
Betapa nyamannya hidup ini, ketika segala sesuatu berada dalam genggaman tangan kita. Ketergantungan kita yang teramat besar pada ponsel pintar yang memberikan banyak fasilitas, pada akhirnya kita anggap sebagai keniscayaan yang sulit kita hindari. Tapi, sadarkah kita bahwa ketika internet menjadi eksternal drive bagi otak kita, sebenarnya kita 'membungkus' otak kita?
Teknologi modern memang luar biasa hebatnya. Bagi banyak wanita bekerja yang harus juggling antara rumah, pekerjaan kantor, dan kehidupan sosial, gadget yang mudah digunakan mampu membuat urusan sehari-hari menjadi lebih cepat. Tentu saja hal itu baik. Namun dengan berbagai kemudahan itu, kita sering tidak sadar bahwa kita terus menambah kesibukan kita. Ketika surel dapat diakses lewat ponsel pintar, kita tidak keberatan dengan bertambahnya pekerjaan. Kita semakin jauh tenggelam ke dalam pekerjaan yang disebut busy lifestyle syndrome.
Ketergantungan kita pada ponsel atau tab pun kian meningkat. Internet menjadi cara termudah untuk mengakses informasi. Gadget menjadi alat untuk mengatasi rasa bosan dengan upload status di jejaring sosial atau bermain game, sekaligus melakukan pekerjaan. Cara berpikir kita berubah, perilaku kita pun berubah: kita berjalan dengan ponsel pintar di tangan dan kepala menunduk terikat pada benda itu.
Para peneliti sepakat bahwa ponsel pintar, iPad, tab, mulai mengubah struktur fisik otak kita, memengaruhi tingkat empati, rentang perhatian, dan ketangkasan mental kita. Kapan kita dapat berpikir dengan betul-betul jernih? Dapatkah Anda mengingat dengan siapa Anda makan siang dua hari lalu? Lebih mudah bagi kita mengingat masa kecil kita, tetapi begitu sulit mengingat pesan 10 menit lalu yang kita terima karena rentetan email dan chat lewat aplikasi Line atau WA yang menginterupsi masuknya informasi ke dalam memori kita. Kita mengidap technesia -amnesia akibat teknologi.
Meski interaksi kita dengan teknologi memberi sumbangan yang baik -kita lebih cepat bereaksi dan kemampuan berpikir logis dipertajam- tetapi secara keseluruhan kita menjadi kurang cerdas, kurang terlibat, dan memori otak kita melemah.
Kecanggihan teknologi telah mengubah hidup kita, mengubah cara kita belajar, dan mengubah cara kita memberi perhatian terhadap sesuatu. Hal ini tentu saja ikut mengubah fisik otak kita yang akhirnya memengaruhi fungsinya, terutama dalam hal menyimpan ingatan jangka pendek. Kemalasan kita untuk mengingat akan memperburuk memori kita. Buruknya memori akan menurunkan fungsi otak, dan mempengaruhi kecerdasan kita secara keseluruhan. Karena, kecerdasan kita dibentuk dari proses mengumpulkan informasi, mengolahnya, kemudian, memasukkan informasi tersebut ke dalam ingatan kita di dalam otak. Sewaktu-waktu diperlukan, kita akan 'memanggilnya'. Demikian tulis Nicholas Carr dalam buku The Swallows: What The Internet Doing To Our Brain.
"Otak kita di bawah ancaman dunia modern. Peralatan elektronik mempengaruhi struktur molekuler kimiawi otak kita. Selanjutnya, peralatan itu mempengaruhi kepribadian, perilaku dan karakteristik kita," kata Baroness Susan Greenfield dari universitas Oxford.
Pesan yang layak kita renungkan.
Teks: Immanuella Rachamani
Foto: Wijayanti Kusumawardini