Taburan garam dalam setiap olahan masakan memang menciptakan sensasi kelezatan rasa.
Namun, Anda sebaiknya tetap membatasi diri untuk melahap makanan yang mengandung banyak garam. Artinya, boleh menikmati makanan bergaram, tetapi batasi frekuensi konsumsi dan jumlahnya guna terhindar dari hipertensi.
Hipertensi atau tekananan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg.
Ketika Anda melakukan pemeriksaan tekanan darah, maka akan menghasilkan dua angka, yaitu angka yang lebih tinggi (sistolik) dan angka yang lebih rendah (diastolik).
Tekanan darah sistolik (angka pertama) menandakan jumlah tekanan terhadap dinding arteri setiap kali jantung berkontraksi atau menekan darah keluar dari jantung. Sementara, tekanan darah diastolik (angka kedua) menandakan jumlah tekanan di dalam arteri sewaktu jantung beristirahat, dan di antara denyut jantung.
Apabila tekanan darah Anda kurang dari 120/80 mmHg, dapat diartikan sebagai tekanan darah yang normal. Ketika terjadi tekanan darah tinggi, umumnya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik sehingga menyebabkan tekanan darah lebih dari batas normal.
Berdasarkan Data Riskerdas 2013 tingkat nasional, yang dijelaskan oleh Dr.dr. Yuda Turana, Sp.S, Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dari keseluruhan jumlah pasien hipertensi (25,8%), lebih dari 60% tidak sadar bahwa mereka menderita hipertensi, dan lebih dari 80% di antaranya tidak melakukan kontrol terhadap tekanan darah mereka.
Padahal, hipertensi jarang sekali merupakan penyakit tunggal, dan lebih dari 80% penyakit ini komorbid dengan penyakit lain, seperti hiperlipidemia (kadar lemak dalam darah meningkat), dan diabetes.
Gejala dan pencetus hipertensi
Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Gejala lain juga dapat muncul, seperti jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, wajah memerah, hingga hidung berdarah.
Faktor genetika terbukti sebagai penyebab hipertensi. Beberapa peneliti meyakini bahwa 30%-60% kasus hipertensi diturunkan secara genetis. Lingkungan juga menjadi faktor pencetus hipertensi, di antaranya mengonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, peningkatan berat badan berlebihan (obesitas), gangguan emosi yang tinggi, dan merokok. Sementara itu, hipertensi umumnya berkembang ketika seseorang berusia di antara 35-55 tahun.
Jalani diet untuk cegah penyakit berisiko
Hipertensi, jika berkelanjutan, dapat meningkatkan risiko stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung. Risiko komplikasi akan meningkat dengan adanya faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya seperti kadar kolesterol dan kadar gula darah yang tinggi (diabetes). Bahkan, jika diiringi kondisi penyakit lain seperti diabetes melitus tipe 2, risiko peningkatan tekanan darah dapat menjadi dua kali lipat.
Itu sebabnya, peningkatan kesehatan setiap organ tubuh yang berkaitan dengan hipertensi sangat penting untuk terus dijaga. Dengan mengonsumsi sumber nutrisi yang tepat dan terfokus pada masing-masing risiko hipertensi, akan mempermudah Anda untuk menjauhkan diri dari gangguan pada tekanan darah.