Juliana Yu
Pemilik House of Herbal Skinovation

“Dok, aku ‘kecelakaan’, nih. Alisku panjang sebelah. Tolong benerin, dong…”
“Dok, wajahku penuh flek begini. Aku ingin jadi mulus lagi…”
Sebagai dokter, ada kepuasan tersendiri bila kliennya merasa puas dan kembali percaya diri ketika menatap cermin.
Dunia kecantikan bukan hal baru bagi Juliana Yu, MD.H. Sejak belia, ibu dua anak ini telah menyukai segala sesuatu yang tertata indah. Bila diajak berjalan-jalan ke pusat pertokoan, orang tuanya akan tahu ke mana Juliana kerap menghilang, yaitu ke area kecantikan di mana ia bisa melihat-lihat segala sesuatu yang indah dan lalu mencoba-coba berbagai produk.
Ketika dewasa, kecintaannya pada keindahan semakin menjadi. Walau pendidikan S-1 ditempuhnya di jurusan lain (ia sarjana akuntansi dari Universitas Nomensen, Medan, 1993, dan farmasi dari USU Medan, 1994), kehausan akan ilmu kecantikan – terutama kulit dan antiaging – membawanya melanglang buana ke berbagai kota dunia seperti London, Singapura, dan Boston. Tak heran bila ruang kerjanya penuh dengan ijazah yang terpasang rapi di dinding. Setelah mendirikan sebuah boutique clinic hampir satu dekade lalu, istri dari Soejanto Soetjijo yang selalu tampil dengan tata rias rapi ini dengan leluasa mengembangkan dan membagi ilmunya kepada yang membutuhkan. Sebagai dokter spesialis kulit sekaligus pakar nutrisi dan kosmetik, ia merasa terpanggil untuk memenuhi setiap permintaan klien yang datang ke kliniknya yang memiliki segmentasi antara lain untuk mengatasi masalah pigmentasi parah.
Apa yang membuat Anda yakin bahwa passion Anda berada di bidang kecantikan?
Kecantikan memang dunia saya. This is my soul, I live with it. Semuanya tidak direncanakan, tetapi mengalir begitu saja. Tapi memang ada pengalaman tersendiri yang masih saya kenang ketika dulu nenek saya mendadak meninggal. Tidak ada yang memberi perhatian sampai detail kepada beliau. Sebagai cucu yang rajin menemani Nenek, saya merasa bahwa ada sesuatu yang salah ketika beliau tertusuk duri tanaman. Namun dulu orang belum terbiasa mendengar ‘suara’ anak kecil. Setelah itu saya merasa bahwa hal-hal yang detail mungkin bisa banyak membawa perubahan, apalagi kalau perubahan itu bermanfaat untuk menolong orang lain. Saya ingin melakukan hal itu dengan cara yang saya sukai.
Itukah yang membuat Anda termotivasi mendirikan klinik kecantikan?
Sebenarnya saya mendirikan House of Herbal Skinovation untuk menjadikan passion saya lebih bermakna. Juga untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa saya bisa melakukan sesuatu buat orang banyak (Juliana berasal dari keluarga yang patrialkal, di mana perempuan tidak perlu bekerja). Saya tidak pernah berpikir untuk membuat bisnis kecantikan kompetitif, walaupun segala inovasi perawatan dan mesin canggih kami sediakan. Cukuplah setiap klinik memiliki kekuatannya masing-masing. Saya hanya ingin membuat banyak perempuan Indonesia cantik.
Karena itukah nama Anda justru lebih terdengar karena sering muncul di media massa?
Hahaha, saya bukan pemasar, hanya mengikuti kata hati saja. Tapi kalau ada media mewawancarai atau mengundang saya sebagai bintang tamu di mana saya dapat berbagi ilmu, sebisa mungkin saya akan bantu. Saya memiliki passion yang amat dalam di bidang kecantikan. Saya juga tidak pernah menganggap hal ini sebagai pekerjaan. I do it everyday, I cannot live without it. Ilmu yang saya dalami dan kembangkan akan terus melekat pada diri saya.
