Rasanya tidak lengkap bila bertandang ke Sumatera Barat tanpa mengunjungi Istana Baso Pagaruyung, atau lebih dikenal sebagai Istana Pagaruyung. Istana ini terletak di Kabupaten Tanah Datar, meskipun kenyataannya tidak ada tanah yang datar di daerah ini. Istana ini merupakan replika dari Istano Rajo Alam Pagaruyung yang dibakar oleh Belanda pada tahun 1804 dan dibangun kembali pada 1976. Sayangnya, istana ini terbakar lagi pada tahun 2007, konon akibat disambar petir. Baru setelah direnovasi, istana dibuka kembali untuk wisatawan. Begitupun, ketika saya datang ke sana, bagian dalamnya belum terbuka untuk umum. Menurut pemandu, mereka masih kesulitan mendapatkan kembali isi istana seperti sebelum terbakar.Bangunan besar ini memang tampak kokoh meskipun terdiri dari kayu. Ukiran yang indah menempel di sepanjang dinding bagian luar. Di sampingnya ada lumbung untuk menyimpan hasil panen (disebut rangkiang) dan semacam beduk yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan warga (tabuah).
Dalam perjalanan kembali ke Padang, saya melewati Solok, sengaja untuk berkunjung sejenak menikmati pemandangan Danau Singkarak. Inilah danau terbesar di Sumatera Barat dan menjadi sumber tenaga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Saking luasnya, danau ini berada di dua kabupaten: Solok dan Tanah Datar.
Kalau mampir ke danau ini, yang tak boleh dilewatkan adalah berbelanja ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Saya menyempatkan diri makan di beberapa rumah makan di sekitar Solok. Menu ikan bilih cabai hijau yang gurih pedas selalu tersedia. Di sepanjang bibir danau, di tepi jalan, kita juga dengan mudah menemukan penjual ikan bilih, basah maupun kering. Juga tersedia jasa untuk memasaknya. Jadi ikan bilih yang dibeli sudah dalam kondisi digoreng, kita tinggal membumbui sesuai keinginan. Mau mencoba menggoreng sendiri? Boleh saja. Tapi, siap-siap terkejut, ukuran wajannya besar sekali, lho.
Amanda Setyorini
Foto: Dok. Pribadi



