhu fase luteal akan tetap tinggi hingga lebih dari 18 hari, yang
menandakan Anda hamil.
Ketika memasuki masa pra menopause, pola suhu badan tetap rendah, karena bisa saja kini Anda
mengalami siklus anovulatory, yakni masih mengalami siklus haid namun tidak melepaskan sel
telur. Atau, ovulasi itu tertunda, yang menunjukkan bahwa Anda mempunyai siklus haid lebih
panjang. Apabila gangguan haid ini sering muncul disertai hot flashes, sering berkeringat
malam, khawatir berlebihan, depresi, cepat lelah, libido menurun, dan kekeringan vagina,
ini tanda utama bahwa Anda berada pada masa transisi ke menopause.
Ketika siklus haid lebih pendek atau panjang, berarti masa subur pun berubah. Jika Anda tak
ingin punya anak lagi, Anda perlu melakukan pencegahan, misalnya dengan menggunakan alat KB.
Pendarahan antarhaid
Pada siklus anovulatory, wanita juga akan mengalami perdarahan antarhaid yang tidak tertentu
waktunya, yang dikira sebagai haid normal, padahal sebenarnya bukan. Perdarahan ini terjadi
karena hormon estrogen – yang membuat tubuh membuat lapisan dinding rahim (endometrium)
menebal sebagai persiapan menempelnya sel telur jika dibuahi – jika mencapai kadar yang
dibutuhkan untuk terjadinya ovulasi.
Kadar estrogen hanya naik sedikit demi sedikit sampai mendekati tingkat yang diharapkan bisa memicu
ovulasi. Namun kemudian turun tiba-tiba, sehingga endometrium meluruh dan terjadi pendarahan. Bisa juga endometrium akan menebal sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama, sampai kondisi dimana endometrium ini sedemikian tebal sehingga tidak mampu lagi menahan bobotnya sendiri, sehingga luruh dan terjadi perdarahan.
Semua perubahan ini normal ketika Anda mendekati menopause. Anda hanya perlu memahami apa yang sedang terjadi pada tubuh agar tidak kaget. Bagi yang ingin mencegah kehamilan secara alami, mencatat suhu tubuh dan mengecek kondisi lendir leher rahim akan membuat Anda tahu dimana ‘posisi tubuh’ dalam siklus haid, serta mengurangi kekhawatiran apakah Anda hamil atau tidak.
Metode yang disebut Fertility Awareness ini bisa Anda tanyakan ke dokter. Mungkin dokter akan memberikan alternatif untuk membantu Anda memahami perubahan siklus haid ini.
Metode yang disebut Fertility Awareness ini bisa Anda tanyakan ke dokter. Mungkin dokter akan memberikan alternatif untuk membantu Anda memahami perubahan siklus haid ini.
Waspadai hal berikut :
1.Darah haid sangat banyak dan bergumpal-gumpal
2.Siklus haid jauh lebih panjang dari 36 hari
3.Siklus haid lebih pendek dari 21 hari
4.Perdarahan apa pun yang terjadi di antara siklus haid
5.Kram hebat saat haid, yang belum pernah Anda alami sebelumnya
6.Perdarahan baru yang terjadi setelah 12 bulan penuh Anda tidak haid
7.Perdarahan setelah hubungan seks
8.Perdarahan atau rasa sakit yang tidak biasa Anda alami sebelumnya
Konsultan : dr. Agus Afadi, SPOG