
ASEAN Free Trade Era sudah di depan mata. Daya saing ekonomi tentu akan berimbas pada daya saing sumber daya manusia. Dunia karier pun akan semakin kompetitif. Setiap orang akan menonjolkan 'daya juang' masing-masing. Meski Anda kini sudah berada di posisi yang lumayan 'aman', bukan berarti Anda bisa ongkang-ongkang kaki. Career Capital disebut-sebut merupakan kunci menghadapi perubahan dalam dunia kerja di tahapan karier mana pun dan menggapai kesuksesan. Bahkan juga kunci untuk mempertahankan sukses yang telah Anda raih saat ini. Nah, sudahkah Anda mengenali career capital Anda?
Dalam bahasa Indonesia, career capital bisa disebut sebagai modal berkarier. Bila seseorang tidak memiliki modal, maka kesempatannya untuk berkembang juga terbatas. Pada prinsipnya, career capital adalah beragam keahlian yang menunjukkan ciri khas individu -bersifat hard skills maupun soft skills- yang menentukan perkembangan karier seseorang. Keahlian tersebut bisa merupakan salah satu (atau ketiga-tiganya) hal berikut:
1. Orang dengan modal berkarier yang besar karena tidak berhenti belajar, membaca, atau mengikuti berbagai pelatihan. Ia mampu memahami dan memanfaatkan setiap kesempatan pelatihan dan pengembangan yang didapatnya, dan dengan modal itu ia bahkan berani menerima kesempatan kerja yang berbeda.
2. Orang yang membangun modal berkariernya dengan senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru. Dia memahami keahlian dan pengalaman apa saja yang dibutuhkan oleh pemimpin di masa mendatang. Ia juga berusaha mencari pengalaman baru di tempat kerja atau di luar jam kerja untuk meningkatkan kualitas diri.
3. Orang yang berupaya mengembangkan jejaring sosial dan profesional di dalam organisasi atau di luar organisasi tempat ia bekerja. Ia juga mengembangkan modal berkariernya dengan terus mencari kesempatan untuk membangun jejaring sosial dan profesionalnya.
Sayangnya, pada usia atau pada tahapan karier tertentu, kadang seseorang merasa sudah berada di zona aman dan nyaman. Padahal, saat berada di posisi yang cukup senior, Anda justru bisa membimbing para staf junior. Banyak perusahaan yang menguji kemampuan kepemimpinan seseorang dengan menyelenggarakan program mentoring semacam ini.
Bila di perusahaan Anda bekerja tidak ada program semacam itu, cobalah melirik komunitas profesional atau asosiaso industri lain yang bisa memperkaya wawasan Anda. Misalnya dengan bergabung dalam Women's Leadership Network, Eisenhower Fellowship, Women's Leadership Program, IWAPI, dan sebagainya.
Intinya, di tahapan karier mana pun, usahakan untuk terus membangun modal berkarier agar Anda selalu siap dan sukses menghadapu setiap perubahan di dalam dunia kerja. Haisl riset Accenture di Indonesia (serta di 31 negara lain) menyebutkan, 96% wanita karier di Indonesia berpendapat bahwa salah stau faktor penentu dalam meraih kesuksesan adalah career capital. Nah, sudah cukupkah modal karier yang Anda miliki?
Dalam bahasa Indonesia, career capital bisa disebut sebagai modal berkarier. Bila seseorang tidak memiliki modal, maka kesempatannya untuk berkembang juga terbatas. Pada prinsipnya, career capital adalah beragam keahlian yang menunjukkan ciri khas individu -bersifat hard skills maupun soft skills- yang menentukan perkembangan karier seseorang. Keahlian tersebut bisa merupakan salah satu (atau ketiga-tiganya) hal berikut:
1. Orang dengan modal berkarier yang besar karena tidak berhenti belajar, membaca, atau mengikuti berbagai pelatihan. Ia mampu memahami dan memanfaatkan setiap kesempatan pelatihan dan pengembangan yang didapatnya, dan dengan modal itu ia bahkan berani menerima kesempatan kerja yang berbeda.
2. Orang yang membangun modal berkariernya dengan senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru. Dia memahami keahlian dan pengalaman apa saja yang dibutuhkan oleh pemimpin di masa mendatang. Ia juga berusaha mencari pengalaman baru di tempat kerja atau di luar jam kerja untuk meningkatkan kualitas diri.
3. Orang yang berupaya mengembangkan jejaring sosial dan profesional di dalam organisasi atau di luar organisasi tempat ia bekerja. Ia juga mengembangkan modal berkariernya dengan terus mencari kesempatan untuk membangun jejaring sosial dan profesionalnya.
Sayangnya, pada usia atau pada tahapan karier tertentu, kadang seseorang merasa sudah berada di zona aman dan nyaman. Padahal, saat berada di posisi yang cukup senior, Anda justru bisa membimbing para staf junior. Banyak perusahaan yang menguji kemampuan kepemimpinan seseorang dengan menyelenggarakan program mentoring semacam ini.
Bila di perusahaan Anda bekerja tidak ada program semacam itu, cobalah melirik komunitas profesional atau asosiaso industri lain yang bisa memperkaya wawasan Anda. Misalnya dengan bergabung dalam Women's Leadership Network, Eisenhower Fellowship, Women's Leadership Program, IWAPI, dan sebagainya.
Intinya, di tahapan karier mana pun, usahakan untuk terus membangun modal berkarier agar Anda selalu siap dan sukses menghadapu setiap perubahan di dalam dunia kerja. Haisl riset Accenture di Indonesia (serta di 31 negara lain) menyebutkan, 96% wanita karier di Indonesia berpendapat bahwa salah stau faktor penentu dalam meraih kesuksesan adalah career capital. Nah, sudah cukupkah modal karier yang Anda miliki?
Monika Erika