
Tahun 2015 lalu, penyandang diabetes di seluruh dunia jumlahnya 400 juta orang. Sebanyak 150 juta ada di Pasifik barat, termasuk di Indonesia.
“Di Indonesia, jumlah penyandang diabetes yang tercatat ada 10 juta orang. Tapi itu bisa saja lebih. Di bagian endokrin RSCM saja, 80 persen pasien yang datang bermasalah dengan hormon insulin. Artinya, mereka menderita diabetes,” jelas Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD dari divisi metabolik endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FK Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Diabetes tipe 2 memang umum terjadi di usia lanjut akibat penurunan fungsi kelenjar pankreas sehingga tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup. Tapi akibat perubahan gaya hidup, pola konsumsi dan aktivitas fisik, semakin banyak orang dewasa muda dan anak-anak menderita diabetes tipe 2.
Meski begitu, diabetes dianggap bukan penyakit serius. “Padahal faktanya setiap tahun diabetes menyebabkan lebih banyak kematian dibanding kanker payudara dan HIV/AIDS digabungkan. Diabetes juga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke yang merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia,” kata Yunir. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah lewat BPJS akibat komplikasi kroniknya, amputasi, operasi jantung, dan cuci darah, sangat tinggi.
Diabetes meski tidak dapat disembuhkan tetap bisa dikendalikan. Kuncinya adalah disiplin menggunakan obat, mengubah pola konsumsi, dan berolahraga teratur. Obat oral atau insulin diberikan sesuai ‘perjalanan’ penyakit diabetes. Ketika fungsi sel beta pankreas sudah jelek, obat-obatan dapat membantu memperbaiki fungsi insulin.
Penghentian pemakaian obat yang dilakukan sendiri oleh pasien dapat berakibat naiknya kembali gula darah. Kondisi ini kerap dipahami oleh penderita sebagai ketergantungan obat. “Padahal obat diabetes tidak sama seperti narkoba. Tidak sedikit penderita diabetes yang dihentikan pengobatan dan pemberian insulin-nya karena gula darah bisa dikontrol dengan olahraga dan pola makan seimbang,” kata Yunir.
Kegagalan pengobatan diabetes bisa terjadi antara lain adanya kecurigaan pasien terhadap obat yang digunakan. Menduga obat diabetes dapat merusak ginjal bila digunakan dalam waktu lama adalah salah satunya. Padahal kerusakan ginjal bukan karena obat, tetapi karena tingginya kadar gula darah.
Hal lain yang menyebabkan kegagalan pengobatan, adanya pemikiran bahwa penderita boleh makan sebanyak-banyaknya karena telah mengonsumsi obat dan menggunakan insulin secara teratur.
Yunir mengatakan, menggunakan insulin harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang dimakan. Bila kita mengonsumsi makanan dengan total kalori yang berlebih, otomatis dosis insulin yang diperhitungkan pada awal pengobatan akan meleset. Akibatnya gula darah pun tetap tinggi. “Meski menggunakan insulin, pola makan tidak berlebihan harus dipertahankan, disertai olahraga. Ini untuk menghindari komplikasi dan menjaga gula darah tidak tinggi.”