
Fashion show LPM Graduates Show The Style Maker di Jakarta Fashion Week 2017 menimbulkan rasa haru dan bangga. Selain menampilkan karya-karya terbaik desainer, show tersebut menjadi ajang penghormatan atas kerja keras desainer Musa Widyatmodjo dan Tommy Ambiyo.
Sekuens pertama fashion show yang digelar pada Kamis, 27 Oktober 2016 itu menampilkan karya Itang Yunasz dengan tema “The Dark Side.” Itang mempersembahkan 12 koleksi busana muslim yang didominasi warna gelap. Karakter kaftan dan gamis masih menjadi ciri rancangannya, meski Itang berhasil memodifikasinya menjadi terlihat lebih modern dan praktis. Ada pula detail-detail memikat, seperti bordir dan draperi, yang tampak mencolok di tengah dominasi warna kelam. Hasilnya adalah interptretasi busana muslim yang sophisticated dan anggun.
Sekuens kedua fashion show LPM adalah milik Musa Widyatmodjo. “Saya mengangkat tema ‘My Romance’, sebagai bentuk kecintaan saya terhadap Indonesia,” ujar Musa dalam konferensi pers. “Ini juga bentuk penggalian kreativitas saya setelah sekian lama berkarya.”
Napas cinta Tanah Air itu memang terpancar lewat aksen-aksen lokal pada sebagain besar koleksi Musa (ada 24 busana yang ia tampilkan sore itu). Motif-motif batik, misalnya. Dengan tambahan detail, seperti mutiara dan lace, koleksinya jadi kuat akan kesan romantis dan feminin. Ada hal menarik dari koleksi batik Musa kali ini. “Sebetulnya, batik itu baru saja datang dari perajin saya di Cirebon. Jadi apa yang ada di show sebetulnya baru dua pertiga jadi,” ungkapnya.
Selain show yang mengundang decak kagum, ada dua hal menarik lain pada show LPM tersebut. Yang pertama adalah penghargaan terhadap Musa Widyatmodjo atas 25 tahun dedikasinya di dunia mode. Ai Syarif, Creative Advisor Jakarta Fashion Week, mengatakan bahwa, “Ini memang penghargaan bagi lulusan LPM. Kami melihat Musa bukan hanya sebagai seorang desainer, tetapi juga seorang guru.”
Lomba Perancang Mode (LPM) sendiri merupakan gelaran tahunan pecarian bakat desainer muda yang diselenggarakan sejak 1979. Kini, alumninya mencapai lebih dari 200 desainer, dengan reputasi nasional dan internasional. Dua di antara para alumni tersebut adalah, tentu saja, Itang Yunasz dan Musa Widyatmodjo.
Musa sendiri sebetulnya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang perancang mode. Mulanya, ia hanya ingin berada di dunia fashion, entah mengajar atau berbisnis. “Teman saya pernah bertanya pada saya, Anda ingin jadi Bernard Arnault atau Coco Chanel?” kenang Musa. “Waktu itu saya bilang, saya ingin menjadi Bernard dulu, baru kemudian Coco.”
Keinginan tersebut memang berdampak pada perjalanan karier Musa. Di awal kariernya, Musa lebih fokus ke mengajar dan berbisnis, baru kemudian dikenal sebagai desainer mode. “Saya memang ingin sukses di usia 60 tahun,” jelas Musa, “Dan ini baru langkah pertama.”
Pada show LPM tersebut juga diumumkan pemenang JFW Fashion Entrepreneur Award, yang direbut brand tas Byo yang diprakarsai oleh Tommy Ambiyo Tedji. JFW Fashion Entrepreneur Award adalah perluasan dari LPM Entrepreneur Award, dan mulai dilaksanakan tahun ini. Para unggulan diseleksi oleh JFW Fashion Council (terdiri atas chief editor dan fashion director media gaya hidup Jakarta dan fashion influencer). dan berasal dari alumni LPM, Cleo Fashion Awards, dan Indonesia Fashion Forward. Kemenangan Tommy mengantarkannya untuk ikut short course Fashion Business di Istituto Marangoni, Milan. Selamat!
[Lihat juga keunikan gaun surealis ala Tex Saverio di JFW 2017]