Sebenarnya sah-sah saja untuk menjadi yang unggul dan nomor satu. Namun jika hanya tujuan itu saja yang kita cari, maka akan bisa sulit menerima kelemahan, kekalahan, dan rasa sakit. Apalagi kalau sampai menghalalkan segala cara untuk menang. Keinginan untuk menjadi unggul sudah tidak sehat lagi, bahkan bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Keinginan menjadi nomor satu, menurut psikolog dan pendiri Daily Meaning, Alexander Sriewijono, harus dibedakan antara perfeksionis dan totalitas. Perfeksionis lebih memfokuskan pada hasil akhir (posisi), sementara totalitas lebih mengutamakan prosesnya. Seorang perfeksionis baru akan merasa puas dan bahagia jika sudah mendapatkan hasil terbaik. Seseorang yang melakukan pekerjaan atau apapun yang disukainya dengan totalitas, akan merasa bahagia walau ia tidak selalu mencapai posisi pemenang. “Ia tidak mementingkan hasil (posisi) terbaik tetapi merasa bahagia karena telah melalui proses yang terbaik,” ujar Alex.
Dalam konteks pekerjaan, ada orang yang bekerja sebaik mungkin dan berharap akan mendapatkan kenaikan jabatan. Padahal tidak semua hal berada sepenuhnya dalam kendali kita. Setidaknya ada tiga pemegang kendali dalam hidup ini, yaitu: diri sendiri, orang lain, dan Tuhan. Contohnya yang paling mudah adalah waktu Anda berangkat kerja. Katakan saja, selama dua tahun Anda berangkat pukul 07.30 dan sampai di kantor pukul 09.00. Pemilihan waktu dan cara Anda berangkat ke kantor adalah sesuatu yang bisa Anda kontrol sendiri agar datang tepat waktu. Namun suatu hari, kemacetan lalu lintas lebih panjang dari biasanya. Akibatnya Anda terlambat. “Orang yang perfeksionis mungkin akan memaki dirinya sendiri karena terlambat,” ujar Alex.
Namun tidak demikian dengan orang yang mementingkan totalitas. Ia akan lebih bisa menerima keadaan karena telah melakukan yang terbaik pada hal-hal yang dapat dia kendalikan.
Kenaikan jabatan, gaji, atau kemenangan tidak sepenuhnya berada dalam kendali kita, tapi ditentukan oleh “juri”. Porsi kendali kita hanya sebatas pada mengerjakan tugas dengan maksimal. Jika ini tercapai, berarti yang kita lakukan sesuai dengan yang kita harapkan. Dengan kesadaran ini, kalaupun tidak kesampaian, tidak perlu frustrasi. Karena kemenangan atau kenaikan gaji tidak selalu berarti kita meraih 'nomor satu' di bidang tersebut.
Keinginan menjadi nomor satu, menurut psikolog dan pendiri Daily Meaning, Alexander Sriewijono, harus dibedakan antara perfeksionis dan totalitas. Perfeksionis lebih memfokuskan pada hasil akhir (posisi), sementara totalitas lebih mengutamakan prosesnya. Seorang perfeksionis baru akan merasa puas dan bahagia jika sudah mendapatkan hasil terbaik. Seseorang yang melakukan pekerjaan atau apapun yang disukainya dengan totalitas, akan merasa bahagia walau ia tidak selalu mencapai posisi pemenang. “Ia tidak mementingkan hasil (posisi) terbaik tetapi merasa bahagia karena telah melalui proses yang terbaik,” ujar Alex.
Dalam konteks pekerjaan, ada orang yang bekerja sebaik mungkin dan berharap akan mendapatkan kenaikan jabatan. Padahal tidak semua hal berada sepenuhnya dalam kendali kita. Setidaknya ada tiga pemegang kendali dalam hidup ini, yaitu: diri sendiri, orang lain, dan Tuhan. Contohnya yang paling mudah adalah waktu Anda berangkat kerja. Katakan saja, selama dua tahun Anda berangkat pukul 07.30 dan sampai di kantor pukul 09.00. Pemilihan waktu dan cara Anda berangkat ke kantor adalah sesuatu yang bisa Anda kontrol sendiri agar datang tepat waktu. Namun suatu hari, kemacetan lalu lintas lebih panjang dari biasanya. Akibatnya Anda terlambat. “Orang yang perfeksionis mungkin akan memaki dirinya sendiri karena terlambat,” ujar Alex.
Namun tidak demikian dengan orang yang mementingkan totalitas. Ia akan lebih bisa menerima keadaan karena telah melakukan yang terbaik pada hal-hal yang dapat dia kendalikan.
Kenaikan jabatan, gaji, atau kemenangan tidak sepenuhnya berada dalam kendali kita, tapi ditentukan oleh “juri”. Porsi kendali kita hanya sebatas pada mengerjakan tugas dengan maksimal. Jika ini tercapai, berarti yang kita lakukan sesuai dengan yang kita harapkan. Dengan kesadaran ini, kalaupun tidak kesampaian, tidak perlu frustrasi. Karena kemenangan atau kenaikan gaji tidak selalu berarti kita meraih 'nomor satu' di bidang tersebut.
Nofi Triana Firman