
Padahal, setelah menjadi ibu, seorang wanita justru ‘bertambah oke’ dalam banyak hal. Kesibukan sehari-hari sebagai ibu membuatnya terbiasa bekerja keras, melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, mengatur prioritas, lebih fokus pada pekerjaan, dan lebih sigap bangun pagi. Nah, begitu pula Anda. Bila Anda setiap pagi berhasil menyiapkan anak-anak pergi ke sekolah tanpa salah memakaikan seragam, membawakan tas masing-masing yang terisi lengkap sesuai pelajaran hari ini, membekali mereka makanan sesuai dengan selera masing-masing, itu artinya Anda memiliki kemampuan manajemen waktu dan keterampilan mengatur prioritas. Semua ini termasuk keterampilan seorang manajer, lho…
Anda perlu ‘menjual’ kemampuan ini pada waktu wawancara kerja dan kelak mampu
pula mentransfernya ke tempat kerja. Tak perlu Anda mengecilkan arti diri sendiri
dengan mengatakan, “Aku hanya seorang ibu rumah tangga.” Anda toh sudah mengenyam pendidikan, punya pengalaman kerja, dan semuanya telah diasah secara signfikan justru ketika Anda menjadi ibu!
Kalaupun Anda akhirnya mendapat pekerjaan yang ‘ecek-ecek’, jangan pula berkecil
hati. Belum tentu Anda akan selamanya terjebak dalam pekerjaan itu. Anggaplah itu
batu loncatan menuju pekerjaan selanjutnya. Dan kalaupun segalanya buntu, jangan
tolak kesempatan untuk bekerja paruh waktu, atau memulai usaha kecil-kecilan
sendiri.
Maka, bila anak mulai tumbuh besar dan bisa ditinggal, Anda jangan berhenti untuk
meng-up date diri sendiri, memelihara jejaring, dan membuka diri terhadap beragam
kesempatan kerja. Anda juga bisa mengisi waktu dengan mengikuti beragam kursus
keahlian sambil menunggu panggilan bekerja. Sehingga, saat Anda mendapat panggilan
wawancara kerja, ada keahlian tambahan yang bisa Anda andalkan sebagai nilai tambah.