Roti panggang bertabur oregano tampak menggiurkan. Olesan margarin di atasnya menebar aroma gurih. Tiruan mentega ini memiliki sejarah sangat panjang.
Kisah margarin berawal tahun 1813, di sebuah laboratorium kimia di Prancis. Seorang ilmuwan bernama Michel Eugene Chevreul menemukan asam lemak yang diberinya nama acid margarique. Karena wujudnya berupa endapan yang berkilau seperti mutiara, Michel memberinya nama “margarique” yang berarti pearly.
Tahun itu, Prancis yang dipimpin Napoleon III baru kalah telak melawan Rusia pada 1812, tapi masih saja melanjutkan perang dengan merancang perang. Ia membuat sayembara untuk menciptakan pengganti butter atau mentega dengan rasa enak, tapi harganya lebih murah agar terjangkau oleh rakyat kelas bawah dan tentara.
Baru setengah abad kemudian (1869) seorang ahli kimia Prancis, Hyppolite Mege Mouries, memenangkan sayembara itu, dengan mengembangkan teknologi ciptaan Chevreul. Ia berhasil membuat tiruan butter dari lemak sapi, garam, soda sulfat, dan sedikit krim susu yang dipanaskan. Produk ini memiliki nama baru, oleomargarine. Saat itu tampilannya lebih menyerupai jelly berwarna putih. Tapi margarin cukup membantu menyuplai energi di saat perang.
Margarin pertama kali dipatenkan oleh pengusaha Belanda, Jurgens, tahun 1871. Tapi produk ini sulit dipasarkan—malah Hyppolite mati miskin pada tahun 1880. Untungnya para pengusaha margarin terus berinovasi. Agar menyerupai butter, margarin yang awalnya berwarna putih diberi warna kuning. Saat inilah perang antara margarin dan butter dimulai.
Seiring waktu, margarin terus mengalami perbaikan. Tidak lagi menggunakan lemak hewan karena suplainya semakin sulit di masa perang, margarin menggunakan bahan dasar minyak nabati seperti canola dan minyak biji bunga matahari.