
Sebagai salah satu destinasi wisata populer di Italia bagian Selatan, Sorrento memang tidak pernah membosankan. Posisinya sangatlah strategis, terletak di antara Napoli dan reruntuhan tua Pompeli, Sorrento menjadi pintu gerbang wisatawan untuk mengunjungi pulau Capri, teluk Amalfi, kota Positano nan cantik, dan semenanjung Peninsula Italia yang penuh nuansa Mediterranean.
Keindahan alam Sorrento dan rasa cinta warganya bahkan diabadikan dalam sebuah lagu bertajuk Torna a Surriento atau Return to Sorrento. Lagu yang sudah berusia kira-kira satu abad ini berkisah tentang permintaan seseorang agar kekasihnya pulang ke tanah yang dicintainya.
Jutaan wisatawan datang mengunjungi kota kecil yang hanya berpenduduk 16.000 jiwa ini. Luas wilayahnya hanya seukuran areal perkebunan kopi di salah satu kabupaten di Indonesia, namun kota ini dikelola dengan sangat baik untuk menarik pendapatan nasional Italia.
Jangan bayangkan sebuah kota wisata yang ingar bingar. Mungkin Sorrento lebih laya disebut sebagai kampung nelayan yang modern. Tidak ada bau amis yang menyerang hidung ketika saya datang ke pelabuhan tempat kapal-kapal nelayan bersandar. Tidak ada sampah plastik mengambang. Yang ada hanya deretan beberapa rumah makan yang dikelola warga lokal dan juga sebuah koperasi nelayan, ramai pengunjung tentunya. Menu yang ditawarkan adalah hasil tangkapan produk laut saat itu. Segar dan menggairahkan dengan bumbu sederhana.
Untuk menuju pelabuhan, saya melintasi gang-gang kecil berlandaskan batu vulkanik, yang memang tampaknya sudah ada dari ratusan tahun yang lalu. Ah, memang Italia terkenal dengan kejayaan masa lalunya, sebuah romansa yang dipertahankan hubungannya dengan kekinian, kemudian dijadikan nilai unggul untuk menarik para turis mancanegara. Rumah-rumah nelayan yang berdiri tegak di tengah bebatuan dengan hiasan cat warna warni, jendela-jendla besar nan ramping serta jemuran baju melambai, dan juga plat keramik cantik menandakan saya sedang berada di surga Sorrento.
Akses kendaraan umum memang terbatas di kota ini, namun janganlah khawatir. Menikmati Sorrento paling pas dilakukan dengan berjalan kaki di pagi har. Saya tersesat dalam banyak gang labirin. Saya menemukan banyak kejutan panca indra, mulai dari aroma panggangan kue yang tercium dari salah satu sudut jendela rumah, rasa asam manis segar dari sorbet lemon Sorrento yang saya beli di kedai gelato, nyanyian merdu seorang nenek yang sednag duduk di depan rumahnya, nelayan sednag membongkar hasil tangkapannya di pelabuhan, atau gesekan semilir angin laut yang menerpa kulit muka saya. Semua menjadi kenangan yang mampu menghangatkan palung hati.
Ada banyak kelas penginapan di Sorrento, mulai dari bed & breakfast sampai hotel bintang lima yang tersembunyi di deretan jalan setapak mengitari lereng gunung. Semua memiliki layanan di atas rata-rata. Dan sebagai kota yang ramah turis, Sorrento memiliki banyak agen perjalanan yang menawarkan paket wisata menuju tempat-tempat cantik seperti pulau Capri dan teluk Amalfi. Anda bisa menjelajahi semenanjung peninsula Campania setiap hari dengan menjadikan Sorrento sebagai tempat tinggal Anda. Sungguhlah nyaman.
Keindahan alam Sorrento dan rasa cinta warganya bahkan diabadikan dalam sebuah lagu bertajuk Torna a Surriento atau Return to Sorrento. Lagu yang sudah berusia kira-kira satu abad ini berkisah tentang permintaan seseorang agar kekasihnya pulang ke tanah yang dicintainya.
Jutaan wisatawan datang mengunjungi kota kecil yang hanya berpenduduk 16.000 jiwa ini. Luas wilayahnya hanya seukuran areal perkebunan kopi di salah satu kabupaten di Indonesia, namun kota ini dikelola dengan sangat baik untuk menarik pendapatan nasional Italia.
Jangan bayangkan sebuah kota wisata yang ingar bingar. Mungkin Sorrento lebih laya disebut sebagai kampung nelayan yang modern. Tidak ada bau amis yang menyerang hidung ketika saya datang ke pelabuhan tempat kapal-kapal nelayan bersandar. Tidak ada sampah plastik mengambang. Yang ada hanya deretan beberapa rumah makan yang dikelola warga lokal dan juga sebuah koperasi nelayan, ramai pengunjung tentunya. Menu yang ditawarkan adalah hasil tangkapan produk laut saat itu. Segar dan menggairahkan dengan bumbu sederhana.
Untuk menuju pelabuhan, saya melintasi gang-gang kecil berlandaskan batu vulkanik, yang memang tampaknya sudah ada dari ratusan tahun yang lalu. Ah, memang Italia terkenal dengan kejayaan masa lalunya, sebuah romansa yang dipertahankan hubungannya dengan kekinian, kemudian dijadikan nilai unggul untuk menarik para turis mancanegara. Rumah-rumah nelayan yang berdiri tegak di tengah bebatuan dengan hiasan cat warna warni, jendela-jendla besar nan ramping serta jemuran baju melambai, dan juga plat keramik cantik menandakan saya sedang berada di surga Sorrento.
Akses kendaraan umum memang terbatas di kota ini, namun janganlah khawatir. Menikmati Sorrento paling pas dilakukan dengan berjalan kaki di pagi har. Saya tersesat dalam banyak gang labirin. Saya menemukan banyak kejutan panca indra, mulai dari aroma panggangan kue yang tercium dari salah satu sudut jendela rumah, rasa asam manis segar dari sorbet lemon Sorrento yang saya beli di kedai gelato, nyanyian merdu seorang nenek yang sednag duduk di depan rumahnya, nelayan sednag membongkar hasil tangkapannya di pelabuhan, atau gesekan semilir angin laut yang menerpa kulit muka saya. Semua menjadi kenangan yang mampu menghangatkan palung hati.
Ada banyak kelas penginapan di Sorrento, mulai dari bed & breakfast sampai hotel bintang lima yang tersembunyi di deretan jalan setapak mengitari lereng gunung. Semua memiliki layanan di atas rata-rata. Dan sebagai kota yang ramah turis, Sorrento memiliki banyak agen perjalanan yang menawarkan paket wisata menuju tempat-tempat cantik seperti pulau Capri dan teluk Amalfi. Anda bisa menjelajahi semenanjung peninsula Campania setiap hari dengan menjadikan Sorrento sebagai tempat tinggal Anda. Sungguhlah nyaman.
Lisa Virgiano
Foto: dok. Pribadi, dok. TPGNews