
Berbeda dengan organ reproduksi pria, indung telur (ovarium) pada wanita punya batas umur. Saat bayi, wanita memiliki sekitar 400 ribu sel telur, dan jumlah ini berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Pada usia 45 tahun, sel telur tinggal 1000, yang secara bertahap akan habis sama sekali, sehingga seseorang berhenti haid atau memasuki menopause.
Masa pra menopause juga disebut periode hormon irregularly irregular. Artinya, siklus haid sangat tidak teratur karena perubahan hormon estrogen yang fluktuatif. Bisa jadi Anda tidak mengalami haid selama beberapa bulan atau terkadang haid sangat banyak, tapi pada bulan berikutnya sangat sedikit dan tidak teratur. Biasanya pada saat hormon estrogen naik, hampir tidak ada keluhan. Tetapi saat hormon tersebut turun, baru terasa mengganggu. Keluhan yang muncul antara lain : mood swing, hot flash, insomnia, cepat lelah, sering lupa, sulit berkonsentrasi, pegal-pegal, dan sebagainya.
Bukan menopause dini
Banyak orang mengira pra menopause adalah menopause dini. Kenyataannya tidak demikian. Menopause ditandai dengan berhentinya haid dan tidak berfungsinya ovarium. Sedangkan pada masa pra menopause, ovarium masih berfungsi sehingga wanita masih mengalami haid meskipun tidak teratur. Ketidakteraturan ini karena sebagian siklus pada ovarium mengalami anovulasi (tidak melepaskan sel telur). Tetapi karena sebagian lagi tetap berovulasi, pada masa pra menopause seorang wanita masih mungkin hamil, sekalipun relatif kecil.
Sedangkan pada menopause dini, fungsi ovarium berhenti lebih cepat daripada usia menopause umumnya (wanita Indonesia rata-rata mengalami menopause pada usia 48-50 tahun). Hal ini terjadi karena sesuatu yang abnormal, bisa disebabkan oleh infeksi pada ovarium, trauma (benturan), akibat operasi pengangkatan indung telur (karena kista/kanker), terpapar radiasi, atau mengonsumsi obat pelangsing/penenang dalam jangka waktu lama. Agar diagnosa lebih akurat, biasanya dilakukan tes hormon untuk mengetahui kadar estrogen atau Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Lutinizing Hormone (LH).
Tidak selalu terapi hormon
Pada masa pra menopause, kondisi setiap wanita berbeda. Ada yang merasa terganggu, ada yang tidak, dalam arti tidak ada keluhan sama sekali. Karena sifatnya sangat individual dan bervariasi, maka penanganan atas gangguan tersebut juga berbeda. Di masa ini, yang perlu dilakukan adalah mencegah agar hormon estrogen tidak menurun secara drastis.
Pada umumnya, di masa pra menopause wanita belum memerlukan terapi hormon. Barulah mereka yang mengalami gangguan berat, dibantu dengan penambahan estrogen dari luar, antara lain terapi sulih hormon (TSH) atau pil KB dosis rendah (berbeda dari wanita usia 30-an yang dosisnya maksimal). Pil KB dosis rendah, selain efektif mencegah kehamilan juga bisa membantu menstabilkan hormon dan mengurangi risiko penyakit, seperti inflamasi pelvis, osteoporosis, dan kista ovarium yang non-kanker. Penggunaannya bisa diteruskan sampai keluhan hilang atau memasuki masa menopause.
Namun sebagian orang tidak disarankan menggunakan hormon pil KB karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan, seperti pengidap tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau suka merokok. Wanita yang sudah mendekati masa menopause dan tidak mau menggunakan pil KB, bisa melakukan TSH. Memang, sebagian wanita menolak menjalani terapi tersebut karena berisiko terkena kanker. Namun, pemberian TSH belakangan ini sudah lebih aman sejak ditemukan hormon-hormon yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kanker payudara atau endometrium. Tetapi penggunaannya harus tetap diawasi oleh dokter dan diberikan dalam jangka waktu maksimal 5 tahun.
Konsultan : dr. Agus Afadi, SPOG.