
Selama ini, istilah seks tantrik (tantric sex) kerap dipahami keliru, yaitu sebagai kegiatan eksplorasi seks untuk mengejar kepuasan spektakuler. Itulah paham tantrik atau tantra yang dibawa oleh orang Barat dan masuk ke negeri ini, meskipun belakangan mulai dikoreksi.
Padahal, menurut Anand Krishna, guru yoga dan meditasi, tantra atau tantrik sendiri justru bermakna sebaliknya. “Tantra pada hakikatnya adalah pembebasan jiwa dari (tuntutan) fisik yang meliputii nafsu birahi, nafsu makan, nafsu amarah, atau ambisi berlebihan. Semua nafsu fisik itu menguras energi yang sangat besar, dan kalau diumbar, justru akan merusak tubuh dan jiwa,” katanya menjelaskan.
Pemahaman itu juga berlaku dalam hal hubungan seksual. Kalau terlalu diumbar, seks justru akan kehilangan makna dan keindahannya. “Buat apa memaksa diri untuk sesering mungkin melakukan hubungan seks, kalau hanya untuk gagah-gagahan pria, sementara pasangannya tidak merasakan kepuasan?”
Karena itu, seks tantrik tidak bisa dilakukan secara terburu-buru di tengah keterbatasan waktu dan tenaga. Melainkan harus disiapkan secara khusus.
Seks tantrik, kata Anand seperti yang ditulisnya di buku Sexual Quotient, haruslah didasari semangat persembahan, as an offering, as a prayer. Persembahan jiwa dan raga untuk memuaskan dan membahagiakan pasangan yang kita cintai, bukan sekadar untuk memuaskan diri sendiri. Di sinilah dibutuhkan penguasaan jiwa terhadap (dorongan dan tuntutan) fisik yang kerap bersifat egoistis. Namun, untuk menjadikan seks sebagai persembahan, ada syarat yang mutlak dibutuhkan, yaitu cinta yang mendalam serta kedekatan emosional antara suami istri.
“Tanpa cinta dan kedekatan emosional, seks tantrik akan jatuh ke hubungan seks biasa, yang tujuannya sekadar memuaskan nafsu.”
Orgasme hanya bonus
Kalau hubungan seks biasa umumnya bertujuan mengejar kepuasan fisik (orgasme atau ejakuasi), maka pada seks tantrik, yang menjadi tujuan bukanlah bukan orgasme, melainkan justru keindahan hubungan seksual itu sendiri serta keintiman dengan pasangan. Dengan kata lain, kepuasan jiwalah yang menjadi tujuan. Orgasme hanya sebagai bonus.
Anand mengibaratkan seks tantra seperti sebuah acara fine dining yang romantis dengan kekasih. Harus ada appetizer (foreplay), main course (penetrasi), dan dessert (afterplay). Dimakannya pun pelan-pelan dan diresapi betul rasanya sebelum ditelan, sambil tetap saling bersentuhan dan berpandangan dengan kekasih. Karena itu, seks tantrik tidak bisa dilakukan secara terburu-buru di tengah keterbatasan waktu dan tenaga. Melainkan harus disiapkan secara khusus.
Latihan meditasi dan yoga secara rutin juga akan sangat membantu keberhasilan hubungan intim. Meditasi untuk melatih pernapasan dan pengendalian diri, sementara latihan yoga sangat bermanfaat untuk kelenturan tubuh dan memperlancar aliran darah.
Padahal, menurut Anand Krishna, guru yoga dan meditasi, tantra atau tantrik sendiri justru bermakna sebaliknya. “Tantra pada hakikatnya adalah pembebasan jiwa dari (tuntutan) fisik yang meliputii nafsu birahi, nafsu makan, nafsu amarah, atau ambisi berlebihan. Semua nafsu fisik itu menguras energi yang sangat besar, dan kalau diumbar, justru akan merusak tubuh dan jiwa,” katanya menjelaskan.
Pemahaman itu juga berlaku dalam hal hubungan seksual. Kalau terlalu diumbar, seks justru akan kehilangan makna dan keindahannya. “Buat apa memaksa diri untuk sesering mungkin melakukan hubungan seks, kalau hanya untuk gagah-gagahan pria, sementara pasangannya tidak merasakan kepuasan?”
Karena itu, seks tantrik tidak bisa dilakukan secara terburu-buru di tengah keterbatasan waktu dan tenaga. Melainkan harus disiapkan secara khusus.
Seks tantrik, kata Anand seperti yang ditulisnya di buku Sexual Quotient, haruslah didasari semangat persembahan, as an offering, as a prayer. Persembahan jiwa dan raga untuk memuaskan dan membahagiakan pasangan yang kita cintai, bukan sekadar untuk memuaskan diri sendiri. Di sinilah dibutuhkan penguasaan jiwa terhadap (dorongan dan tuntutan) fisik yang kerap bersifat egoistis. Namun, untuk menjadikan seks sebagai persembahan, ada syarat yang mutlak dibutuhkan, yaitu cinta yang mendalam serta kedekatan emosional antara suami istri.
“Tanpa cinta dan kedekatan emosional, seks tantrik akan jatuh ke hubungan seks biasa, yang tujuannya sekadar memuaskan nafsu.”
Orgasme hanya bonus
Kalau hubungan seks biasa umumnya bertujuan mengejar kepuasan fisik (orgasme atau ejakuasi), maka pada seks tantrik, yang menjadi tujuan bukanlah bukan orgasme, melainkan justru keindahan hubungan seksual itu sendiri serta keintiman dengan pasangan. Dengan kata lain, kepuasan jiwalah yang menjadi tujuan. Orgasme hanya sebagai bonus.
Anand mengibaratkan seks tantra seperti sebuah acara fine dining yang romantis dengan kekasih. Harus ada appetizer (foreplay), main course (penetrasi), dan dessert (afterplay). Dimakannya pun pelan-pelan dan diresapi betul rasanya sebelum ditelan, sambil tetap saling bersentuhan dan berpandangan dengan kekasih. Karena itu, seks tantrik tidak bisa dilakukan secara terburu-buru di tengah keterbatasan waktu dan tenaga. Melainkan harus disiapkan secara khusus.
Latihan meditasi dan yoga secara rutin juga akan sangat membantu keberhasilan hubungan intim. Meditasi untuk melatih pernapasan dan pengendalian diri, sementara latihan yoga sangat bermanfaat untuk kelenturan tubuh dan memperlancar aliran darah.
Tina Savitri