
Sepanjang satu setengah jam saya menyaksikan akting cemerlang Saoirse Ronan sebagai Christine “Lady Bird” McPherson, saya begitu yakin dirinya masih remaja.
Nyatanya, ia sudah berusia 23 tahun, lima tahun lebih tua daripada karakter Lady Bird yang baru saja merayakan umur legalnya (di Amerika), 18 tahun.
Greta Gerwig, sang sutradara, begitu apik mengemas “Lady Bird,” film yang menceritakan bagaimana realita remaja dari Sacramento. Remaja biasa yang datang dari keluarga kalangan menengah dengan ragam masalah yang sepertinya biasa juga kita temui di kehidupan sehari-hari.
Tidak dapat dipungkiri juga, cara Greta menggambarkan Sacramento begitu deskriptif karena Greta sendiri tumbuh di sana.
Setiap realita yang diceritakan begitu nyata (mungkin saya akan mengatakan kalimat ini berulang kali), karena ‘nyata’ adalah kata pertama yang saya pikirkan ketika selesai menonton salah satu Nominasi Film Terbaik Oscar tersebut.
Masalah remaja dibuat tidak berlebih, termasuk bagaimana hubungan Lady Bird dengan ibunya, Marion McPherson (Laurie Metcalf).
Percikan api yang tumbuh di tengah kedekatan ibu dan anak begitu terasa dekat dengan saya, yang memang dekat dengan Bunda, namun tidak sedikit juga percekcokan terjadi. Apa yang Lady Bird inginkan selalu bertentangan dengan apa yang sang ibu mau.
Namun, ada satu pesan yang begitu mengena di hati saya, bahwa sang ibu begitu memahami hal terkecil dalam hidup Lady Bird. Selera berpakaian Lady Bird yang tidak biasa begitu dipahami Marion, yang bersama suami mendukung Lady Bird dengan cara mereka masing-masing.
Begitu sederhana apa yang diceritakan Greta melalui “Lady Bird” tetapi bohong jika ketika Anda keluar bioskop dan tidak merasa konflik ini begitu dekat dengan hati Anda.
Akan berbeda ketika Anda sudah memiliki anak remaja yang sebentar lagi akan meninggalkan bangku sekolah untuk berkuliah.
Salah satu rekan di kantor saya, yang punya dua putri remaja, mengaku tidak dapat membendung air mata mengingat putri sulungnya yang tahun ini akan pergi berkuliah.
Ya, “Lady Bird” memang sederhana, namun film ini tidak bermain-main dengan hati Anda.
Foto: A24 and IAC Films