
Berbeda dengan bedah plastik atau pengisisan dengan menyuntikkan kolagen, fat transfer merupakan tindakan pemindahan sejumlah jaringan lemak dari bawah kulit, yang ada pada bagian perut atau paha, kemudian setelah melalui proses pembilasan, disuntikkan ke bagian yang memerlukan tambahan seperti pipi, hidung, bibir, payudara, hingga bokong.
Prosedur yang dilakukan pun terbilang singkat dan tidak menyisakan bekas luka seperti bedah plastik pada umumnya. Pasien hanya dibius lokal untuk mendapatkan suntikan di daerah wajah dan di beberapa bagian yang akan menerima transfer lemak. Proses ini hanya memakan waktu sekitar satu jam dan hanya menyisakan beberapa titik bekas suntikan.
Tetapi untuk prosedur yang membutuhkan lebih banyak fat transfer seperti payudara dan bokong, pasien akan dibius total untuk menerima transfer lemak di bagian-bagian tersebut. Namun hal ini tidak membuat pasien harus beristirahat lebih dari satu hari.
Dengan memindahkan lemak ke bagian lain dalam tubuh, pada dasarnya tubuh tidak memerlukan waktu untuk beradaptasi. Bagian tubuh yang menerima lemak akan mempertahankannya, sehingga hasilnya dapat bertahan hingga 15 tahun. Fat transfer ini juga relatif aman dan hampir tidak ada efek sampingnya. Namun tidak menutup kemungkinan sebagian lemak akan diserap oleh tubuh, sehingga dibutuhkan tindakan pengisian ulang.
Yang perlu diperhatikan ketika melakukan fat transfer di bagian payudara adalah penempatan lemak. Seperti dikutip dari sebuah situ berita, dokter spesialis bedah plastik, dr. Hendri Andreas Sp. BP, menyebut, pada bagian kelenjar payudara tidak boleh diisi karena sering terjadi penggumpalan yang berisiko memunculkan kista. Maka lemak yang ditransfer ke bagian payudara ini ditempatkan di bagian otot, di bawah kelenjar payudara, dan di bawah kulit. Penempatan lemak di wilayah itu tidak berefek timbulnya benjolan kista, tetapi hanya berisi lemak yang menggumpal.
Karena singkatnya prosedur yang dilakukan, biaya melakukan fat transfer tidak semahal biaya implan silikon padat. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh calon pasien, karena sifat fat transfer yang tidak dapat dibatalkan. Pertimbangan bentuk dan ukuran harus menjadi pertimbangan yang utama, selain mengetahui risiko lainnya.
Meski minim risiko, para dokter ahli dan ahli bedah plastik masih meneliti adanya potensi yang dapat menimbulkan perubahan sel-sel normal, terutama yang berada di payudara. Wanita yang memiliki riwayat kanker payudara tentunya tidak dapat melakukan prosedur ini.
Prosedur yang dilakukan pun terbilang singkat dan tidak menyisakan bekas luka seperti bedah plastik pada umumnya. Pasien hanya dibius lokal untuk mendapatkan suntikan di daerah wajah dan di beberapa bagian yang akan menerima transfer lemak. Proses ini hanya memakan waktu sekitar satu jam dan hanya menyisakan beberapa titik bekas suntikan.
Tetapi untuk prosedur yang membutuhkan lebih banyak fat transfer seperti payudara dan bokong, pasien akan dibius total untuk menerima transfer lemak di bagian-bagian tersebut. Namun hal ini tidak membuat pasien harus beristirahat lebih dari satu hari.
Dengan memindahkan lemak ke bagian lain dalam tubuh, pada dasarnya tubuh tidak memerlukan waktu untuk beradaptasi. Bagian tubuh yang menerima lemak akan mempertahankannya, sehingga hasilnya dapat bertahan hingga 15 tahun. Fat transfer ini juga relatif aman dan hampir tidak ada efek sampingnya. Namun tidak menutup kemungkinan sebagian lemak akan diserap oleh tubuh, sehingga dibutuhkan tindakan pengisian ulang.
Yang perlu diperhatikan ketika melakukan fat transfer di bagian payudara adalah penempatan lemak. Seperti dikutip dari sebuah situ berita, dokter spesialis bedah plastik, dr. Hendri Andreas Sp. BP, menyebut, pada bagian kelenjar payudara tidak boleh diisi karena sering terjadi penggumpalan yang berisiko memunculkan kista. Maka lemak yang ditransfer ke bagian payudara ini ditempatkan di bagian otot, di bawah kelenjar payudara, dan di bawah kulit. Penempatan lemak di wilayah itu tidak berefek timbulnya benjolan kista, tetapi hanya berisi lemak yang menggumpal.
Karena singkatnya prosedur yang dilakukan, biaya melakukan fat transfer tidak semahal biaya implan silikon padat. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh calon pasien, karena sifat fat transfer yang tidak dapat dibatalkan. Pertimbangan bentuk dan ukuran harus menjadi pertimbangan yang utama, selain mengetahui risiko lainnya.
Meski minim risiko, para dokter ahli dan ahli bedah plastik masih meneliti adanya potensi yang dapat menimbulkan perubahan sel-sel normal, terutama yang berada di payudara. Wanita yang memiliki riwayat kanker payudara tentunya tidak dapat melakukan prosedur ini.
Monik Wulandari