
Di industri fashion, nama Novita Yunus menjadi nama yang patut diperhitungkan. Desainer lulusan program Jakarta Fashion Week, Indonesia Fashion Forward ini sudah merambah Eropa seperti di Jerman, Swiss, dan Prancis. Bahkan di tahun 2013 lalu, ia mengadakan expo dan fashion show hingga 15 kali di luar negri, seperti di Milan, New York, dan Venezuela. Karyanya pun pernah dikenakan oleh Miss Venezuela, Karen Sotto.
Anda sudah merasa di puncak karier?
Belum sih. Tapi, kalau disuruh mengulang saya tidak ingin menjadi banker karena saya merasa sangat terberkati dengan jalan hidup saya sekarang. Sebab, saya melihat ada perubahan hidup yang lebih baik dari para perajin lokal tersebut setelah bekerja sama dengan saya. Selain itu hidup saya juga tidak melulu memikirkan bisnis. Saya diajarkan peka dengan kehidupan orang lain. Saya juga merasa memiliki kesempatan yang tidak dimiliki orang lain. Hidup saya yang sekarang juga membawa saya berkenalan dengan berbagai macam jaringan, mulai dari tukang sablon hingga orang-orang di pemerintahan.
Sepertinya bisnis Anda berjalan lancar ya?
Wah, saya sebenarnya jatuh bangun membangun Batik Chic! Apalagi saya ini belajar desain secara otodidak. Saya masih harus banyak belajar. Saya sering beli tas brand tertentu hanya untuk perajin saya supaya mereka bisa melihat cara menjahitnya, feel dari tas itu bila dipakai, dan bagaimana sampai tas itu bisa nyaman dikenakan. Saya pernah dibajak habis-habisan. Mulai dari desain, tukang, sampai mandor saya. Pernah saya baru mengeluarkan produk baru, langsung dibajak beberapa hari kemudian.
Tapi Anda bisa bertahan. Apa yang membuat Anda bertahan?
Mungkin inovasi dan strategi pemasaran. Saya lebih suka mengangkat wastra yang belum populer. Koleksi pertama saya diangkat dari batik Tuban yang dulu belum tren. Lalu saya mengangkat batik Indramayu yang saya bawa ke Turki. Saya pernah diminta mengangkat batik Trenggalek. Selain itu, pada awal masa merintis saya hanya sampai pengumpul batik. Sekarang saya turun langsung ke perajin dan mengajarkan mereka motif batik. Kalau para perajin senior itu tampak ragu dengan motif yang saya minta karena takut tidak ada pasarnya di daerah itu, saya langsung bilang, “Jangan takut, saya yang beli.” Saya rasa itu tugas desainer untuk meyakinkan perajin lokal.
Apa yang masih ingin dikejar?
Saya ingin membuat koleksi untuk busana muslim. Sudah banyak para hijaber yang minta saya untuk membuatkan koleksi busana muslim.
Anda sudah merasa di puncak karier?
Belum sih. Tapi, kalau disuruh mengulang saya tidak ingin menjadi banker karena saya merasa sangat terberkati dengan jalan hidup saya sekarang. Sebab, saya melihat ada perubahan hidup yang lebih baik dari para perajin lokal tersebut setelah bekerja sama dengan saya. Selain itu hidup saya juga tidak melulu memikirkan bisnis. Saya diajarkan peka dengan kehidupan orang lain. Saya juga merasa memiliki kesempatan yang tidak dimiliki orang lain. Hidup saya yang sekarang juga membawa saya berkenalan dengan berbagai macam jaringan, mulai dari tukang sablon hingga orang-orang di pemerintahan.
Sepertinya bisnis Anda berjalan lancar ya?
Wah, saya sebenarnya jatuh bangun membangun Batik Chic! Apalagi saya ini belajar desain secara otodidak. Saya masih harus banyak belajar. Saya sering beli tas brand tertentu hanya untuk perajin saya supaya mereka bisa melihat cara menjahitnya, feel dari tas itu bila dipakai, dan bagaimana sampai tas itu bisa nyaman dikenakan. Saya pernah dibajak habis-habisan. Mulai dari desain, tukang, sampai mandor saya. Pernah saya baru mengeluarkan produk baru, langsung dibajak beberapa hari kemudian.
Tapi Anda bisa bertahan. Apa yang membuat Anda bertahan?
Mungkin inovasi dan strategi pemasaran. Saya lebih suka mengangkat wastra yang belum populer. Koleksi pertama saya diangkat dari batik Tuban yang dulu belum tren. Lalu saya mengangkat batik Indramayu yang saya bawa ke Turki. Saya pernah diminta mengangkat batik Trenggalek. Selain itu, pada awal masa merintis saya hanya sampai pengumpul batik. Sekarang saya turun langsung ke perajin dan mengajarkan mereka motif batik. Kalau para perajin senior itu tampak ragu dengan motif yang saya minta karena takut tidak ada pasarnya di daerah itu, saya langsung bilang, “Jangan takut, saya yang beli.” Saya rasa itu tugas desainer untuk meyakinkan perajin lokal.
Apa yang masih ingin dikejar?
Saya ingin membuat koleksi untuk busana muslim. Sudah banyak para hijaber yang minta saya untuk membuatkan koleksi busana muslim.
Monika Erika