
Menurut Evi Sukmaningrum, M.Si, psikolog, kesiapan seseorang untuk bercerai biasanya dilihat dari persiapan hukum, penataan keuangan, dan pembagian harta. Padahal, ada hal lain yang tak kalah penting.
“Semua persiapan sudah dilakukan, tapi bisa saja emosi negatifnya masih delay, atau baru muncul ketika sudah bercerai. Idealnya, meski merasa sudah siap bercerai, konseling perkawinan tetap perlu dilakukan untuk meninjau kembali apakah Anda betul-betul siap atau masih ingin bertahan,” kata Evi. Kendati begitu, masih ada beberapa pertanyaan penting ketika Anda merasa sudah siap bercerai:
Apakah Anda pernah merasa betul-betul menikah?
Banyak orang mengatakan, siap bercerai tetapi masih punya ikatan dengan pasangan yang selama ini relasinya dia perjuangkan mati-matian karena kurangnya kedekatan. Bila Anda termasuk jenis ini, sebaiknya perbaiki dulu relasi Anda. Karena, perasaan kehilangan akan membuat Anda kebingungan, sehingga kondisi Anda pasca bercerai akan menjadi lebih buruk daripada sebelum bercerai.
Apakah keputusan ini karena kesadaran diri atau karena reaksi emosi?
Siap bercerai berarti dapat membuat keputusan yang jernih, bukan keputusan yang dilandasi ‘karena sudah dekat dengan seseorang lainnya.’ Karena, itu berarti mencintai orang lain dengan melukai seseorang di dekat Anda. Seseorang yang memutuskan bercerai berdasarkan kemarahan akan terus membawa kemarahannya.
Apa alasan Anda menunda perceraian?
Ada agenda lain selain mengakhiri perkawinan bisa menjadi indikasi bahwa Anda tidak siap bercerai. Bila Anda berharap bahwa setelah bercerai Anda akan mendapat perlakuan lebih baik dari orang lain, ini adalah alasan bercerai yang keliru. Perceraian tidak punya kekuatan untuk mengubah hati dan pikiran orang. Perceraian hanya dapat melakukan satu hal: mengakhiri perkawinan.
Apakah Anda sudah menyelesaikan konflik dalam diri Anda?
Setiap orang yang akan menjalani perceraian biasanya mengalami konflik, termasuk diserang rasa bersalah. Mengenali konflik dan menyadari perbedaan yang akan terjadi, serta menyiapkan diri untuk menghadapi dampaknya merupakan bagian dari proses siap bercerai.
Dapatkah Anda mengatasi konsekuensi dari perceraian?
Perceraian menghasilkan rasa duka yang mendalam karena menjadi tanda hilangnya kebahagiaan atau mimpi tentang keluarga bahagia. Terluka, kecewa, merasa sendiri, merasa bersalah dan ditolak, serta berbagai rasa yang tidak menyenangkan, biasanya akan dialami. Untuk siap mengalami gejolak perceraian, penting untuk membangun support system dari pihak keluarga atau teman-teman yang akan mendukung Anda secara emosi ketika dibutuhkan.