
Sosok ayah di dalam keluarga memang sebagai panutan. Di mata anak laki-laki, ayah adalah role model utama yang akan membentuk karakter pria dalam diri mereka. Sedangkan bagi anak perempuan, ayah menjadi figur pria pertama yang dikenalnya. Sehingga kalau hubungan antara ayah dan anak kurang harmonis, maka anak laki-laki akan sulit menampilkan sisi maskulin dalam dirinya dan anak perempuan mungkin akan sulit percaya terhadap pria.
Di usia remaja, di saat mereka sedang mencari jati diri dan mulai punya ketertarikan dengan lawan jenis, kehidupan anak-anak lebih didominasi oleh teman ketimbang orang tuanya. Sehingga jika tidak dilandasi fondasi hubungan yang solid, mereka bisa saja bertindak di luar kendali. Di sinilah tantangan terberat para ayah. Di satu sisi Anda ingin memberi kebebasan, tapi di sisi lain Anda harus tetap memantau dan melindungi mereka. Terutama anak perempuannya.
Toto Sugito, penggagas dan Managing Director Bike to Work, memberi putrinya kebebasan secara proporsional sesuai umurnya. Karena baginya, kebebasan itu tidak lantas berarti 'semaunya'. Harus ada aturan main, misalnya boleh pergi malam hari maksimal hingga jam 11. “Dia boleh bergaul dengan siapa saja, mau pergi sama temannya, silakan. Asal dia ijin dan tahu waktu,” ujar Toto.
Pendekatan kepada anak remaja, memang harus tarik ulur. “Saya lebih senang menempatkan diri sebagai sahabat. Karena kalau saya bersikap sebagai bapak yang super pengalaman dan sok tahu, dia malah menjauh,” demikian kiat Toto. Walaupun ia mengaku tidak bisa memantau putrinya 24 jam sehari. Kesibukan Toto menangani berbagai proyek desain arsitektur ditambah dengan kegiatan kantor di komunitas Bike to Work memang sangat menyita waktu. Apalagi kegiatan putrinya sekarang juga makin padat. Otomatis, kebersamaan mereka pun terbatas. “Saya selalu memaksimalkan waktu yang ada.Kalau kebetulan pulang kantor lebih awal, saya sempatkan nongkrong di kamarnya. Dia suka curhat soal teman cowoknya. Saya tidak pernah melarang dia pacaran. Saya pahamlah seumur dia sedang senang-senangnya gaul dan naksir-naksiran,” ujar Toto.
Namun tidak semua ayah bisa menjalin hubungan yang akrab dengan anaknya, seperti Toto. Ada juga yang lebih memilih menjaga image (jaim). Sebagai ayah, terkadang Anda berprinsip “Daddy knows best”. Hal ini membuat para ayah sulit memberikan kepercayaan kepada anaknya karena terus menganggap mereka anak kecil.
Sebenarnya untuk bisa dekat dan dihargai anak, tak perlu memasang wajah galak. “Sebaiknya hilangkan sikap terlalu egois dan sok tahu Anda. Respect is gain not given,” kata psikolog Kasandra Putranto. Untuk itu, Anda harus bisa memberi contoh yang baik dan konsisten. Sesekali ungkapkan pula rasa kasih sayang Anda kepada mereka. Karena jika seorang anak perempuan kurang mendapat kasih sayang dari ayahnya, maka ketika dewasa ia pun bisa bersikap dingin atau sulit percaya terhadap pria. Sebaliknya, jika terlalu berlebihan, dia malah terlalu manja dan sangat bergantung pada pasangannya. ”Intinya, kualitas hubungan ayah dan anak perempuan ini penting untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang berkualitas dengan pasangannya kelak,” pungkas Kasandra.