
1. Utamakan nilainya, bukan harga
Kadang mungkin kita cenderung mengabaikan kualitas bahan makanan dan memilih mengutamakan kuantitas. Membayar murah untuk barang yang kuantitasnya lebih banyak. Padahal bahan makanan premium itu memang dibuat dengan bahan-bahan yg lebih baik juga, yang ujung-ujungnya akan menghasilkan kualitas makanan yang lebih baik untuk dimakan. Misalnya Parmigiano Reggiano, keju jenis parmesan yang secara tradisional dibuat khusus oleh para pembuat keju dalam asosiasi Consorzio Formaggio Parmigiano-Reggiano. Proses pembuatannya benar-benar diperhatikan bahkan dari makanan sapi penghasil susunya, sehingga keju ini kaya protein dan probiotik yang baik untuk perut.
2. Memasak sendiri
Dengan memasak makanan sendiri, Anda akan punya pengetahuan tentang campuran apa saja yang akhirnya tersaji di piring Anda. Anda pun akhirnya bisa punya percaya diri lebih ketika mengomentari makanan pesanan di resto. Memasak sendiri juga bisa menghemat pengeluaran karena da penyesuaian porsi. Lagipula membeli makanan yang benar-benar berkualitas di luar rumah akan mahal. Cobalah memasaknya tidak dengan bahan-bahan instan, dan mulailah kebiasaan makan ala slow food di rumah Anda.
3. Makanan ‘Musiman’
Di Italia, menu makanan berjalan seiring dengan perubahan musim. Kalau ingin makan Capellini dengan tomat yang otentik, ya, Anda harus menikmatinya sepanjang Juli hingga Agustus saja ketika tomat tersebut sedang panen. Di musim yang lebih dingin, lain lagi menu di meja makannya, misalnya Cavolo Nero atau Kale yang sedang popular itu, juga rebusan kacang-kacangan. Makanan musiman ini tak hanya menguntungkan karena rasa maksimal yang dihasilkannya, Anda juga memperoleh harga terbaik karena sedang musimnya. Rotasi menunya juga baik bagi tubuh mengingat berbagai nutrien yang diperlukan tubuh secara rutin terbarukan.
4. Porsi yang tidak berlebihan
Secara ekonomis maupun dampaknya bagi tubuh, makan dengan porsi lebih sedikit jelas menguntungkan. Anda tak perlu membayar lebih mahal makanan Anda, dan tubuh Anda tak akan lelah mencerna maknan dalam porsi besar. Karena itulah di Italia, seporsi pasta besarnya sekitar sekepal tangan orang dewasa, tak lebih. Lagipula, kalau Anda menghabiskan anggaran besar untuk makan di luar, rasanya akan lebih sulit untuk memiliki busana modis produksi Italia yang menggoda, bukan begitu?
Mardyana Ulva
Sumber: mindbodygreen.com
Dengan memasak makanan sendiri, Anda akan punya pengetahuan tentang campuran apa saja yang akhirnya tersaji di piring Anda. Anda pun akhirnya bisa punya percaya diri lebih ketika mengomentari makanan pesanan di resto. Memasak sendiri juga bisa menghemat pengeluaran karena da penyesuaian porsi. Lagipula membeli makanan yang benar-benar berkualitas di luar rumah akan mahal. Cobalah memasaknya tidak dengan bahan-bahan instan, dan mulailah kebiasaan makan ala slow food di rumah Anda.
3. Makanan ‘Musiman’
Di Italia, menu makanan berjalan seiring dengan perubahan musim. Kalau ingin makan Capellini dengan tomat yang otentik, ya, Anda harus menikmatinya sepanjang Juli hingga Agustus saja ketika tomat tersebut sedang panen. Di musim yang lebih dingin, lain lagi menu di meja makannya, misalnya Cavolo Nero atau Kale yang sedang popular itu, juga rebusan kacang-kacangan. Makanan musiman ini tak hanya menguntungkan karena rasa maksimal yang dihasilkannya, Anda juga memperoleh harga terbaik karena sedang musimnya. Rotasi menunya juga baik bagi tubuh mengingat berbagai nutrien yang diperlukan tubuh secara rutin terbarukan.
4. Porsi yang tidak berlebihan
Secara ekonomis maupun dampaknya bagi tubuh, makan dengan porsi lebih sedikit jelas menguntungkan. Anda tak perlu membayar lebih mahal makanan Anda, dan tubuh Anda tak akan lelah mencerna maknan dalam porsi besar. Karena itulah di Italia, seporsi pasta besarnya sekitar sekepal tangan orang dewasa, tak lebih. Lagipula, kalau Anda menghabiskan anggaran besar untuk makan di luar, rasanya akan lebih sulit untuk memiliki busana modis produksi Italia yang menggoda, bukan begitu?
Mardyana Ulva
Sumber: mindbodygreen.com