Banyak orang ingin cantik secara instan dan kemudian mendatangi klinik abal-abal tapi berakibat fatal. Anda sering menangani klien seperti ini?
Cukup banyak. I feel blessed kalau bisa menolong mereka. Dari yang awalnya menangis lalu bisa membuat mereka tertawa bahagia, rasanya kepuasan yang sukar dilukiskan. Sungguh suatu kepuasan melihat seseorang yang wajahnya penuh flek dan beberapa bulan kemudian menjelma mulus setelah saya rawat. Makanya kalau ada orang yang sudah lama tidak bertemu dan lalu bertanya apa klinik saya masih buka, rasanya saya seperti dilempar batu, ha..ha...
Keluarga mendukung apa yang Anda lakukan?
Dalam hal ini saya merasa diberkati. Sebagai ibu tentu saja kita harus bisa multitasking, tapi saya merasa suami dan anak-anak selalu sangat mendukung. Suami saya tidak pernah bilang ‘tidak’ pada kegiatan saya. Karena itu saya juga memastikan keperluan mereka terpenuhi, misalnya dengan memasak hidangan kesukaan mereka. Keluarga adalah berkat.
Resep cantik menurut Anda?
Sederhana saja. Merawat lebih baik daripada menyembuhkan. Saya biasa mengonsumsi vitamin dan melakukan semua perawatan kulit dasar. Toner selalu saya bawa setiap kali bepergian. Dan yang terpenting, kesehatan dan kecantikan merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Orang tidak bisa cantik kalau tidak sehat.
Ngomong-ngomong, kenapa Anda selalu berpayung di bawah sinar mentari?
Ha..ha..ha.., saya tahu kebiasaan saya ini aneh buat sebagian orang. Kulit saya memang sensitif, dan saya memang perfeksionis, sangat spesifik, dan high in art. Tapi begini, deh, kalau orang lain mengalami masalah kulit, kan masih ada saya untuk membantu memperbaiki. Kalau saya yang mengalaminya, siapa yang akan menolong?
Foto: Adelli Arifin
Pengarah gaya: Erin Metasari
Pemilik House of Herbal Skinovation

“Dok, aku ‘kecelakaan’, nih. Alisku panjang sebelah. Tolong benerin, dong…”
“Dok, wajahku penuh flek begini. Aku ingin jadi mulus lagi…”
Sebagai dokter, ada kepuasan tersendiri bila kliennya merasa puas dan kembali percaya diri ketika menatap cermin.
Dunia kecantikan bukan hal baru bagi Juliana Yu, MD.H. Sejak belia, ibu dua anak ini telah menyukai segala sesuatu yang tertata indah. Bila diajak berjalan-jalan ke pusat pertokoan, orang tuanya akan tahu ke mana Juliana kerap menghilang, yaitu ke area kecantikan di mana ia bisa melihat-lihat segala sesuatu yang indah dan lalu mencoba-coba berbagai produk.
Ketika dewasa, kecintaannya pada keindahan semakin menjadi. Walau pendidikan S-1 ditempuhnya di jurusan lain (ia sarjana akuntansi dari Universitas Nomensen, Medan, 1993, dan farmasi dari USU Medan, 1994), kehausan akan ilmu kecantikan – terutama kulit dan antiaging – membawanya melanglang buana ke berbagai kota dunia seperti London, Singapura, dan Boston. Tak heran bila ruang kerjanya penuh dengan ijazah yang terpasang rapi di dinding. Setelah mendirikan sebuah boutique clinic hampir satu dekade lalu, istri dari Soejanto Soetjijo yang selalu tampil dengan tata rias rapi ini dengan leluasa mengembangkan dan membagi ilmunya kepada yang membutuhkan. Sebagai dokter spesialis kulit sekaligus pakar nutrisi dan kosmetik, ia merasa terpanggil untuk memenuhi setiap permintaan klien yang datang ke kliniknya yang memiliki segmentasi antara lain untuk mengatasi masalah pigmentasi parah.
Apa yang membuat Anda yakin bahwa passion Anda berada di bidang kecantikan?
