
Memulai karier sebagai model remaja di usia 15 tahun, sejak tahun 2000 Susan Bachtiar lebih aktif sebagai presenter.
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh muncul sejak ia membawakan acara kesehatan. Ia kerap mengobrol bersama dokter yang menjadi narasumbernya. Tahun ini Susan akan berulang tahun yang ke-44, dan tubuhnya masih tampak bugar. Di sela kesibukannya, Susan selalu menyempatkan berolahraga.
“Aku lari di pagi hari karena aku manusia pagi. Setiap hari aku bangun jam lima karena setengah enam sudah lari,” kata ibu satu putra ini. Jadwal latihan Susan sangat tertata. Tiga kali seminggu ia berlatih di gym yang terletak di garasi rumah. Ia sudah rutin nge-gym sejak tahun 2000. Tujuannya berolahraga untuk menjaga kesehatan. “Jaga badan jangan cari kurus, tapi jaga badan cari sehat,” katanya.
Susan berlatih selama satu jam setiap kali latihan di gym. Agar gerakan di gym lebih bervariasi, Susan memanggil personal trainer ke rumah. Sejak mempunyai anak, nge-gym di rumah terasa lebih nyaman. Ia pun memiliki kebiasaan mengumpulkan alat-alat olahraga untuk melengkapi gym pribadinya. “Jadi kalau ditanya, Susan mau hadiah apa? Aku jawab, ‘Alat olahraga aja, deh,” kata Susan.
Selain nge-gym, setiap hari Susan berlari di sekitar kompleks. Jika waktunya bersamaan dengan hari nge-gym, Susan berlari 2 kilometer. Namun jika harinya berbeda dengan gym, Susan berlari 5 kilometer. Saat weekend tiba, Susan berlari bersama suami di car-free day sejauh 10-15 kilometer.
Kebiasaan berolahraga sudah dilakukan Susan sejak zaman SD. “Dulu aku pas SD lebih banyak atletik karena badanku kecil,” ungkap Susan. Ia bahkan pernah dikirim sekolah untuk mewakili lomba lari. Yang membuat Susan semangat berolahraga adalah karena melihat kakak-kakaknya yang aktif di tim sekolah. Begitu masuk SMP, Susan bergabung di tim basket dan voli. Saat SMA, Susan ikut tim basket dan taekwondo. Ia mulai nge-gym sejak kuliah.
Jika saat SD hanya gemar lari jarak pendek, Susan mulai mencoba lari jarak jauh saat mulai menjadi Duta Yayasan Jantung Indonesia (YJI) pada tahun 2008. Waktu itu YJI menggelar acara yang mengajak masyarakat untuk berlari. Tadinya Susan tidak berencana lari, namun sebagai duta ia merasa berkewajiban memberi contoh. “Hari itu tanpa persiapan apa-apa aku langsung lari dari Monas, ke Semanggi, kemudian balik lagi ke Monas. Itu pertama kalinya aku lari jarak jauh. Jaraknya 10 kilometer,” kenang Susan.
Di umur 42 tahun, ia membuat nazar ingin berlari maraton. Jarak lari maraton adalah 42 kilometer, sama seperti umurnya yang waktu itu. “Before I die, I have to try marathon,” Susan bertekad. Untuk memenuhi nazarnya, Susan berlari di Jakarta Marathon.
Dari yang tadinya hanya ingin berlari maraton sekali seumur hidup, Susan kembali ikut Chicago Marathon pada 2016. Kali ini Susan berlari untuk menggalang dana bersama Yayasan Ronald McDonald House Charities. Dananya dipakai untuk membuat rumah singgah di Gedung Kiara, RSCM Jakarta, bagi pasien anak yang mengalami penyakit kronis dan keluarga yang mendampingi.
Melakukan itu semua, Susan bukannya tidak menghadapi tantangan. Ia sudah lama mengalami backpain. Jika sakit menyerang saat berlari, Susan menepi sebentar untuk melakukan stretching. Tahun lalu, Susan les berenang selama tiga bulan untuk belajar teknik gaya punggung. Tujuannya untuk meredakan backpain.
Tiap akan menghadapi maraton, ia akan terus berlatih di gym bersama personal trainer-nya untuk melatih kegesitan dan daya tahan. Mendekati maraton, Susan bisa berlari sejauh 30 kilometer. September mendatang, Susan dan suaminya akan mengikuti Berlin Marathon.
Foto: Zaki Muhammad
Pengarah gaya: Siti H. Hanifiah