
“Aku harus keluar dari rumah ini, detik ini juga!” teriak Nien kepada Indah, sahabatnya, dari ujung telepon. Hm, pukul 3 dini hari memang waktu yang 'tepat' untuk curhat, pikir Indah sambil mengucek matanya. “Suamiku sudah berani main gila! Aku suruh pulang, dia tidak mau. Ngakunya sedang mengikuti diklat. Bilang saja dia mau main gila sama perempuan itu! Pokoknya, aku mau pergi dari rumah celaka ini sekarang juga. Tolong jemput aku, Ndah…” lanjut Nien dengan histeria yang makin menjadi-jadi.
Bukannya kaget, Indah malah menguap dan siap-siap menarik selimutnya lagi. Ia memang sudah paham dengan sifat sahabatnya itu, yang sangat suka mendramatisasi segala hal. Meskipun sedikit kesal karena waktu tidurnya terganggu, Indah tetap menyediakan telinganya. Ia mengerti kalau sahabatnya itu hanya butuh pendengar. Sambil membenamkan kepalanya ke bantal, Indah menyahut malas-malasan, “Memangnya ada apa lagi, sih...?”
Haus perhatian
Gambaran wanita seperti Nien tentu tidak asing lagi bagi Anda, bukan? Ada yang menyebutnya lebay (suka berperilaku berlebihan), tapi lebih sering disebut 'drama queen'. Atau, mungkin Anda sendiri seorang drama queen tanpa Anda sendiri menyadarinya?
Menurut Ratih A. Ibrahim dari Personal Growth, 'drama queen' adalah julukan bagi seorang wanita yang gemar mendramatisasi kehidupannya, agar terdengar lebih seru layaknya kisah sebuah sinetron. Bumbu drama terkadang memang membuat cerita menjadi lebih asyik dan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Sebagai pendengar, tentunya kita juga lebih 'pasang kuping' bila mendengar cerita yang seru ketimbang yang datar-datar saja, bukan? Tapi, layaknya sinetron Cinta Fitri, bila dilanjutkan sampai musim ketujuh, yang ada justru bikin penonton muak.
Mendapat perhatian adalah salah satu kebutuhan utama manusia –terutama wanita-- sebagai makhluk sosial. Wanita selalu membutuhkan orang-orang sekitar untuk berbagi perasaan, pengalaman, dan pemikiran. Akan tetapi, ada sebagian wanita yang lebih sering menampilkan perilaku dan emosi yang berlebihan saat mencari perhatian.
Misalnya, ada orang yang 'senang' memposisikan dirinya sebagai tokoh yang tidak henti-hentinya dirudung malang. Atau, gemar menceritakan segala sesuatu dalam kehidupannya dengan emosi yang berlebihan untuk menarik perhatian dan simpati dari orang lain. Sering-sering menghadapi makhluk seperti ini, orang-orang di sekitarnya diam-diam akan mengeluh, “Cape deeeh...”
Menurut American Psychiatric Association –yang menjadi rujukan para ahli kesehatan jiwa— gejala tersebut merupakan jenis gangguan kepribadian yang disebut histrionic personal disorder (HPD). Karakteristik gangguannya meliputi emosi yang meledak-ledak, sering mencari perhatian dengan berbagai cara yang dramatis, dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk diperhatikan. Akibatnya, tidak jarang mereka melakukan cara-cara seduktif yang kurang pantas demi mendapatkan perhatian tersebut.
Karakteristik lainnya, mereka kerap menampilkan perilaku yang provokatif (termasuk secara seksual), yang tak jarang membuat orang lain jadi jengah, serta sering menampilkan emosi yang meledak-ledak, tapi di lain pihak juga mudah dipengaruhi orang lain. Mereka cenderung egosentris dengan kepentingan sendiri sebagai prioritas, gila perhatian, sekaligus mudah terluka. Lebih gawat lagi, tak jarang mereka juga punya perilaku manipulatif yang sifatnya menetap. Semua itu ujung-ujungnya hanya demi mendapat perhatian.
Bukannya kaget, Indah malah menguap dan siap-siap menarik selimutnya lagi. Ia memang sudah paham dengan sifat sahabatnya itu, yang sangat suka mendramatisasi segala hal. Meskipun sedikit kesal karena waktu tidurnya terganggu, Indah tetap menyediakan telinganya. Ia mengerti kalau sahabatnya itu hanya butuh pendengar. Sambil membenamkan kepalanya ke bantal, Indah menyahut malas-malasan, “Memangnya ada apa lagi, sih...?”
Haus perhatian
Gambaran wanita seperti Nien tentu tidak asing lagi bagi Anda, bukan? Ada yang menyebutnya lebay (suka berperilaku berlebihan), tapi lebih sering disebut 'drama queen'. Atau, mungkin Anda sendiri seorang drama queen tanpa Anda sendiri menyadarinya?
Menurut Ratih A. Ibrahim dari Personal Growth, 'drama queen' adalah julukan bagi seorang wanita yang gemar mendramatisasi kehidupannya, agar terdengar lebih seru layaknya kisah sebuah sinetron. Bumbu drama terkadang memang membuat cerita menjadi lebih asyik dan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Sebagai pendengar, tentunya kita juga lebih 'pasang kuping' bila mendengar cerita yang seru ketimbang yang datar-datar saja, bukan? Tapi, layaknya sinetron Cinta Fitri, bila dilanjutkan sampai musim ketujuh, yang ada justru bikin penonton muak.
Mendapat perhatian adalah salah satu kebutuhan utama manusia –terutama wanita-- sebagai makhluk sosial. Wanita selalu membutuhkan orang-orang sekitar untuk berbagi perasaan, pengalaman, dan pemikiran. Akan tetapi, ada sebagian wanita yang lebih sering menampilkan perilaku dan emosi yang berlebihan saat mencari perhatian.
Misalnya, ada orang yang 'senang' memposisikan dirinya sebagai tokoh yang tidak henti-hentinya dirudung malang. Atau, gemar menceritakan segala sesuatu dalam kehidupannya dengan emosi yang berlebihan untuk menarik perhatian dan simpati dari orang lain. Sering-sering menghadapi makhluk seperti ini, orang-orang di sekitarnya diam-diam akan mengeluh, “Cape deeeh...”
Menurut American Psychiatric Association –yang menjadi rujukan para ahli kesehatan jiwa— gejala tersebut merupakan jenis gangguan kepribadian yang disebut histrionic personal disorder (HPD). Karakteristik gangguannya meliputi emosi yang meledak-ledak, sering mencari perhatian dengan berbagai cara yang dramatis, dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk diperhatikan. Akibatnya, tidak jarang mereka melakukan cara-cara seduktif yang kurang pantas demi mendapatkan perhatian tersebut.
Karakteristik lainnya, mereka kerap menampilkan perilaku yang provokatif (termasuk secara seksual), yang tak jarang membuat orang lain jadi jengah, serta sering menampilkan emosi yang meledak-ledak, tapi di lain pihak juga mudah dipengaruhi orang lain. Mereka cenderung egosentris dengan kepentingan sendiri sebagai prioritas, gila perhatian, sekaligus mudah terluka. Lebih gawat lagi, tak jarang mereka juga punya perilaku manipulatif yang sifatnya menetap. Semua itu ujung-ujungnya hanya demi mendapat perhatian.
C. Ayumi Tanggo
Konsultan: Ratih A. Ibrahim dari Personal Growth