.jpg)
Namanya juga ABG, semua serba tanggung. Secara fisik, anak perempuan dan laki-laki masa kini usia 13 tahun ke atas sudah terlihat seperti orang dewasa saat dipakaikan baju yang sama. Namun secara psikis, mereka justru berada di fase yang paling rentan dimasuki pengaruh buruk.
Sebagai orang tua, memang tak ada aturan baku dalam mendidik anak ABG kita agar nantinya mereka menjadi pribadi dewasa yang bertanggung jawab dan membanggakan. Belum tentu cara yang cocok untuk satu anak bisa diterapkan pada anak yang lain. Namun yang paling penting, sebagai orang tua kita harus mengerti, sebelum berkomunikasi lebih lanjut
Berdasarkan masukan teman-teman saya dengan anak ABG plus pengalaman sendiri, ada 6 cara yang bisa kita lakukan agar selangkah lebih dekat dalam mengerti dan memahami ABG kita.
1. Tidak membandingkan mereka dengan masa ABG kita
Biasanya Anda mulai membanding-bandingkan mereka dengan masa ABG Anda saat terjadi pertengkaran atau prestasi si ABG tidak sesuai ekspektasi Anda. Tahukah Anda kalau hal ini sama sekali "nggak azik" buat mereka. Dengan demikian, mereka juga tak akan membanding-bandingkannya dengan Anda, seperti, "Kenapa aku harus tidur jam 10 padahal Mama tidur tengah malam?"
Lagi pula, zaman sudah berubah banget. Dulu, kan, tak ada smartphone dan internet. Biarkan mereka dikenal sebagai individu, bukan "anak Bu X."
2. Memberi contoh
ABG bukan adik kecil yang menurut saat dilarang. Jika Anda merokok, berdoalah ekstra jika Anda tak ingin anak Anda jadi perokok daripada melarangnya terus. Banyak anak pe-bully merasa sah-sah saja mengata-ngatai temannya karena melihat contoh di rumah. Orang tuanya asyik menyumpah serapah tetangga, atau terbiasa bicara kasar.
Jika Anda mudah menghakimi orang lain, ABG Anda akan cepat menirunya. Dan jangan suruh anak Anda salat tepat waktu atau rajin makan sayur jika Anda tak melakukannya. Bahkan saat Anda melakukannya pun belum tentu ia mau melakukannya, kan?
3. Mengerti dunia mereka
Tak kenal maka tak sayang sangat berlaku di sini. Tahukah Anda trending topic di kalangan ABG di lingkungan pergaulan anak Anda? Tahukah Anda akun-akun media sosial anak Anda? Aktor Ferry Salim mengatakan kalau ia men-download semua aplikasi yang di-download anak-anaknya agar mengerti dunia mereka.
Anda tak harus bermain Pokemon Go, Musically, punya akun YouTube, atau bisa melakukan "tutting." Tapi Anda tahu seberapa jauh anak Anda boleh bermain gadget dengan aplikasi itu, dan akun mana saja di medsos yang sebaiknya dihindari. Contohnya, Anda bisa mendiskusikan efek baik-buruk fenomena akun @awkarin beserta postingannya bersama ABG Anda.
4. Belajar percaya, dengan konsekuensi
Yakinkan diri Anda bahwa Anda mempercayai ABG Anda. Biarkan ia tahu bahwa ada konsekuensi yang berat jika ia melanggar kepercayaan Anda. ABG yang merasa dewasa akan mencoba menjaga kepercayaan ini.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, ciri pendidikan kolonial itu perintah dan hukuman. Karena itu, saat ia melanggar, yang Anda berikan adalah konsekuensi yang sudah disepakati bersama, bukannya hukuman. Dan saat memberikannya kepercayaan itu, Anda juga sudah melakukan 'investigasi' yang diperlukan agar Anda jauh dari kata-kata, "Ibu bilang juga apa...."
5. Mengajarkan tentang nilai, bukan harga
Di era konsumtif seperti sekarang, jangan jadikan uang sebagai bentuk utama rasa cinta Anda. Beli barang mahal bukan karena mahalnya, tapi karena nilainya dan fungsinya.
ABG masa kini sudah sadar merek, cenderung tak ingin beda dari kelompoknya, tapi sering tak percaya diri. Andalah yang harus mengajarkan kepada mereka bahwa punya banyak uang memang penting, tapi ada hal-hal lain yang tak kalah penting seperti pendidikan, toleransi, sopan santun, dan sebagainya. Ajarkan pula ia agar berusaha dalam mendapatkan sesuatu, meski sebenarnya ia tinggal minta Anda.
6. Selalu ada untuk mereka
ABG Anda sedang memasuki fase yang istilah kekiniannya "dedek-dedek gemes yang labil." Mereka mudah terpengaruh, sering menyesal belakangan, tapi sering keras kepala. Selalulah ada untuk mereka. Pastikan mereka tahu bahwa ayah dan ibunya bisa jadi tempat curhat mereka kapan saja. Anda memang mencari uang untuk mereka, tapi Anda selalu menomorsatukan mereka.
Jika Anda di luar kota, usahakan menelepon dan melakukan video call. ABG sering baper; di depan terlihat tegar, tapi sebenarnya sedih karena merasa tak lagi diperhatikan dibandingkan adik yang masih kecil. Jangan biarkan mereka mencari dukungan dari orang lain, yang belum tentu benar. Antarkan ABG Anda ke pintu kedewasaan dengan sukses....