
Jangan senang dulu, ini kabar dari Inggris. Indonesia sendiri menempati peringkat 1 dunia dengan jumlah pria perokok berusia di atas 15 tahun.
Data terbaru dari The Tobacco Atlas tahun 2015, sebanyak 66% pria Indonesia merokok, yang berarti 2 dari 3 orang berusia di atas 15 tahun.
Menempati peringkat 2 adalah Rusia dengan jumlah 60% pria perokok berusia di atas 15 tahun, dan Cina menempati peringkat 3 dengan jumlah 53% pria perokok di usia yang sama. Mirisnya, di Indonesia jumlah perokok meningkat setiap tahun, baik perokok pria maupun wanita.
Tahun 2015 di Inggris, 1 dari 5 pemuda usia 18-24 tahun adalah perokok (20,7%). Jumlah ini berkurang dari tahun 2010 (25,8%). Kabar gembiranya, sekarang 70% anak muda usia 16-24 tahun tidak mencoba mulai merokok. Lazimnya, begitu mereka mencoba di usia muda, mereka akan terus merokok sampai dewasa.
Meski terjadi penurunan angka perokok muda, Hezel Cheeseman, kepala polisi di Inggris, tetap merasa perlu diciptakannya lingkungan agar semakin sedikit anak muda yang mulai mencoba merokok. Ia juga berharap lebih banyak orang dewasa yang berhenti merokok demi kesehatan generasi muda dan untuk mencegah kematian dini.
Sama seperti di Inggris, di Indonesia pun tren rokok elektronik atau vape sedang melanda. Tahun 2015 setiap 3 dari 100 anak muda (16-24 tahun) Inggris mengisap rokok elektronik. Angka ini meningkat dari tahun 2014, yang hanya 1 dari 100 anak muda usia 16-24 perokok elektronik.
Rasa buah dari rokok jenis ini menarik minat anak muda untuk mencoba dengan anggapan bahwa rokok jenis ini lebih aman. Betulkah?
Rokok tembakau mengeluarkan asap hasil pembakaran tembakau, sementara rokok elektronik (vape) menghasilkan uap dari cairan perasa buah dan nikotin yang dipanaskan. Rokok tembakau dapat mengakibatkan penyakit jantung, paru, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin. Vape mengakibatkan gangguan hidung, tenggorokan, dan pernapasan.
Artinya, dua-duanya sama-sama bahaya.