Terdapat 80 set busana yang dipresentasikan dengan 60 set busana wanita dan 20 set busana pria. Seluruh koleksi ini menggunakan materi kain dengan motif batik Kudus dan ditata apik dengan setting panggung bernuansa riuh sesuai dengan tema yang ingin ditampilkan yaitu Pasar Malam. “Batik Kudus memiliki motif geometris dan latar yang sangat kental beraroma kekinian dan memudahkan saya untuk mengkreasikannya menjadi tampilan yang lebih beragam dari ringan, klasik, hingga kontemporer.” ujar Denny Wirawan mengenai koleksinya. Koleksi yang dihadirkan mulai dari motif asli batik Kudus seperti motif bunga parijoto, seruni, tulip hingga beras kecer.
Dilihat dari sejarah batik Indonesia, batik Kudus merupakan cikal bakal batik pesisir yang hadir sejak tahun 1935. Sayangnya pada tahun 1950-an para pembatik di Kudus banyak yang meninggalkan usaha membatiknya dan beralih menjadi buruh industri. Sejak tahun 2011 Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan kembali terhadap para pembatik muda di Kudus untuk menghasilkan karya batik mereka kembali. Bekerja sama dengan Pembina Batik Kudus Miranti Serad Ginanjar dengan mengadakan pelatihan secara rutin demi mengangkat dan menghidupkan kembali industri dan motif batik khas kudus. Yang istimewa dari batik kudus adalah kerumitan isen-isennya karena dipengaruhi oleh tiga budaya yaitu Arab, Tionghoa dan Hindu.
Teks : Siti H. Hanifiah
Foto : Muara Bagdja