
Meski punya seorang kakak perempuan, justru Mike Lewis yang menuruni bakat sang ibu dalam masak memasak. Ketika kecil, pria berdarah Kanada-Malaysia ini rajin menemani sang ibu yang berprofesi sebagai cook di dapur. Mendukung minat Mike, sang ibu memberinya tugas mulai dari mengupas atau mengiris-iris bahan makanan, sampai akhirnya diberi tugas yang lebih besar. “Bisa dibilang, saya adalah ‘sous-chef’ Mama,” kenang Mike.
Kesenangan memasak itu kini Ia salurkan di dua restoran di Jakarta yang ia dirikan bersama teman-temannya, yaitu Midtown dan Waku-Waku. Ia juga senang memasak untuk anak semata wayangnya, Kenzou, yang sangat suka makan pasta.
Selain dalam masak memasak, Mike dan ibunya juga kompak dalam berlatih karate. Ibu dan anak itu sama-sama memulainya dari nol sampai akhirnya berhasil meraih sabuk hitam. “Ujian untuk meraih sabuk hitam sangat berat dan keras. Waktu itu saya masih 13 tahun dan Mama yang sudah lulus lebih dulu. Awalnya Mama berniat menyaksikan ujian sabuk hitam saya sampai selesai, tapi kemudian merasa tidak tega. Mama meninggalkan arena ujian sambil menangis tersedu-sedu,” kata pria berwajah boyish ini, tersenyum.
Sayangnya, di usia 21 tahun, semasa ia masih tinggal di Kanada, Mike mengalami patah leher dalam kecelakaan saat main rugby, yang membuatnya harus tergeletak berbulan-bulan di tempat tidur dan terpaksa meninggalkan dunia karate selamanya. “Kalau saja tidak patah leher, mungkin saya sekarang sudah menjadi aktor laga, ha..ha..ha…,” katanya tertawa.
Foto: Jaka Santri
Pengarah Gaya: Siti H. Hanifiah
Busana: Banana Republic