Nyamuk yang sama –Aedes aegepty –bisa membawa virus yang berbeda. Selain virus dengue, nyamuk ini juga membawa virus zika, yang sekarang sedang mewabah di Amerika dan diperkirakan telah menyebar di 23 negara. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara dengan kemungkinan terkena epidemi virus zika adalah Kolumbia dan El Salvador.

Diduga bisa menyebabkan microcephaly (kepala lebih kecil dari ukuran normal) pada janin, pemerintah Amerika Latin menghimbau agar para wanita tidak hamil sampai tahun 2018. Bahkan di Kolumbia 2.000 wanita hamil yang positif terinfeksi zika diharuskan melakukan aborsi meski belum ada kasus microcephaly di daerah itu. Sejak November 2015 Brasil mencatat 4.180 microcephaly yang lahir dari wanita hamil terinfeksi zika. Padahal pada tahun 2014 hanya ada 146 kasus microcephaly. Sebegitu dahsyatkah penyebaran virus ini? Beberapa hal yang perlu kita tahu tentang zika.
Virus zika termasuk keluarga flavivirus, bersepupu dengan virus demam kuning, chikungunya, dan demam berdarah dengue. Virus zika bukan barang baru, karena sudah ada sejak 1952 yang menyebar di wilayah Afrika, Amerika, dan Asia Pasifik. Indonesia juga rentan penyebaran virus ini karena vektor dengue dan zika adalah nyamuk yang sama. Dampak virus ini tidak lebih berbahaya dibanding dengue.
Di Indonesia keberadaan virus zika sudah ditemukan tahun lalu. Di Jambi ditemukan 103 kasus yang mirip dengan infeksi virus dengue, namun tidak terdapat virus tersebut. Peneliti dengue dari Eijkman Institute –Tedjo Sasmono mengatakan, kasus tersebut terkonfirmasi zika. Namun virusnya sudah dapat diisolasi dan genomnya sudah diketahui. Penderitanya seorang pria muda berusia 27 tahun mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi pada siku dan lutut, serta lesu. Namun setelah dirawat selama dua hari pasien tersebut sehat kembali.
Cara mencegah penyebaran virus ini adalah dengan memutus kontak dengan nyamuk dan membersihkan tempat-tempat potensial nyamuk bersarang dan berkembang biak, sama halnya dengan mencegah penyebaran dengue. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk virus ini. Meski tidak lebih berbahaya dari dengue, sebaiknya kita tidak menganggap remeh ketika kita merasa nyeri sendi di lutut dan siku, yang menyertai gejala lain seperti sakit kepala mulai dari yang ringan hingga berat, lesu, dan nyeri otot. Pencegahan lain yang penting adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi gizi seimbang, cukup istirahat dan olah raga.
Dari berbagai sumber

Diduga bisa menyebabkan microcephaly (kepala lebih kecil dari ukuran normal) pada janin, pemerintah Amerika Latin menghimbau agar para wanita tidak hamil sampai tahun 2018. Bahkan di Kolumbia 2.000 wanita hamil yang positif terinfeksi zika diharuskan melakukan aborsi meski belum ada kasus microcephaly di daerah itu. Sejak November 2015 Brasil mencatat 4.180 microcephaly yang lahir dari wanita hamil terinfeksi zika. Padahal pada tahun 2014 hanya ada 146 kasus microcephaly. Sebegitu dahsyatkah penyebaran virus ini? Beberapa hal yang perlu kita tahu tentang zika.
Virus zika termasuk keluarga flavivirus, bersepupu dengan virus demam kuning, chikungunya, dan demam berdarah dengue. Virus zika bukan barang baru, karena sudah ada sejak 1952 yang menyebar di wilayah Afrika, Amerika, dan Asia Pasifik. Indonesia juga rentan penyebaran virus ini karena vektor dengue dan zika adalah nyamuk yang sama. Dampak virus ini tidak lebih berbahaya dibanding dengue.
Di Indonesia keberadaan virus zika sudah ditemukan tahun lalu. Di Jambi ditemukan 103 kasus yang mirip dengan infeksi virus dengue, namun tidak terdapat virus tersebut. Peneliti dengue dari Eijkman Institute –Tedjo Sasmono mengatakan, kasus tersebut terkonfirmasi zika. Namun virusnya sudah dapat diisolasi dan genomnya sudah diketahui. Penderitanya seorang pria muda berusia 27 tahun mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi pada siku dan lutut, serta lesu. Namun setelah dirawat selama dua hari pasien tersebut sehat kembali.
Cara mencegah penyebaran virus ini adalah dengan memutus kontak dengan nyamuk dan membersihkan tempat-tempat potensial nyamuk bersarang dan berkembang biak, sama halnya dengan mencegah penyebaran dengue. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk virus ini. Meski tidak lebih berbahaya dari dengue, sebaiknya kita tidak menganggap remeh ketika kita merasa nyeri sendi di lutut dan siku, yang menyertai gejala lain seperti sakit kepala mulai dari yang ringan hingga berat, lesu, dan nyeri otot. Pencegahan lain yang penting adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi gizi seimbang, cukup istirahat dan olah raga.
Dari berbagai sumber