Persahabatan di usia matang memang merupakan merupakan salah satu cara membebaskan diri dari mildlife crisis atau krisis tengah baya, yang biasanya terjadi pada usia 40-an hingga 50-an. Menurut Ira Puspitawati, psikolog dari Universitas Gunadarma, krisis tersebut umumnya terjadi karena manusia mulai menyadari bahwa dirinya sudah berada pada separuh waktu dari kehidupannya (dengan asumsi manusia hidup selama 80-100 tahun), sehingga waktu yang tersisa di dunia makin pendek. Pada saat itu manusia biasanya akan melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya di masa-masa sebelumnya. Proses evaluasi inilah yang sering menimbulkan berbagai krisis emosi -yang juga didukung oleh terjadinya perubahan drastis hormon-hormon dalam tubuh.
"Karena itu, persahabatan kembali menjadi penting bagi wanita usia matang. Di satu sisi, anak-anak sudah besar dan punya pergaulan sendiri, dan suami yang masih sibuk dengan urusan karier (dan midlife crisis-nya sendiri) membuat kita memiliki kebebasan dan me-time yang lebih banyak. Bersamaan dengan itu, relasi suami-istri biasanya juga sudah lebih santai dan saling percaya, sehingga kita sudah lebih membebaskan pasangan untuk bergaul dengan para sahabatanya tanpa didampingi pasangannya," Ira menjelaskan.
Di sisi lain, pada dasarnya wanita memang senang berbagi atau sharing dalam menghadapi berbagai hal dalam hidup. Karena itu, kehadiran sahabat sesama wanita terasa makin penting. "Kita bisa saling curhat, mulai dari menghadapi menopause hingga memikirkan ulang tujuan hidup, perkawinan, dan pekerjaan kita. Kehadiran para sahabat akan membuat kita tetap seimbang secara psikologis," kata Ira.
Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa wanita usia matang yang memiliki sahabat biasanya memiliki kondisi psikologis yang lebih sehat, sehingga kesehatan fisiknya pun lebih baik daripada mereka yang tak punya sahabat. Kehadiran sahabat yang dapat menjadi teman berbagi juga terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan kolesterol, menormalkan detak jantung -dalam beberapa kasus malah bisa memperpanjang umur.
Selain memiliki teman berbagi dalam menghadapi berbagai masalah hidup, kehadiran sahabat (terutama dengan hubungan yang sudah teruji oleh waktu) dapat mengembalikan keceriaan masa muda yang mungkin saja sempat terlupakan karena kesibukan mengurus keluarga dan pekerjaan. Tak heran bila ajang reuni selalu disambut gembira, karena saat reuni kita bisa kembali ke zaman kuliah, SMA, bahkan SD. Apalagi hal itu juga didukung oleh berkembangnya teknologi media sosial.
Seperti cerita Shelomita, ibunya yang kini berusia 68 tahun sekarang sibuk wara-wiri bersama teman-teman SMA-nya dulu di Santa Ursula, setelah mereka dipertemukan kembali melalui grup Whatsapp. "Mereka sering pergi bareng ke Bali, Cirebon, dan sebagainya. Dan saya perhatikan, Mama sekarang tampak jauh lebih bahagia dan ceria."