Saya sering berharap bisa memutarbalikkan waktu untuk menarik kembali kata-kata yang telah terucap dan membatalkan apa yang sudah saya lakukan.
Jika saja saya bisa menahan diri dulu dan menemukan kata-kata lain yang lebih halus waktu sedang marah atau kesal. Ada penyesalan jenis kecil yang tak mengendap lama, tapi ada juga jenis yang mendalam dan terus menghantui selamanya. Sekadar melewatkan potongan terakhir dari kue favorit Anda jelas tak akan membuat Anda menyesal berlarut-larut. Tapi tentu lain cerita jika Anda melakukan sesuatu yang menyakiti orang-orang tersayang.
Pada hari nenek saya meninggal, saya membantah beliau. Pagi itu saya terburu-buru ke luar rumah dengan rambut basah yang masih berantakan. Beliau mengingatkan untuk menyisir rambut sebelum berangkat bekerja, tapi saya malah membentaknya, mengatakan bahwa saya akan merapikannya di mobil, lalu saya pergi begitu saja. Beliau meninggal sore itu, dan tentunya saya tak pernah melihatnya lagi.
Mengingat kembali hari itu rasanya sedih sekali, pertama karena kepergiannya, dan kedua karena saya tak pernah bisa mengucapkan maaf kepada beliau. Saya akan selalu menyesal mengingat bahwa interaksi terakhir kami adalah pertengkaran sepele seperti itu. Awalnya saya menyalahkan beliau karena membuat saya kesal pagi itu, tapi kemudian saya sadar bahwa saya marah karena saya tidak berlaku sopan atas perhatian beliau. Seandainya saya bisa kembali dan mengucapkan terima kasih, menjelaskan saya akan menyisir rambut di mobil, serta menciumnya sebelum berangkat.
Sekarang sepertinya orang-orang cenderung mudah berkata untuk jangan pernah menyesal, untuk tidak melewatkan tiap kesempatan yang datang. Sebagian orang bisa lekat dengan gagasan FOMO (fear of missing out) dan menerima semua undangan pesta. Yang lain, bisa saja jatuh hati pada istilah YOLO (you only live once). Bungee jumping? Ayo saja! Terbang ke Bali selama 24 jam? Tak masalah! Memang ada benarnya soal tak menyia-nyiakan kesempatan dalam hidup ini. Menjalani hidup dengan semangat membuat hidup makin menyenangkan. Saya sendiri pernah ingin menjalani hidup tanpa penyesalan, tapi belakangan saya pikir ini tidak realistis. Apa ada orang yang tak pernah menyesal? Lagi pula, apa kita bisa tahu bahwa kita tak akan pernah melakukan kesalahan lagi di masa depan?
Walaupun kami tak bisa menghapus hal yang sudah terjadi, kami masih bisa membangun masa depan yang lebih baik dengan menggunakan penyesalan hidup kami sebagai patokan dasar. Kemungkinan untuk perubahan terletak di dalam diri kita, dan potensi dampak perubahannya tidak ada batasnya. Menentukan dan menguatkan niat Anda adalah cara yang ampuh untuk mengubah masa depan, karena niat itu penangkal kecerobohan. Daripada menjalani hidup dalam modus autopilot, lebih baik kalau Anda membuat pilihan yang sadar dan sejalan dengan niat Anda. Ketika niat Anda sudah mantap, pilihan-pilihan selanjutnya akan terasa lebih jelas. Anda bisa memilih cara berkomunikasi yang membuat Anda tak akan mengulangi kesalahan semacam yang saya lakukan.
Meski ada harapan untuk tak jatuh ke lubang yang sama, ada kalanya kita akan gagal. Pada saat-saat itu, kecenderungan saya adalah sulit memaafkan diri sendiri. Saya sibuk membayangkan hasil alternatif yang lebih baik, yang jelas-jelas sudah tidak mungkin terjadi. Saya belajar bahwa saya tidak bisa maju tanpa memaafkan diri sendiri. 'Pengampunan' semacam ini yang akhirnya memberi saya kesempatan untuk mencoba lagi.Saya sendiri memulai awal baru yang sederhana: Berbicara dengan tempo lebih lambat. Ini membuat lebih mudah untuk berbicara dengan tulus hati, dan juga untuk berbicara dengan kebaikan dan kejelasan ke teman-teman dan keluarga saya. Ketika saya mencoba memberi jeda dalam percakapan yang sulit, saya bisa memahami hal-hal yang mungkin tidak seperti kelihatannya. Saya bisa berhenti dan mempertimbangkan tanggapan saya dengan perlahan, sebelum mengucapkan apa pun. Fokuskan perhatian dan tenaga untuk mengukuhkan niat baik Anda. Jangan lupa memaafkan diri Anda ketika tidak selalu berhasil, sebab bagaimana pun kita semua manusia yang tak luput dari salah. Berdamailah dengan diri Anda untuk mencapai perasaan harmonis dan sukacita.
Mila Atmos
Penulis, Kontributor thehuffingtonpost.com, tinggal di New York
"Exploring ways towards fulfilling life's potential by consciously choosing joy, mindfulness, and self love"