Saat menapakkan kaki ke dalam rumah, saya disambut oleh bocah perempuan berusia lima tahun. Ia tampak nyaman bersantai di sofa ruang tamu. Untuk beberapa menit pertama, ia tak menghiraukan kehadiran saya. Namun, satu jam berikutnya bahkan selanjutnya, obrolan saya dan kedua orang tuanya, presenter dan model Meisya Siregar serta musisi Bebi Romeo, diwarnai oleh celoteh si kecil.
Sebelum mendiami rumah ini, Meisya dan Bebi tinggal di daerah yang cukup jauh dari pusat bisnis. Sebagai pasangan yang sarat aktivitas, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke rumah dua tingkat di perumahan asri di wilayah Jakarta Selatan. Di tengah bisingnya Jalan Fatmawati yang semakin padat, tak dinyana terdapat area perumahan asri menyegarkan.
“Sehari-hari kami lebih sering beraktivitas di lantai atas,” kata Meisya. Tak heran kalau di lantai pertama saya tidak melihat ‘kekacauan’ yang dibuat oleh kedua anak Meisya, Syabila dan Louisa. Memasuki lantai atas, suasana kekeluargaan pun terasa. Ruang keluarga berdinding hijau muda menghiasi kamar seluas 4x5 meter persegi. Untuk menghemat energi listrik, jendela geser berukuran besar sengaja dibuka. Angin segar dengan leluasa berembus dari arah perkebunan hijau milik tetangga yang menyejukkan mata.
Memiliki dua anak yang sedang gemar bereksperimen dengan bermacam mainan, Meisya dan Bebi memilih sofa dan karpet berwarna hitam. Kotak mainan milik anak-anak tampak di sudut ruangan. “Saya punya hari khusus untuk screening mainan anakanak,” cerita Meisya, pembawa acara infotainment di Trans 7 ini. Jika sedang tidak ada syuting atau aktivitas lain, Meisya lebih memilih untuk membersihkan rumah. “Kalau disuruh memilih antara masak dan bebersih, saya lebih pilih membersihkan rumah,” katanya dibarengi derai tawa.
Mungkin karena preferensinya itu, rumah ini terasa ‘kosong’ tak seperti rumah yang dihuni anak-anak. Meisya dan Bebi memang membiasakan diri untuk tidak menyimpan barang terlalu banyak di dalam rumah. Kebiasaan itu diterapkan pula kepada dua anak mereka.
Sebelum mendiami rumah ini, Meisya dan Bebi tinggal di daerah yang cukup jauh dari pusat bisnis. Sebagai pasangan yang sarat aktivitas, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke rumah dua tingkat di perumahan asri di wilayah Jakarta Selatan. Di tengah bisingnya Jalan Fatmawati yang semakin padat, tak dinyana terdapat area perumahan asri menyegarkan.
“Sehari-hari kami lebih sering beraktivitas di lantai atas,” kata Meisya. Tak heran kalau di lantai pertama saya tidak melihat ‘kekacauan’ yang dibuat oleh kedua anak Meisya, Syabila dan Louisa. Memasuki lantai atas, suasana kekeluargaan pun terasa. Ruang keluarga berdinding hijau muda menghiasi kamar seluas 4x5 meter persegi. Untuk menghemat energi listrik, jendela geser berukuran besar sengaja dibuka. Angin segar dengan leluasa berembus dari arah perkebunan hijau milik tetangga yang menyejukkan mata.
Memiliki dua anak yang sedang gemar bereksperimen dengan bermacam mainan, Meisya dan Bebi memilih sofa dan karpet berwarna hitam. Kotak mainan milik anak-anak tampak di sudut ruangan. “Saya punya hari khusus untuk screening mainan anakanak,” cerita Meisya, pembawa acara infotainment di Trans 7 ini. Jika sedang tidak ada syuting atau aktivitas lain, Meisya lebih memilih untuk membersihkan rumah. “Kalau disuruh memilih antara masak dan bebersih, saya lebih pilih membersihkan rumah,” katanya dibarengi derai tawa.
Mungkin karena preferensinya itu, rumah ini terasa ‘kosong’ tak seperti rumah yang dihuni anak-anak. Meisya dan Bebi memang membiasakan diri untuk tidak menyimpan barang terlalu banyak di dalam rumah. Kebiasaan itu diterapkan pula kepada dua anak mereka.
[Suka dengan rumah bernuansa kayu dan bergaya bavarian? Cek di sini]
Rumah seluas 400 meter persegi ini tampak lebih luas karena dinding kaca yang menghadap ke halaman samping. Apalagi dengan adanya kolam renang yang persis berdampingan dengan dinding kaca tersebut. “Dia yang menginginkan kolam renang ini,” kata Bebi sambil menunjuk sang istri. Pada desain awal, kolam renang ini adalah kolam ikan. “Nah, kolam renang ini dibangun untuk menyambut kelahiran anak pertama kami,” Meisya menambahkan.
Kolam yang panjang ini dibagi dua dan dibatasi oleh patio yang dihiasi air mancur dengan dinding granit hitam jenis black galaxy. Batu granit berwarna hitam juga dipilih untuk bibir kolam. Bagian depan kolam ini diperuntukkan khusus sebagai tempat bermain anak-anak. “Sementara itu, kolam bagian belakang lebih ditujukan untuk kami berdua,” jelas Meisya. Tentu saja kedalaman kolamnya pun berbeda. “Awalnya saya berencana kolam ini memiliki dalam 1,4 meter, tapi ternyata dihalangi oleh gorong-gorong yang persis berada di bawahnya,” ujar Bebi melengkapi penjelasan Meisya.
Bebi ternyata tak hanya bisa mencipta lagu tapi juga tertarik untuk mendesain rumah. Pencipta lagu Bunga Terakhir ini sangat senang dengan batu alam. Hal ini bisa dilihat dari desain dinding ruang tamu yang diberi sentuhan batu travertine, yang memiliki penampilan berserat dan berlubang. “Semakin banyak lubangnya, harganya akan semakin mahal,” jelas Bebi. Sebagai aksen, Bebi sengaja meletakkan batu onyx berwarna hijau. Walau begitu, Bebi rupanya masih belum puas dengan desain interior saat ini. Ia masih bercita-cita mengubah lantai rumah dengan batu alam. Untuk persisnya, Bebi belum menjatuhkan pilihannya pada jenis batu tertentu.
Selain ruang tamu, di lantai pertama terletak ruang makan dan dapur yang berada di dalam satu area. Ruang makan ini juga dikelilingi jendela kaca yang memiliki akses ke kolam renang dan teras belakang. Dari ruang tamu menuju ruang makan, saya melihat piano berdesain klasik menyandar pada dinding dekat tangga ke lantai dua.
Keramahan Meisya dan Bebi membuat hari Jumat saya semakin terasa relaks. Jika tak ingat kalau Meisya harus berolahraga di pusat kebugaran, mungkin saya lebih memilih melanjutkan obrolan sambil ditemani denting piano yang mengalun merdu lewat jemari ajaib sang komposer. Kami pun mengucap salam perpisahan ketika hari mulai gelap. Dalam hati saya berandai-andai, memikirkan hasil akhir transformasi desain cita-cita Meisya dan Bebi....
Foto: Joey Kurniawan