
Menerima tugas sebagai pemimpin bgai teman-teman sendiri berarti anda siap menjalani tantangan, yaitu bagaimana memberdayakan dan mengembangkan tim yang Anda pimpin sehingga memiliki kinerja yang luar biasa.
"Dalam menjalin relasi dengan tim, seorang pemimpin perlu menguasai empat teknik percakapan," ujar Hary Setyowibowo, psikolog dari Learning & Performance Institute. Teknik percakapan tersebut yaitu likeable, empati, persuasif, dan asertif.
Memiliki tim yang beranggotakan teman-teman sendiri memang banyak untungnya. Tapi bukan berarti 100 persen bebas masalah. Hal yang paling mungkin muncul adalah ketika teman yang menjadi bawahan Anda lalai dalam pekerjaannya dan Anda berkewajiban menegurnya. Bisa dibayangkan bila Anda merasa tidak enak hati karena ia teman Anda atau Anda tidak ingin dianggap bossy. Untuk itu, Hary menganjurkan untuk mengasah teknik komunikasi keempat, yaitu asertif.
"Dalam menjalin relasi dengan tim, seorang pemimpin perlu menguasai empat teknik percakapan," ujar Hary Setyowibowo, psikolog dari Learning & Performance Institute. Teknik percakapan tersebut yaitu likeable, empati, persuasif, dan asertif.
Memiliki tim yang beranggotakan teman-teman sendiri memang banyak untungnya. Tapi bukan berarti 100 persen bebas masalah. Hal yang paling mungkin muncul adalah ketika teman yang menjadi bawahan Anda lalai dalam pekerjaannya dan Anda berkewajiban menegurnya. Bisa dibayangkan bila Anda merasa tidak enak hati karena ia teman Anda atau Anda tidak ingin dianggap bossy. Untuk itu, Hary menganjurkan untuk mengasah teknik komunikasi keempat, yaitu asertif.
[Kenali juga berbagai kualitas dan potensi pemimpin muda]
Asertivitas adalah kemampuan untuk mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain, namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Salah satu perwujudannya adalah bersikap tegas. Sebagai pemimpin, Anda tentu ingin tim Anda memahami dan mengikuti batas-batas yang Anda tetapkan. Kapan waktunya bercanda, kapan serius dan profesional. Reward apa yang akan didapatkan jika berhasil dalam pekerjaan, dan punishment apa yang akan diterima jika melakukan kelalaian. Batasan ini akan menjadi kabur jika Anda tidak dapat bersikap tegas.
Ketegasan ini tidak melulu berkonotasi negatif dalam artian sekadar memberi perintah. Sikap asertif juga diperlukan dalam semua hubungan. Sebagai teman pun kita memiliki batasan. Anda tidak akan mengiyakan semua permintaan teman Anda, kan?
Yang perlu dilakukan ketika harus memberi negatif feedback adalah memahami bahwa tak selamanya yang negatif itu destruktif dan yang positif selalu konstruktif. Bila teman Anda lalai dalam pekerjaannya dan Anda memilih membiarkan tanpa menegurnya karena tak ingin merusak pertemanan, itu berarti Anda memberikan positive feedback yang destruktif.
"Yang penting jangan langsung menghakimi, tetapi berbicaralah dengan data," Hary memberi saran. Jika Anda tiba-tiba mengatakan,"Belakangan ini kamu terlihat malas, karena itu saya harus memindahkan kamu ke divisi lain," bisa-bisa teman Anda langsung memutus tali pertemanan secara sepihak.
Lain halnya jika Anda bicara dengan data. Misalnya,"Berdasarkan laporan pekerjaan yang ada, terlihat performance kamu menurun. Memangnya kenapa, sih?"
Setelah itu, berikan usulan dan masukan sehingga sang teman tergugah untuk memperbaiki diri dan mengembangkan kemampuannya. Lagi pula, tugas pemimpin memang memberdayakan timnya, kan?
Nofi Firman