
Seberapa sering Anda menonton drama Korea terbaru? Apakah karena drama Korea atau drakor adalah guilty pleasure Anda atau Anda ikut tren?
Yang mana pun Anda, silakan saja. Tapi jika Anda ingin tahu apakah Anda penggemar drakor musiman atau tidak, cek dulu tanda-tandanya ini. Jika sebagian besar tanda ini ada pada Anda, Anda memang penggemar drakor musiman.
1. Hanya menonton drama Korea yang sedang hits
Anda nonton "Full House" (2004), "My Love from Another Star" (2013), dan sudah selesai menonton "Descendants of the Sun," "Legend of the Blue Sea," dan "Goblin." Intinya, drakor mainstream, he he he.
Drakor yang Anda tonton umumnya memiliki rating tinggi di Korea, tapi yang penting hits di luar Korea. Atau, Anda nonton drakor yang jadi perbincangan di media sosial, berapa pun rating-nya. Atau lagi, semua orang di sekitar Anda menontonnya, padahal mereka juga bukan penggemar drakor.
Kecil kemungkinan Anda menonton "Romantic Doctor, Teacher Kim" atau "Marriage Contract" yang punya rating tinggi di Korea, tapi hype internasionalnya adem ayem. Anda mungkin sedang mempertimbangkan nonton "Another Oh Hae-young" karena drakor ini disebut-sebut menampilkan girl power dan beda dari drakor mainstream.
2. Jarang tahu nama aktor Korea
Kecuali, tentunya, Lee Min-ho, Kim Soo-hyun, Song Jung-ki, Kim Woo-bin, dan sekarang mungkin Anda kenal Gong Yoo. Bahkan kemungkinan besar Anda tidak hafal nama-nama aktris Korea, karena, well, tidak penting untuk Anda.
Penggemar drakor musiman umumnya, sih, menonton karena cerita atau hype dari drakor tersebut, dan penampilan para aktor. Kecuali Song Hye-kyo, bisa jadi nama aktris Korea lain menurut Anda adalah, "Itu, tuh, yang main sama Min-ho" atau "Yang main jadi dokter terus masa kecilnya tough itu" atau "Yang menikah dengan Rain."
3. Lebih memilih drakor berepisode sedikit
Drakor dengan paling banyak 20 episode adalah pilihan Anda. Jarang-jarang Anda nonton drakor dengan jumlah episode di atas 20; mungkin kecuali hype-nya gede banget.
Alasannya simpel: Cerita drakor belasan episode umumnya lebih mudah dicerna, tidak (terlalu) berpanjang-panjang, dan karakternya pun tidak segambreng. Masa sekali-sekalinya nonton harus sabar menunggu ending....
4. Kalau cerita tidak sesuai, bingung skip atau tidak
Teman saya yang penggemar drakor musiman, sih, tidak setuju pada poin ini. Tapi sebagian besar penggemar drakor musiman memang biasa begini. Mereka nonton drakor yang lagi hits, setelah 4 episode mereka bosan dan tidak suka ceritanya.
Tapi... berhubung musiman dan ikut tren, sulit untuk meninggalkan drakor itu, karena masih ada rasa penasaran. Jadilah tetap kepo nonton, biarpun lebih banyak di-fast forward. Yang penting tahu ending-nya dan tahu adegan-adegan wajibnya, ha ha.
5. Hanya menonton drama klasik
Ini poin khusus, karena tidak semua penggemar drakor musiman seperti ini. Tapi ada, kok, segelintir penonton drakor yang baru nonton begitu ada drakor masuk kategori "klasik."
Kalau mau diterjemahkan bebas, artinya sebelum tahun 2010, ketika tata rambut para pemainnya (terutama pria!) agak gengges, dan wajah sebagian aktrisnya belum tersentuh operasi plastik yang canggih, atau dipoles stylist jago.
Yang bisa disebut drakor klasik antara lain "Full House," "Stairway to Heaven" hingga "Winter Sonata" dan "Coffee Prince."
Foto: TVN