Kecantikan memang dunia saya. This is my soul, I live with it. Semuanya tidak direncanakan, tetapi mengalir begitu saja. Tapi memang ada pengalaman tersendiri yang masih saya kenang ketika dulu nenek saya mendadak meninggal. Tidak ada yang memberi perhatian sampai detail kepada beliau. Sebagai cucu yang rajin menemani Nenek, saya merasa bahwa ada sesuatu yang salah ketika beliau tertusuk duri tanaman. Namun dulu orang belum terbiasa mendengar ‘suara’ anak kecil. Setelah itu saya merasa bahwa hal-hal yang detail mungkin bisa banyak membawa perubahan, apalagi kalau perubahan itu bermanfaat untuk menolong orang lain. Saya ingin melakukan hal itu dengan cara yang saya sukai.
Itukah yang membuat Anda termotivasi mendirikan klinik kecantikan?
Sebenarnya saya mendirikan House of Herbal Skinovation untuk menjadikan passion saya lebih bermakna. Juga untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa saya bisa melakukan sesuatu buat orang banyak (Juliana berasal dari keluarga yang patrialkal, di mana perempuan tidak perlu bekerja). Saya tidak pernah berpikir untuk membuat bisnis kecantikan kompetitif, walaupun segala inovasi perawatan dan mesin canggih kami sediakan. Cukuplah setiap klinik memiliki kekuatannya masing-masing. Saya hanya ingin membuat banyak perempuan Indonesia cantik.
Karena itukah nama Anda justru lebih terdengar karena sering muncul di media massa?
Hahaha, saya bukan pemasar, hanya mengikuti kata hati saja. Tapi kalau ada media mewawancarai atau mengundang saya sebagai bintang tamu di mana saya dapat berbagi ilmu, sebisa mungkin saya akan bantu. Saya memiliki passion yang amat dalam di bidang kecantikan. Saya juga tidak pernah menganggap hal ini sebagai pekerjaan. I do it everyday, I cannot live without it. Ilmu yang saya dalami dan kembangkan akan terus melekat pada diri saya.
Banyak orang ingin cantik secara instan dan kemudian mendatangi klinik abal-abal tapi berakibat fatal. Anda sering menangani klien seperti ini?
Cukup banyak. I feel blessed kalau bisa menolong mereka. Dari yang awalnya menangis lalu bisa membuat mereka tertawa bahagia, rasanya kepuasan yang sukar dilukiskan. Sungguh suatu kepuasan melihat seseorang yang wajahnya penuh flek dan beberapa bulan kemudian menjelma mulus setelah saya rawat. Makanya kalau ada orang yang sudah lama tidak bertemu dan lalu bertanya apa klinik saya masih buka, rasanya saya seperti dilempar batu, ha..ha...
Keluarga mendukung apa yang Anda lakukan?
Dalam hal ini saya merasa diberkati. Sebagai ibu tentu saja kita harus bisa multitasking, tapi saya merasa suami dan anak-anak selalu sangat mendukung. Suami saya tidak pernah bilang ‘tidak’ pada kegiatan saya. Karena itu saya juga memastikan keperluan mereka terpenuhi, misalnya dengan memasak hidangan kesukaan mereka. Keluarga adalah berkat.
Resep cantik menurut Anda?
Sederhana saja. Merawat lebih baik daripada menyembuhkan. Saya biasa mengonsumsi vitamin dan melakukan semua perawatan kulit dasar. Toner selalu saya bawa setiap kali bepergian. Dan yang terpenting, kesehatan dan kecantikan merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Orang tidak bisa cantik kalau tidak sehat.
Ngomong-ngomong, kenapa Anda selalu berpayung di bawah sinar mentari?
Ha..ha..ha.., saya tahu kebiasaan saya ini aneh buat sebagian orang. Kulit saya memang sensitif, dan saya memang perfeksionis, sangat spesifik, dan high in art. Tapi begini, deh, kalau orang lain mengalami masalah kulit, kan masih ada saya untuk membantu memperbaiki. Kalau saya yang mengalaminya, siapa yang akan menolong?
Foto: Adelli Arifin
Pengarah gaya: Erin Metasari