
Dunia ini sudah hiruk-pikuk dengan suara-suara tak perlu. Kurangi polusinya dengan membungkam diri menyampaikan yang tak perlu terucap.
Berbicara merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menyampaikan ide dan pemikiran. Di dunia yang verbalistis ini kita kerap merasa harus berbicara dan berkomentar tentang apa pun. Riuh, hiruk-pikuk, semua saling berebut bicara dan saling sok tahu. Setiap orang merasa dirinya menjadi komentator dan pengamat politik. Anda yang sudah bosan atau tak berminat memilih menyingkir. Bila tidak memungkinkan untuk pergi, sebaiknya Anda pilih bungkam.
Buat apa ribut untuk hal yang tak perlu?
Ketika seorang teman berkeluh-kesah tentang sesuatu, sementara menurut Anda hal itu tidak benar, sebaiknya Anda diam. Simpan dulu sudut pandang Anda. Tunggu sampai emosinya mereda dan ia mau mendengarkan Anda, baru pelan-pelan tarik dia pada sudut pandang Anda.
Tapi tetaplah diam kalau ia tampaknya tidak ingin mendengarkan Anda. Tidak ada gunanya berbicara dengan orang yang tidak ingin mengubah pikirannya, kan? Baru ketika ia meminta pendapat atau bantuan, Anda bisa memberikan saran yang positif. Untuk dapat melalui krisis emosi, orang memang perlu banyak bicara karena mereka umumnya merasa tidak dipahami atau didengarkan. Kalau Anda tak ada urusan dengan itu, untuk apa ikut-ikutan ribut?
Boleh ngomel, tapi jangan mengungkit kesalahan di masa lalu
Seseorang membuat Anda sangat marah. Tapi semarah apa pun, tahanlah untuk tidak mengungkit kesalahan masa lalu orang tersebut. Mengungkit kesalahan atau aib orang lain di masa lalu tidak akan membuat dia sadar, melainkan justru akan membuatnya makin sakit hati, sehingga membuat dia makin defensif. Lebih baik diam dan mengambil time out selama beberapa waktu agar hubungan Anda berdua tidak makin rusak.
Namun, hanya diam juga tidak akan membuat persoalan selesai. Di saat emosi Anda dan ia sudah mereda dan akal sehat kembali mengambil alih, cobalah bicarakan lagi masalah yang sebenarnya, to the point, agar dapat diselesaikan dengan kepala dingin.
Jangan memberi nasihat bila tidak diminta
Niat Anda, sih, hanya ingin menolong. Tetapi memberi nasihat di saat yang tidak pas justru bisa berbalik kepada Anda. Tegasnya, bila orang tidak minta saran, jangan usil memberikan nasihat. Memaksakan pendapat Anda kepada orang lain sama dengan tidak menghargai mereka sebagai orang dewasa yang punya pendapat dan pilihan sendiri. Bila seseorang meminta saran Anda untuk menyelesaikan masalah yang ia alami, berikan saja secara singkat, atau lebih baik sarankan dia mencari seorang ahli yang lebih kompeten membantu menyelesaikan masalahnya.
Ada kalanya orang berkeluh kesah kepada seseorang hanya karena dia butuh didengarkan dan sama sekali tidak butuh nasihat, kok. Maka itu, bila rekan kerja, sahabat, atau bahkan suami mulai mengeluhkan sesuatu, jangan buru-buru menasihatinya. Sediakan saja telinga Anda, bukan mulut Anda.
Jangan ikuti hasrat bergosip
Dorongan untuk membongkar suatu rahasia adalah situasi yang sangat menggairahkan sekaligus membuat bimbang. Membongkar keburukan orang lain dapat merusak reputasi Anda sekaligus menghancurkan hubungan Anda dengan orang tersebut. Orang-orang mungkin akan bergabung sejenak bersama Anda, tapi lama-lama mereka akan merasa tidak nyaman dan malas dekat-dekat Anda lagi.
Orang kerap menggunakan taktik membongkar keburukan orang lain saat dirinya merasa disalahkan atau disudutkan. Bila itu terjadi pada Anda, ingat, lebih baik tutup mulut Anda! Pikirkan dampak buruk bila Anda membongkar keburukan orang lain. Apalagi bila Anda tak punya fakta dan data yang akurat, sehingga Anda bisa dianggap memfitnah. Dan bila kebetulan Anda berada di tengah orang-orang yang sedang melontarkan gosip atau fitnah tentang seseorang, sudah, deh, diam itu emas....