
Jadi makanan maupun kosmetik, kakao memiliki aroma yang bisa memperbaiki mood. Kandungan antioksidannya pun bisa menunda penuaan.
Agak sulit menemukan orang yang mengaku tidak suka cokelat. Dalam bentuk apa pun: Brownies, chocolate cake, selai, minuman, ice cream, dan dairy milk, rasa cokelat terlalu lezat untuk ditolak. Rasa pahit cokelat dikombinasikan manisnya marshmallow akan menjadi seimbang dalam secangkir hot chocolate. Sepotong brownies cokelat dinikmati bersama secangkir kopi pahit pun, tidak akan berkurang kelezatannya. Kita punya banyak cara dan gaya dalam mengonsumsi cokelat.
Cokelat adalah bentuk olahan dari biji kakao yang diolah kembali menjadi makanan, minuman, juga bahan kosmetik. Pohon kakao—kita menyebutnya pohon cokelat—adalah pohon purba. Pohon ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu di sebelah timur pegunungan Andes, Amerika Selatan. Di wilayah itu ditemukan genus Theobroma yang memiliki 22 spesies, dan kakao adalah spesies terbanyak.
Theobroma berarti “makanan para dewa,” yang hanya dapat dikonsumsi oleh para raja. Tanaman ini memiliki peran penting dalam budaya kuno di Amerika Selatan. Awalnya bangsa Maya mengonsumsi bubuk kakao dicampur rempah. Seiring berjalannya waktu, mereka membuatnya sebagai minuman yang menjadi bagian sebuah ritual seperti acara pertunangan dan pernikahan. Kisah inilah yang membuat orang mengaitkan cokelat dengan romantisme.
Reputasi kakao semakin melejit ketika rombongan Hernando Cortez dari Spanyol menguasai Amerika bagian selatan. Mereka memakai kakao sebagai alat tukar. Akhirnya, kakao semakin dikenal di Eropa. Di Belgia, inovasi mengolah biji kakao dimulai dengan ditemukannya mesin pengempa oleh Van Houten (familiar ya, namanya...). Kemudian Belgia mengolah bubuk kakao dengan menambahkan gula dan susu.
Ada tiga jenis tanaman kakao: Criollo, trinitario, dan forastero. “Banyak yang menganggap, biji dari tanaman forastero adalah yang terbaik. Padahal trinitario-lah yang paling tinggi kualitasnya,” ujar Naldi Budhyarto, Head Chef Dapur Uji Femina Group. Tanaman trinitario adalah ‘anak’ dari pasangan kawin forastero dan criollo. Di Indonesia, cokelat yang diperkenalkan pada tahun 1560 di Sulawesi Utara ini berasal dari Filipina. Jenis pertama tersebut adalah jenis criollo. Tahun 1806, usaha perluasannya dimulai di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hingga sekarang, luas area tanaman kakao mencapai 1,9 juta hektar.
Biji kakao yang belum mengalami proses apa pun diyakini memiliki banyak khasiat kesehatan. “Sebagai antioksidan, dan dapat memperlambat penuaan,” jelas Naldi, chef lulusan Le Cordon Bleu, London, dan Institute of Culinary Education, New York. Maka dari itu, banyak juga yang menggunakan biji kakao untuk bahan dasar kosmetik.
Untuk menjadi bahan pangan, ada dua jenis bahan yang dapat diambil dari biji kakao—yakni kakao padat dan lemak kakao. Kakao padat dapat ditemui sebagai bahan dasar perisa cokelat, dan jika dihaluskan dapat menjadi cokelat bubuk. Sedangkan lemak kakao dapat digunakan sebagai bahan dasar cokelat yang siap dikonsumsi.
Dalam proses memasaknya pun kita bisa mengikuti selera serta rasa masakan yang diinginkan. Cokelat untuk masak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sweet, semi sweet, dan bitter sweet chocolate. “Pilih cokelat yang mengandung kakao padat di atas 50%. Tapi kalau ingin lebih sehat, gunakan cokelat yang memiliki kandungan kakao di atas 60%. Jenis ini biasa kita kenal sebagai dark chocolate. Meskipun faktanya, di Indonesia lebih banyak orang yang mengonsumsi cokelat dengan kandungan kakao padatnya kurang dari 50%,” ujar Naldi.
Ketika Anda memasak cokelat atau menggunakan cokelat padat, lumerkan terlebih dahulu melalui proses double boiler secara perlahan agar tidak merusak atau membakar cokelat itu.
Foto: 123RF